#Way To Die of Junko Furuta.. ada yg pernah nonton filmnya? mungkin kalo udah ada yg pernah nonton filmnya pasti tau gimana rasa sakitnya gadis ini disiksa sama salah satu penerus geng yang gk asing di Jepang, geng Yakuza. Yap.. film ini diambil dari kisah nyata, kisah Junko Furuta yang diculik, diperkosa, dibantai selama 44 hari, dan berakhir dengan dibunuh.
Junko Furuta |
Junko Furuta adalah seorang gadis berumur 16 tahun, sama seperti gadis lainnya. Ia seorang pribadi yang ceria, bersahaja, dan sangat baik. Junko adalah siswi dari sekolah menengah Misato, di Saitama Prefecture, Japang. Ia adalah seorang remaja yang cantik, tidak seperti remaja lainnya. Junko tidak pernah merokok atau minum-minuman keras. Junko sangat terlihat tidak menarik di mata para remaja gengster saat itu, namun Hiroshi Miyano menaruh hati padanya. Hiroshi memang tidak pernah menginginkan hubungan yang sesungguhnya, ia hanya ingin bersenang-senang dan “mencicipi” Junko. Hiroshi biasa melakukan kekerasan di sekolahnya, dan ia adalah salah satu generasi muda dari Yakuza. Tidak ada yang berani menolaknya, tapi Junko dengan berani mengatakan “Tidak.” Dan inilah awal dari serangkaian mimpi buruk, mimpi terburuk yang mungkin dapat terjadi pada seorang wanita atau bahkan manusia.
Pada 25 November 1988, Junko diculik oleh 4 orang remaja. Salah seorang dari remaja itu adalah Hiroshi. Dan inilah awal mula dari mimpi buruk yang berlangsung selama 44 hari, dan Junko harus menghadapinya seorang diri. Selama 44 hari Junko harus melawati penyiksaan paling kejam yang mungkin pernah terjadi pada seorang wanita, penyiksaan yang tidak pantas dilakukan siapapun terhadap seseorang. Terkadang hal buruk selalu terjadi kepada orang baik, Junko salah satunya..
Selama masa penculikan Junko dipaksa menelpon orang tuanya dan mengatakan bahwa ia lari dari rumah lalu tinggal bersama temannya. Ia dipaksa memberitahu orang tuanya jika dia dalam keadaan baik-baik saja. Para penyekap Junko melakukan ini agar polisi tidak melakukan pencarian paska menghilangnya Junko.
Orang tua dari Nobuharu Minato, pemuda yang rumahnya digunakan untuk menyekap Junko hanya datang beberapa kali dalam sebulan. Ketika orang tua Nobuharu datang, Junko dipaksa untuk mengaku sebagai pacar salah satu dari mereka. walaupun orang tua Nobuharu menyadari bahwa Junko sepertinya diculik, mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka takut berhubungan dengan Hiroshi yang merupakan generasi dari Yakuza.
Selama 44 hari masa penculikannya, Junko dipaksa untuk bertahan menerima segala macam siksaan mereka, menahan segala penderitaan dan rasa sakit yang benar-benar tidak tertahan. Sampai akhirnya Junko dibunuh.
Selama 44 hari Junko di paksa untuk telanjang bulat, tanpa sehelai pakaian yang menempel di tubuhnya. ia diperkosa oleh lebih dari 100 pria lewat anus dan vagina, penculik Junko juga mengundang beberapa anggota Yakuza untuk memperkosa Junko setiap harinya, diperkirakan Junko sudah diperkosa sampai 500 kali. pada titik tertentu ia diperkosa oleh 12 laki-laki yang berbeda dalam satu hari.
Selama 44 hari Junko juga harus menerima pukulan keras di wajahnya, mereka memukuli Junko dengan stik golf, dan membenturkan wajahnya ke lantai. 100 pria yang memerkosa Junko mengakui menikmati perlakuan mereka, mereka sangat senang saat melukai Junko. Setelah diperkosa, Junko dipaksa untuk masturbasi di depan mereka dan tamu-tamu mereka. mereka juga memasukan beberapa benda asing ke dalam anus dan Vagina Junko, seperti sebuah botol air mineral, lempengan besi, gunting, tongkat untuk menusuk daging panggang, dan panggangan yang sangat panas. Hiroshi juga membakar klitorisnya dengan sebuah korek api.
Junko tidak pernah diberi makan, ataupun minum. Ia dibiarkan kelaparan dan kehausan. Ia dipaksa untuk makan kecoa hidup dan meminum air seninya sendiri. Selain itu, para penculik Junko juga memasukan kembang api yang masih menyala ke dalam lubang dubur Junko, hingga kembang api itu padam. Itu mengakibatkan luka bakar yang cukup parah. Setelah itu mereka menjepit puting Junko menggunakan penjepit besar hingga membuat putingnya robek, dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Junko tidak tahu lagi apa yang ia rasakan, seluruh tubuhnya sudah dipenuhi rasa sakit yang teramat sangat. Kemudian mereka mengikat tubuh Junko dengan posisi tangan dan kaki terbuka di atas lantai, lalu mereka menjatuhkan sebuah Dumbbell yang berat ke atas perutnya, ini mengakibatkan seluruh isi perut Junko keluar. Isi perutnya keluar melalui anus dan mulut.
Junko berharap segala siksaannya berakhir, tapi bukannya berakhir. Ia malah digantung di langit-langit rumah dengan keadaan telanjang dan dibiarkan kedinginan selama beberapa hari. Setelah beberapa hari tubuh Junko diturunkan, Hiroshi meneteskan lilin panas ke atas pelupuk mata Junko, lalu membakarnya.
Setelah itu mereka menusuk payudara Junko dengan jarum jahit, hingga jarum itu memenuhi payudaranya. Dan yang paling menyakitkan adalah mereka memasukan sebuah lampu bohlam ke dala vagina Junko, kemudian menggosok-gosokannya hingga bola lampu itu meledak di dalam rahim Junko. Hal ini membuat luka robek yang sangat serius di rahim Junko..
Selama masa penyiksaan itu, Junko berusaha keras untuk bernapas. Ia mengalami kesulitan bernapas melalui hidung karena darah sudah membanjiri rongga hidungnya. Ia mengalami trauma, begitupun organ-organ tubuh Junko. Hingga tubuhnya menolak saat ia mencoba untuk makan, dan minum. Junko terus menerus muntah, dan itu membuatnya mengalami dehidrasi yang ekstreme. Tidak cukup sampai disitu, itu juga membuat penyekapnya kembali menyiksanya dan melayangkan beberapa pukulan ke wajahnya yang sudah membiru, bahkan mengihitam karena ia mengotori karpet.
Selama masa penyiksaan itu, Junko berusaha keras untuk bernapas. Ia mengalami kesulitan bernapas melalui hidung karena darah sudah membanjiri rongga hidungnya. Ia mengalami trauma, begitupun organ-organ tubuh Junko. Hingga tubuhnya menolak saat ia mencoba untuk makan, dan minum. Junko terus menerus muntah, dan itu membuatnya mengalami dehidrasi yang ekstreme. Tidak cukup sampai disitu, itu juga membuat penyekapnya kembali menyiksanya dan melayangkan beberapa pukulan ke wajahnya yang sudah membiru, bahkan mengihitam karena ia mengotori karpet.
Saat orang-orang yang menyanderannya sedang beristirahat minum-minum, Junko berusaha untuk menghubungi polisi. Tapi aksinya itu tertangkap, dan membuatnya harus merasakan hukuman atas pecobaan melarikan diri. Mereka menyiram kaki Junko dengan bensin dan membakarnya, membuat seluruh kulit kakinya melepuh. Merkea juga memasukan sebuah botol besar ke dalam anusnya, menyebabkan pendarahan hebat di bagian dalam anusnya.
Dengan kaki yang terbakar, dan luka-luka yang memenuhi tubuhnya. ia tidak lagi bisa berjalan, bahkan tangannya pun tidak dapat menggenggam apapun. Seluruh tulang di tubuhnya patah karena pukulan yang bertubi-tubi. Karena saat itu sedang musim dingin, Junko dipaksa untuk tidur di teras rumah dengan suhu dingin yang ektreme.
Dengan segala luka bakar, dan pendarahan akibat benda-benda asing yang dimasukan ke tubuhnya. Junko hanya bisa menrangkak, ia harus menghabiskan 1 jam untuk merangkak ke kamar mandi. Gendang telinga Junko pecah, dan ukuran otaknya pun menyusut.
Di hari ke 43 Junko sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang ia rasakan diseluruh tubuhnya, bahkan ia meminta dibunuh saja saat itu dan menyelesaikan seluruh rasa sakitnya. Tapi para penculiknya tidak menyetujui keinginan Junko, mereka pun tidak mau membunuh Junko. Sebuah permintaan yang paling buruk yang pernah terucap dari mulut manusia.
Pada 4 Januari 1989. Para penculik Junko mengajaknya bermain Mahjong, dan tanpa diduga Junko memenangkan permainan. Tapi kemenangannya justru membawa petaka baginya, para penculik Junko geram karena kemenangannya. Mereka memukulinya (lagi) dengan barbel besi, dan membakar kaki, tangan perut, dan wajahnya setelah menyiraminya dengan bensin.
Seluruh tubuh Junko sudah dipenuhi luka bakar, lebam, dan pendarahan yang sudah sangat parah. Ia juga mengalami dehidrasi yang lebih hebat, seluruh oragan tubuhnya mengalami shock. Hingga akhirnya Junko meninggal keesokan harinya.
Para penculik memasukan tubuh Junko ke dalam sebuah drum besar, lalu mengisinya dengan 55 galon semen. Setelah itu mereka membuang drum itu di Koto, Tokyo.
Junko akhirnya harus menyerah, ia meregang nyawa dengan tubuh yang hancur. Ia harus menyerah setelah dikepung dengan rasa sakit yang meremukan, ia tidak punya pilihan. Ia mati di tangan manusia-manusia yang tidak terlihat seperti manusia. Seorang gadis 16 tahun yang mungkin masih mempunyai masa depan yang membentang, ia harus rela meninggalkan semuanya. Masa depannya, keluarganya, dan cinta yang menungkin menunggunya.
Sumber : http://kisahhorror.tumblr.com/post/41424985679/waytodie-junko-furuta-true-story
Kronologisnya bisa dilihat disini..
Kronologisnya bisa dilihat disini..
Kejahatan
Pada November 1988, pria A (18 tahun), pria B (diketahui bernama Jo kamisaku umur 17), pria C (umur 16),dan pria D (umur 17) dari Tokyo, menculik dan menyekap furuta, siswi kelas 2 SMU dari Saitama selama 44 hari. Mereka menjadikan dia tahanan di rumah yang dimiliki orang tua pria C.
Untuk menghindari pengejaran polisi, pria A memaksa Furuta untuk menelepon orangtuanya dan menyuruhnya mengatakan kalau dia kabur dari rumah, dengan temanya, dan tidak berada dalam bahaya. Bahkan pria A membuat Furuta berpose sebagai pacar dari salah satu pria itu ketika orangtua C, pemilik rumah sedang ada dirumah tersebut. Kalau mereka sudah yakin orang tua C tidak akan telepon polisi, mereka pun menyudahi sandiwara tersebut. Furuta mencoba kabur berkali – kali, memohon pada orang tua C untuk menyelamatkan dia, tapi mereka tidak melakukan apa-apa meskipun mereka tau kalau selama ini Furuta disiksa, karena mereka takut kalau pria A akan menyiksa mereka. Pria A saat itu adalah pemimpin Yakuza kelas rendah dan telah mengencam siapapun yang ikut campur akan dibunuh.
Menurut kesaksian para pria itu di persidangan, mereka berempat memperkosa Furuta, memukulinya, memasukan macam2 ke dalam kelaminnya termasuk tongkat besi, membuatnya minum urinya sendiri dan makan kecoak, memasukan petasan ke dalam kelaminnya dan meledakanya, memaksa Furuta untuk *maaf masturbasi, memotong payudaranya dengan tang, menjatuhkan barbel ke perutnya, dan membakarnya dengan rokok dan korek api (salah satu dari pembakaran itu adalah hukuman kepada Furuta karena dia berusaha menelepon polisi). Luka Furuta sangat parah hingga menurut salah kesaksian pria itu, Furuta membutuhkan waktu satu jam lebih untuk merangkak turun tangga menuju kamar mandi. Mereka bahkan mengatakan kemungkinan 100 orang tahu kalau mereka menahan Furuta di rumah tersebut, tapi hal ini tidak jelas artinya apa 100 orang itu hanya tahu atau mereka ikut memperkosa dan menyiksa juga saat berkunjung ke rumah tersebut. Pria-pria itu menolak membiarkan Furuta bunuh diri, walau Furuta sering kali memohon pada mereka untuk membunuhnya saja dan menyudahi penderitaan tersebut.
Pada 4 Januari, 1989, Salah satu pria saat itu kalah main mahyong, keempat cowok itu memukuli furuta dengan barbel besi, menuang cairan korek api ke kakinya, tanganya, perutnya, dan mukanya, dan lalu membakarnya. Dia meninggal tak lama kemudian hari itu karena shock. Kempat cowok itu menyatakan kalau mereka tidak menyadari betapa parah luka yang dialami Furuta, dan mereka percaya kalau Furuta hanya berpura-pura mati.
Para pembunuh itu menyembunyikan mayatnya di antara 55 drum galon dan menutupinya dengan semen. Mereka membuang drum tersebut di Koto, Tokyo.
Keempat pelaku yang telah berbuat biadab kepada Junko Furuta
Penahanan dan Hukuman
Para pria itu ditangkap dan disidangkan sebagai orang dewasa, tapi karena Jepang menangani kejahatan yag dilakukan oleh pria yang masih dibawah umur, identitas mereka disembunyikan oleh persidangan. Tapi bagaimanapun juga, seminggu kemudian, majalah mingguan bernama Shukan Bunshun menerbitkan nama mereka, dengan menyatakan “hak asasi tidak dibutuhkan oleh penjahat biadab.” Mereka juga menerbitkan nama asli Furuta dan detail tentang kehidupan pribadinya dan menerbitkanya dengan sangat nafsu di media. Kamisaku dituntut sebagai pemimpin para pria itu, (entah benar atau tidaknya) menurut persidangan.
Keempat cowok itu diberi keringanan dengan dinyatakanya bersalah dalam tuntutan “membuat luka fisik yang menyebabkan kematian”, dibandingkan tuntutan pembunuhan. Orang tua pria A menjual rumah mereka dengan harga maksimum 50 juta yen atau 5 miliar rupiah dan membayarnya sebagai kompensasi untuk keluarga Furuta.
Untuk partisipasinya di kejahatan ini, Kamisaku harus menjalani 8 tahun di penjara anak-anak sebelum dia dibebaskan di bulan Agustus 1999. Di bulan Juli 2004, Kamisaku ditangkap karena mencelakai seorang kenalan, yang dia pikir membuat pacarnya menjauhi dia, dan dengan bangga menceritakan tentang keluarganya sebelum mencelakai kenalannya itu. Kamisaku dihukum 7 tahun dengan tuntutan memukuli.
Orangtua Junko Furuta terkejut dengan kalimat yang diterima dari pembunuh anak perempuanya, dan bergabung dengan grup masyarakat melawan orangtua Pria C yang rumahnya dijadikan tempat menyekap. Ketika beberapa masalah ditimbulkan dari bukti (semen dan rambut yang didapat dari tubuh Furuta itu tidak cocok dengan bukti dari tersangka), pengacara yang menangani lembaga masyarakat memutuskan untuk tidak membantu mereka lagi karena merasa tidak ada bukti dan tidak ada dakwaan terhadap tersangka. Ada spekulasi bahwa bukti yang mereka dapat itu didapat dari orang tidak teridentifikasi yang memperkosa atau ikut menyiksa Furuta.
Satu dari yang paling menggangu dari kisah nyata ini adalah bahwa para pembunuh Furuta sekarang bebas. Setelah membuat Junko Furuta melalui berbagai penderitaan, mereka adalah cowok bebas sekarang.
“Seorang cewek SMU diculik oleh 4 remaja pengacau ketika dia sedang perjalanan ke tempat kerja sambilannya. Mereka membawa dia ke rumah seorang teman, mengurungnya dikamar, dan selama 45 hari menyiksanya. Mereka memperkosanya bergantian, memukulinya, menendanginya, menyiram bahkan mencekoki kelaminnya dengan cairan yang ada dalam korek api dan membakarnya, dan sangat banyak lagi yang tidak terdokumentasikan oleh para polisi. Mereka membuatnya babak belur dengan rasa nyeri di seluruh tubuhnya, mereka mengikatnya, menindihnya, dan menjatukan barbel ke atas perutnya. Penyiksaan terakhir lebih dari yang dia sanggupi, dan setelah beberapa waktu dia meninggal dunia. Ketika para pria itu ditanyai kenapa mereka ga melakukan apa-apa pada detik-detik menjelang kematian cewek itu, mereka menjawab “kami kira dia pura – pura.” “Dia mencoba kabur lebih dari sekali. Pertama, dia tertangkap saat berusaha menelepon. Yang kedua kali, dia berusaha melarikan diri dan dia minta tolong sama orang tua pria C, pemilik rumah”, pemilik rumah yang ternyata telah mengetahui selama ini apa yang terjadi pada Furuta. Dia memohon minta tolong, tapi mereka menolak. Mereka beralasan bahwa anaknya punya banyak koneksi penjahat dan mereka tidak mau ikut campur ke dalam masalah itu. Setelah kematian Furuta, mereka mengisolasi tanganya dan kakinya jadi satu, memasukan dalam 55 drum galon, mengisi dengan semen dan buang di tanah kosong. Tubuhnya tidak ditemukan sampai setahun kemudian. Ketua dari para pria penjahat itu dipenjara 7 tahun dan sekarang berkeliaran bebas.
Semua hal menakutkan setengah mati yang dialami Junko Furuta dikumpulkan melalui sidang di Jepang dan Bogs dari 1989. Mereka menunjukan kalau sakit yang dialami Junko Furuta harus dialami bertubi-tubi sebelum akhirnya dia meninggal. Semua ini terjadi dengannya sewaktu dia masih hidup, memang sangat mengganggu tapi inilah kenyataanya.
Kronologi Penyiksaan Junko Furuta
Hari 1 : 22 november 1988 : Penculikan
• Dikurung sebagai tahanan dirumah, dan dipaksa berpose sebagai pacar salah satu cowok.
• Diperkosa (lebih dari 400 kali totalnya).
• Dipaksa telpon orangtuanya dan mengatakan kalau dia kabur dan situasi aman.
• Kelaparan dan kekurangan gizi.
• Diberi makan kecoak dan minum urin.
• Dipaksa masturbasi.
• Dipaksa striptease didepan banyak orang.
• Dibakar dengan korek api.
• Memasukan macam-macam benda (dari yang kecil sampai yang besar) ke kelamin dan anusnya.
Hari 11 : 1 Desember 1988 : Menderita luka pukulan keras yang tak terhitung berapa kali
• Muka terluka karena jatuh dari tempat tinggi ke permukaan keras.
• Tangan diikat ke langit langit dan badanya digunakan sebagai samsak untuk sarana tinju.
• Hidungnya berdarah sehingga dia cuma bias bernafas lewat mulut.
• Barbel dijatuhin ke perutnya.
• Muntah darah ketika minum air (lambungnya tidak bisa menerima air itu).
• Mencoba kabur dan dihukum dengan sundutan rokok di tangan.
• Cairan seperti bensin dituang ke telapak kaki, dan betis hingga paha lalu dibakar.
• Botol dipaksa masuk ke anusnya, menyebabkan luka.
Hari 20 : 10 Desember 1989 : Tidak bisa jalan dengan baik karena luka bakar dikaki
• Dipukuli dengan tongkat bambu.
• Petasan dimasukin ke anus, lalu disulut.
• Tangan di remukkan (dipukul supaya gepeng) dengan sesuatu yang berat dan kukunya pecah.
• Dipukulin dengan tongkat dan bola golf.
• Memasukan roko ke dalam kelaminnya (mungkin maksudnya dijadikan asbak, dimatikan di kelamin dan abunya dibuang ke dalam).
• Dipukulin dengan tongkat besi.
• Saat musim dingin bersalju disuruh tidur di balkon.
• Tusuk sate dimasukin ke dalam kelamin dan anus menyebabkan pendarahan.
Hari 30 : Cairan lilin panas diteteskan ke mukanya
• Lapisan mata dibakar korek api.
• Dadanya ditusuk-tusuk jarum.
• Payudara kiri dihancurkan dan dipotong tang.
• Bola lampu panas dimasukin vagina.
• Luka berat di vagina karena dimasukkan gunting.
• Tidak bisa kencing dengan normal.
• Luka sangat parah hingga membutuhkan sejam untuk merangkak turun tangga saja untuk ke kamar mandi.
• Gendang telinga rusak parah.
• Ukuran otak menciut sangat sangat banyak.
Hari 40 : Memohon pada para penyiksa untuk membunuhnya saja dan menyelesaikannya
• Junko merayaakn tahun baru sendirian.
• tubuhnya dimutilasi.
• Tidak bisa bangun dari lantai.
Hari ke 44 : Para cowok itu menyiksa badanya yang termutilasi dengan barbel besi, dengan alasan kalah main mahyong.
• Furuta mengalami pendarahan di hidung dan mulut. Mereka menyiram mukanya dan matanya dengan cairan lilin yang dibakar.
• Lalu cairan korek api dituang ke kaki tangan muka, perut dan dibakar. Penyiksaan akhir ini berlangsung sekitar 2 jam nonstop.
• Junko furuta meninggal hari itu dalam rasa nyeri sakit dan sendirian. Tidak ada yang bias menandingi 44 hari penderitaan yang sudah dia alami.
Cerita tragis yg tak akan pernah terlupakan, banyak yang mengenang kisah ini dengan berbagai cara salah satunya ada yg membuatkan lagu yang mengkisahkannya, menghadapi berbagai penyiksaan yg dialami Junko Furuta, seperti lagu dari The Gazette-Taion.
Untuk menghindari pengejaran polisi, pria A memaksa Furuta untuk menelepon orangtuanya dan menyuruhnya mengatakan kalau dia kabur dari rumah, dengan temanya, dan tidak berada dalam bahaya. Bahkan pria A membuat Furuta berpose sebagai pacar dari salah satu pria itu ketika orangtua C, pemilik rumah sedang ada dirumah tersebut. Kalau mereka sudah yakin orang tua C tidak akan telepon polisi, mereka pun menyudahi sandiwara tersebut. Furuta mencoba kabur berkali – kali, memohon pada orang tua C untuk menyelamatkan dia, tapi mereka tidak melakukan apa-apa meskipun mereka tau kalau selama ini Furuta disiksa, karena mereka takut kalau pria A akan menyiksa mereka. Pria A saat itu adalah pemimpin Yakuza kelas rendah dan telah mengencam siapapun yang ikut campur akan dibunuh.
Menurut kesaksian para pria itu di persidangan, mereka berempat memperkosa Furuta, memukulinya, memasukan macam2 ke dalam kelaminnya termasuk tongkat besi, membuatnya minum urinya sendiri dan makan kecoak, memasukan petasan ke dalam kelaminnya dan meledakanya, memaksa Furuta untuk *maaf masturbasi, memotong payudaranya dengan tang, menjatuhkan barbel ke perutnya, dan membakarnya dengan rokok dan korek api (salah satu dari pembakaran itu adalah hukuman kepada Furuta karena dia berusaha menelepon polisi). Luka Furuta sangat parah hingga menurut salah kesaksian pria itu, Furuta membutuhkan waktu satu jam lebih untuk merangkak turun tangga menuju kamar mandi. Mereka bahkan mengatakan kemungkinan 100 orang tahu kalau mereka menahan Furuta di rumah tersebut, tapi hal ini tidak jelas artinya apa 100 orang itu hanya tahu atau mereka ikut memperkosa dan menyiksa juga saat berkunjung ke rumah tersebut. Pria-pria itu menolak membiarkan Furuta bunuh diri, walau Furuta sering kali memohon pada mereka untuk membunuhnya saja dan menyudahi penderitaan tersebut.
Pada 4 Januari, 1989, Salah satu pria saat itu kalah main mahyong, keempat cowok itu memukuli furuta dengan barbel besi, menuang cairan korek api ke kakinya, tanganya, perutnya, dan mukanya, dan lalu membakarnya. Dia meninggal tak lama kemudian hari itu karena shock. Kempat cowok itu menyatakan kalau mereka tidak menyadari betapa parah luka yang dialami Furuta, dan mereka percaya kalau Furuta hanya berpura-pura mati.
Para pembunuh itu menyembunyikan mayatnya di antara 55 drum galon dan menutupinya dengan semen. Mereka membuang drum tersebut di Koto, Tokyo.
Keempat pelaku yang telah berbuat biadab kepada Junko Furuta
Penahanan dan Hukuman
Para pria itu ditangkap dan disidangkan sebagai orang dewasa, tapi karena Jepang menangani kejahatan yag dilakukan oleh pria yang masih dibawah umur, identitas mereka disembunyikan oleh persidangan. Tapi bagaimanapun juga, seminggu kemudian, majalah mingguan bernama Shukan Bunshun menerbitkan nama mereka, dengan menyatakan “hak asasi tidak dibutuhkan oleh penjahat biadab.” Mereka juga menerbitkan nama asli Furuta dan detail tentang kehidupan pribadinya dan menerbitkanya dengan sangat nafsu di media. Kamisaku dituntut sebagai pemimpin para pria itu, (entah benar atau tidaknya) menurut persidangan.
Keempat cowok itu diberi keringanan dengan dinyatakanya bersalah dalam tuntutan “membuat luka fisik yang menyebabkan kematian”, dibandingkan tuntutan pembunuhan. Orang tua pria A menjual rumah mereka dengan harga maksimum 50 juta yen atau 5 miliar rupiah dan membayarnya sebagai kompensasi untuk keluarga Furuta.
Untuk partisipasinya di kejahatan ini, Kamisaku harus menjalani 8 tahun di penjara anak-anak sebelum dia dibebaskan di bulan Agustus 1999. Di bulan Juli 2004, Kamisaku ditangkap karena mencelakai seorang kenalan, yang dia pikir membuat pacarnya menjauhi dia, dan dengan bangga menceritakan tentang keluarganya sebelum mencelakai kenalannya itu. Kamisaku dihukum 7 tahun dengan tuntutan memukuli.
Orangtua Junko Furuta terkejut dengan kalimat yang diterima dari pembunuh anak perempuanya, dan bergabung dengan grup masyarakat melawan orangtua Pria C yang rumahnya dijadikan tempat menyekap. Ketika beberapa masalah ditimbulkan dari bukti (semen dan rambut yang didapat dari tubuh Furuta itu tidak cocok dengan bukti dari tersangka), pengacara yang menangani lembaga masyarakat memutuskan untuk tidak membantu mereka lagi karena merasa tidak ada bukti dan tidak ada dakwaan terhadap tersangka. Ada spekulasi bahwa bukti yang mereka dapat itu didapat dari orang tidak teridentifikasi yang memperkosa atau ikut menyiksa Furuta.
Satu dari yang paling menggangu dari kisah nyata ini adalah bahwa para pembunuh Furuta sekarang bebas. Setelah membuat Junko Furuta melalui berbagai penderitaan, mereka adalah cowok bebas sekarang.
“Seorang cewek SMU diculik oleh 4 remaja pengacau ketika dia sedang perjalanan ke tempat kerja sambilannya. Mereka membawa dia ke rumah seorang teman, mengurungnya dikamar, dan selama 45 hari menyiksanya. Mereka memperkosanya bergantian, memukulinya, menendanginya, menyiram bahkan mencekoki kelaminnya dengan cairan yang ada dalam korek api dan membakarnya, dan sangat banyak lagi yang tidak terdokumentasikan oleh para polisi. Mereka membuatnya babak belur dengan rasa nyeri di seluruh tubuhnya, mereka mengikatnya, menindihnya, dan menjatukan barbel ke atas perutnya. Penyiksaan terakhir lebih dari yang dia sanggupi, dan setelah beberapa waktu dia meninggal dunia. Ketika para pria itu ditanyai kenapa mereka ga melakukan apa-apa pada detik-detik menjelang kematian cewek itu, mereka menjawab “kami kira dia pura – pura.” “Dia mencoba kabur lebih dari sekali. Pertama, dia tertangkap saat berusaha menelepon. Yang kedua kali, dia berusaha melarikan diri dan dia minta tolong sama orang tua pria C, pemilik rumah”, pemilik rumah yang ternyata telah mengetahui selama ini apa yang terjadi pada Furuta. Dia memohon minta tolong, tapi mereka menolak. Mereka beralasan bahwa anaknya punya banyak koneksi penjahat dan mereka tidak mau ikut campur ke dalam masalah itu. Setelah kematian Furuta, mereka mengisolasi tanganya dan kakinya jadi satu, memasukan dalam 55 drum galon, mengisi dengan semen dan buang di tanah kosong. Tubuhnya tidak ditemukan sampai setahun kemudian. Ketua dari para pria penjahat itu dipenjara 7 tahun dan sekarang berkeliaran bebas.
Semua hal menakutkan setengah mati yang dialami Junko Furuta dikumpulkan melalui sidang di Jepang dan Bogs dari 1989. Mereka menunjukan kalau sakit yang dialami Junko Furuta harus dialami bertubi-tubi sebelum akhirnya dia meninggal. Semua ini terjadi dengannya sewaktu dia masih hidup, memang sangat mengganggu tapi inilah kenyataanya.
Kronologi Penyiksaan Junko Furuta
Hari 1 : 22 november 1988 : Penculikan
• Dikurung sebagai tahanan dirumah, dan dipaksa berpose sebagai pacar salah satu cowok.
• Diperkosa (lebih dari 400 kali totalnya).
• Dipaksa telpon orangtuanya dan mengatakan kalau dia kabur dan situasi aman.
• Kelaparan dan kekurangan gizi.
• Diberi makan kecoak dan minum urin.
• Dipaksa masturbasi.
• Dipaksa striptease didepan banyak orang.
• Dibakar dengan korek api.
• Memasukan macam-macam benda (dari yang kecil sampai yang besar) ke kelamin dan anusnya.
Hari 11 : 1 Desember 1988 : Menderita luka pukulan keras yang tak terhitung berapa kali
• Muka terluka karena jatuh dari tempat tinggi ke permukaan keras.
• Tangan diikat ke langit langit dan badanya digunakan sebagai samsak untuk sarana tinju.
• Hidungnya berdarah sehingga dia cuma bias bernafas lewat mulut.
• Barbel dijatuhin ke perutnya.
• Muntah darah ketika minum air (lambungnya tidak bisa menerima air itu).
• Mencoba kabur dan dihukum dengan sundutan rokok di tangan.
• Cairan seperti bensin dituang ke telapak kaki, dan betis hingga paha lalu dibakar.
• Botol dipaksa masuk ke anusnya, menyebabkan luka.
Hari 20 : 10 Desember 1989 : Tidak bisa jalan dengan baik karena luka bakar dikaki
• Dipukuli dengan tongkat bambu.
• Petasan dimasukin ke anus, lalu disulut.
• Tangan di remukkan (dipukul supaya gepeng) dengan sesuatu yang berat dan kukunya pecah.
• Dipukulin dengan tongkat dan bola golf.
• Memasukan roko ke dalam kelaminnya (mungkin maksudnya dijadikan asbak, dimatikan di kelamin dan abunya dibuang ke dalam).
• Dipukulin dengan tongkat besi.
• Saat musim dingin bersalju disuruh tidur di balkon.
• Tusuk sate dimasukin ke dalam kelamin dan anus menyebabkan pendarahan.
Hari 30 : Cairan lilin panas diteteskan ke mukanya
• Lapisan mata dibakar korek api.
• Dadanya ditusuk-tusuk jarum.
• Payudara kiri dihancurkan dan dipotong tang.
• Bola lampu panas dimasukin vagina.
• Luka berat di vagina karena dimasukkan gunting.
• Tidak bisa kencing dengan normal.
• Luka sangat parah hingga membutuhkan sejam untuk merangkak turun tangga saja untuk ke kamar mandi.
• Gendang telinga rusak parah.
• Ukuran otak menciut sangat sangat banyak.
Hari 40 : Memohon pada para penyiksa untuk membunuhnya saja dan menyelesaikannya
• Junko merayaakn tahun baru sendirian.
• tubuhnya dimutilasi.
• Tidak bisa bangun dari lantai.
Hari ke 44 : Para cowok itu menyiksa badanya yang termutilasi dengan barbel besi, dengan alasan kalah main mahyong.
• Furuta mengalami pendarahan di hidung dan mulut. Mereka menyiram mukanya dan matanya dengan cairan lilin yang dibakar.
• Lalu cairan korek api dituang ke kaki tangan muka, perut dan dibakar. Penyiksaan akhir ini berlangsung sekitar 2 jam nonstop.
• Junko furuta meninggal hari itu dalam rasa nyeri sakit dan sendirian. Tidak ada yang bias menandingi 44 hari penderitaan yang sudah dia alami.
Cerita tragis yg tak akan pernah terlupakan, banyak yang mengenang kisah ini dengan berbagai cara salah satunya ada yg membuatkan lagu yang mengkisahkannya, menghadapi berbagai penyiksaan yg dialami Junko Furuta, seperti lagu dari The Gazette-Taion.
Lirik
The Gazette-Taion
A wintry sky and the broken streetlight cold wind.
Langit musim dingin dan angin dingin lampu jalan rusak.
Unknown shadow the footprint of desertion.
Bayangan tak dikenal jejak yang ditinggalkan.
Freedom was taken.
Kebebasan direnggut.
An understanding is... impossible. (x8)
Suatu pemahaman adalah ... mustahil. (x8)
If it wakes up a gloomy ceiling.
Jika terbangun pada langit-langit suram.
A laughing voice sinks in the eardrum it is soiled.
Sebuah suara tertawa tenggelam di gendang telinga ini adalah kotor.
And violence rapes me, rapes me, rapes me.
Dan kekejaman memperkosaku, memperkosaku, memperkosaku
An understanding is... impossible. (x8)
Suatu pemahaman adalah ... mustahil. (x8)
Why was I chosen? Someone should answer…
Mengapa aku yang terpilih? Siapapun harus menjawabnya...
dou ka hidoi yume da to kotaete hoshii
Tolong, aku ingin kau menjawab bahwa ini adalah mimpi buruk
dore dake sakebi modae kurushimeba ii
Berapa banyak aku harus berteriak, kesedihan, serta menderita?
dou ka hidoi yume da to oshiete hoshii
Tolong, aku ingin kau memberitahuku ini adalah mimpi buruk
chigiresou na koe de nando mo sake n da
Berapa lama suara teriakan ini akan tampak tersobek-sobek?
There is no hand of preparing of the disordered hair.
Tidak ada tangan untuk mempersiapkan rambut tak tertata.
A laughing voice sinks in the eardrum a faint temperature is mixed in the midwinter.
Sebuah suara tertawa tenggelam di gendang telinga suhu lemah dicampur di tengah musim dingin.
An understanding is... impossible. (x8)
Suatu pemahaman adalah ... mustahil. (x8)
koe wo koroshite karesou na jibun ni ii kikaseteita
Aku telah membunuh suaraku, dan meyakinkan diri
ikiru koto wo miushinawanuyou
Untuk tidak melupakan kehidupan
koe wo koroshite furueta yoru wa itami ni oboreteiku
Malam menggigil yang membunuh suaraku akan tenggelam dalam rasa sakit
togiresou na iki wo yurushite...
Maafkan aku karena nafasku yang tampaknya telah berhenti
dou ka hidoi yume da to kotaete hoshii
Tolong, aku ingin kau menjawab bahwa ini adalah mimpi buruk
dore dake sakebi modae kurushimeba ii
Berapa banyak aku harus berteriak, kesedihan, serta menderita?
dou ka hidoi yume da to oshiete hoshii
Tolong, aku ingin kau memberitahuku ini adalah mimpi buruk
saigo ni mou ichido dake waratte mitai
Pada saat-saat terakhirku, aku ingin mencoba untuk tersenyum sekali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar