TINGKATAN CINTA
Tingkatan pertama cinta adalah istihsan(anggapan baik),
Pada tingkatan ini seseorang menyukai wajah orang yang menjadi
obyek cintanya. Dengan demikian,cinta ini pada mulanya
bermula dari pandangan mata,maka seolah-olah berperan
sebagai delegasi seseorang yang sedang dilanda cinta,terlebih
lagi saat lidah tidak mampu mengekspresikan cinta.Pada level
ini interaksi yang terjadi lebih bersifat kesetiakawanan, belum
menjadi interaksi cinta.
Tingkatan kedua adalah takjub. Pada tingkatan ini
seseorang selalu ingin berada di samping obyek cintanya dan
ingin selalu bercakap-cakap dengannya.
Kemudian tingkatan selanjutnya adalah rindu. Dalam
level ini, hati seseorang demikian menggebu-gebu terhadap
kekasihnya. Semua orang akan ikut merasakan kegelisahan
nya. Dan kegelisahannya tersebut akan terobati tatkala ia melihat
kembali kekasihnya
Lalu tingkatan terakhir adalah tingkatan kasmaran. Pikiran
seseorang pada level ini akan selalu dipenuhi oleh cinta. Di
kalangan penyair, syair yang dilantunkan oleh seseorang yang
berada di level ini disebut usyq (syair mabuk cinta).
Seseorang yang sedang kasmaran ada 3 tingkatan
Tingkatan permulaan,pertengahan dan akhir.
Pada tingkatan permulaan setiap orang harus segera
menepisnya semaksimal mungkin apabila upaya untuk menuju
tambatan hatinya diperkirakan tidak mungkin secara realita
atau tidak diperbolehkan secara syar'i.
Namun apabila ia tidak mampu menahan kasmaran dan
hatinya ingin selalu dekat dengan kekasihnya, maka ia
telah masuk ke dalam tingkatan pertengahan.
Sedangkan tingkatan akhir, dalam hal ini ia harus
merahasiakan perbuatannya, tidak perlu disebar luaskan kepada
manusia.Jika ia tetap menyebarkanluaskannya, maka berarti ia telah
melakukan kezaliman terang-terangan.
CINTA DALAM ISLAM
Cinta adalah sesuatu yang dianjurkan dalam Islam.
Rasullah saw dalam sejarahnya,sangat mencintai istrinya
Aisyah ra. Rasullah saw. memanggilnya dengan julukan
humaira' (si pemilik pipi merah),karena wajahnya menjadi
merah tatkala ia marah. Rasullah saw. senang bercumbu rayu
dengan Aisyah dan lebih condong terhadapnya daripada istri
lainnya atas dasar cinta. Menurut saya, Rasullah saw. sangat
tepat ketika menjelaskan seputar cinta dengan definisi yang
indah melalui sabdanya:
"Ruh-ruh itu adalah tentara-tentara yang dipersenjatai. Ruh
ruh yang saling berkenalan akan menjadi lunak. Sedangkan ruh-ruh
yang tidak saling mengenal akan berselisih"(HR.Syaikhani)
Cinta itu sebenarnya merupakan perpaduan semangat ruh
dan mental, sebelum pada akhirnya terjadi perpaduan fisik.
Cinta bukan sekadar nafsu yang diaktualisasikan dalam
hal-hal yang berhubungan dengan fisik. Namun, ia merupakan
cara interaksi dan pertemuan ruh dengan ruh serta kerinduan
jiwa dengan jiwa,bukan jasad dengan jasad. Kemudian peristiwa
itu didukung oleh syara' maupun adat istiadat.
APA MUNGKIN MENDUAKAN KEKASIH?
Seseorang yang mencintai dan kasmaran terhadap dua kekasih,
maka cintanya telah bercampur dengan nafsu. Padahal nafsu tidak
dapat disebut cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar