Chapter
4 : Kekuatan Misterius
Genre
: Fantasy, Action/Adventure, Romance, Friendship, Family
Rated
: R
Disclaimer
: By Rheta and Guro's Friend, OC
Warning
: Typo, Gaje.
Mohon
maaf jika masih ada kesalahan pada pemilihan kata yang tepat. Kritikan anda
sangat membantu untuk memperbaiki cerita ini.
Pohon maple dikota telah berubah
menjadi jingga. Daun-daun yang berguguran sudah menghiasi jalanan. Suhu udara
disekitar juga mulai dingin. Hari ini telah memasuki pertengahan musim gugur.
Seluruhnya berwarna jingga. Taman kota, hutan, tak terkecuali juga pemandangan di
kastil Guro.
Dipagi yang dingin itu. Di
kastil Guro, pada lantai atas, sudah terdengar derap langkah dari kaki kecil milik
sosok gadis yang bersurai hitam itu, yang tak lain adalah Kyoko sendiri. Gadis
miko yang baru saja bergabung selama 3 hari didalam geng Guro ini, berlari
keluar dari kamarnya. Ia berlari menuruni tangga untuk sampai lantai dasar,
menyusuri lorong kastil hingga menuju pintu belakang, dimana pintu itu
merupakan jalan menuju halaman belakang. Ia berlari keluar, melewati rerumputan
yang masih basah akibat embun dipagi hari, berlari tanpa peduli akan kotornya yukata putih polos yang sedang digunakannya. Yang
ada dipikirannya saat ini hanyalah, menyambut puncak musim gugur pertama di
Guro. Ia terus berlari menuju hutan yang terletak dekat dengan halaman belakang
kastil Guro itu.
Letak kastil
Guro dekat dengan hutan yang menjadi perbatasan Negara COSA. Tempat yang
sedikit terpencil. Ini sengaja, agar organisasi yang berkedok mafia itu tidak
terlalu mengganggu hiruk pikuk ditengah negara COSA, yang konon dipimpin oleh
seorang bangsawan, yang tentunya tidak ingin penduduknya diresahkan oleh
kehadiran mafia ini.
Semenjak Kyoko tinggal dikastil,
hutan itu sudah menjadi tempat favoritnya. Ia sudah terbiasa dengan latar hutan
yang menjadi tempat tinggalnya dulu saat masih di kuil. Sehingga tidur didalam
kastil seperti itu belum membuatnya terbiasa.
Musim gugur
ini, merupakan moment favoritnya, dimana pohon-pohon telah berubah warna menjadi
warna yang difavoritkannya, jingga dan merah. Ia Berlari kesana kemari,
mengejar serangga, sekaligus bersenandung. Benar-benar asik pada dunianya
sendiri. Begitu bersemangat walaupun matahari belum terlalu menunjukkan cahayanya.
Ditengah keasikannya, tanpa
disadari, dari salah satu balik pohon itu terdapat seseorang yang
memperhatikannya sedari tadi. Siapa orang itu? Belum diketahui oleh Kyoko.
Orang itu terus
mengikutinya dengan menyelinap dari atas pohon ke pohon yang lain. Perlahan
mulai mendekatinya. Kyoko yang masih asik bermain pun belum menyadari sama
sekali hawa orang itu. Dirasa posisi aman, orang itu pun mulai
memperhatikannya, namun tiba-tiba, krak! Suara
sebuah batang pohon yang patah terdengar, Krak!
Bugh!,”Itta!” pekik orang itu, dengan disusul suara rusuh.
Suara sekaligus
teriakan yang reflek terlontar dari mulut orang itu tentu membuat Kyoko
menyadari keberadaannya. Ia menoleh tepat pada asal suara tersebut,“Siapa disitu?”
teriaknya mulai waspada.
Semak-semak yang
menjadi landasan jatuh orang itu bergerak, dan tak lama kemudian,“selamat pagi,
Kyoko..” ucapnya tanpa intonasi. terlihatlah sosok pria dengan surai pirang
pucat dan iris mata coklat terangnya yang menatap tepat pada Kyoko. Sosok itu
tak lain adalah,
“Arthur?” Ucap
Kyoko, yang memang mengenali sosok itu. Benar, sosok itu adalah Arthur, yang
dikenal sebagai wakil ketua Guro,”apa yang Arthur lakukan disitu?” Kyoko menatap
bingung pada Arthur.
Arthur merasa malu karena muncul
didepan gadis itu secara konyol. Seorang wakil ketua Guro muncul didepan
anggotanya dengan cara jatuh kesemak-semak, harus menjawab apa Arthur dari
pertanyaan dari Kyoko,“hanya.. menghirup udara segar dipagi hari” ucap Arthur
berusaha tetap tenang,”bagaimana dengan kau sendiri? Apa kau berburu mangsa?
Sepertinya kau menikmati suasana dipagi ini”, lanjutnya mencari topik, untuk
menutup rasa canggung dari dirinya.
Jawaban yang tidak masuk akal
memang. Bagaimana bisa seseorang menghirup udara segar sampai terjatuh dari
pohon? Meskipun begitu, Kyoko tidak menghiraukannya,“Kyoko tidak sedang berburu
mangsa, Kyoko hanya sedang bermain di hutan ini” jawab Kyoko. Kemudian ia
mendekati Arthur, memeriksa keningnya,”apa Arthur tidak apa?” tanya Kyoko.
Bukannya merasa curiga, ia justru mengkhawatirkan keadaan Arthur.
Tapi kenapa harus kening yang
diperiksa? Ah mungkin karena insiden tadi, Kyoko pasti sedang berpikir Arthur
sedang demam sehingga tidak bisa berjalan dengan benar, dan terjatuh saat
menghirup udara segar. Begitulah pikir Arthur. Dan untunglah Kyoko tidak
mencurigainya sama sekali. Arthur segera menyingkirkan tangan Kyoko,“Aku tidak
apa-apa, hanya terjatuh saat berjalan tadi..” jawab Arthur sekenanya.
“Begitu..” ucap Kyoko sedikit
lega. Ia juga tidak merasakan suhu tubuh yang panas saat menyentuh kening
Arthur. Jadi ia tidak perlu khawatir lagi. Ia menatap Arthur dengan seksama
kemudian. Menatap sosoknya dari atas sampai bawah, pakaian yang digunakan
Arthur bukanlah pakaian santai,”Arthur, sebenarnya ingin kemana?” tanya Kyoko
setelah itu.
Pertanyaan Kyoko sontak membuat
Arthur kebingungan,“aku tidak ingin pergi,” jawabnya,”aku baru saja pulang dari
sebuah misi” jelas Arthur sedikit berbohong. Setidaknya pakaian yang ia pakai menunjukkan
bahwa Arthur sedang menjalankan misi.
“Ohh.., misi apa itu?” tanya
Kyoko,”pasti melelahkan sebagai wakil ketua Guro, menjalankan misi yang berat
hingga harus pulang dipagi buta seperti ini” lanjut Kyoko. Karena memang masih pagi
buta. Jadi Kyoko berpikir Arthur sudah menjalankan misinya dari semalam.
Misi? Sekarang Arthur harus
berbohong apa lagi, karena dari awal misinya adalah memata-matai Kyoko. Namun
saat ini, apa yang harus diucapkan Arthur? Dan akhirnya,”Memata-matai..” ucap
Arthur, pasti setelah ini Kyoko menanyakan siapa yang dimata-matai olehnya,
jika itu terjadi,
“Memata-matai? Siapa yang Arthur mata-matai?” dan dugaan Arthur benar,
Kyoko menanyakan hal itu.
Arthur tinggal menjawab,”musuh.. dan aku tidak bisa memberitahumu” ucap
Arthur tersenyum. Senyum dengan makna tertentu tentunya.
“Begitu.. baiklah” ucap Kyoko, sekaligus berhenti menanyakannya lagi. Ya,
pastinya Guro memiliki musuh, mengingat Guro adalah sebuah geng mafia. Jadi tak
heran pikir Kyoko,”Kalau begitu, sebaiknya Arthur beristirahat. Pasti Arthur
lelah kan?” ucap Kyoko dengan senyum tulusnya,”Mau Kyoko antarkan?” lanjut
Kyoko bermaksud menawarkan bantuannya sebagai anggota.
Arthur langsung menolak tawaran
Kyoko, dengan wajar tentunya,”tidak perlu,” meskipun begitu nada bicaranya
terdengar dingin,”aku tidak butuh bantuan siapapun, kau lanjutkan saja urusanmu”
ucap Arthur bermaksud menghindar.
Namun Kyoko tetap bersikeras
menawarkan bantuannya. Bagaimana tidak? Kesan pertama Kyoko terhadap Arthur
tidak begitu menyenangkan. Maka dari itu Kyoko ingin membantunya, ditambah rasa
ingin balas budi terhadap apa yang dilakukan Arthur saat misi harta karun tempo
hari lalu. Arthur sudah repot-repot membahayakan dirinya untuk melindungi Kyoko
dari Mumy yang menyerangnya,”tidak apa, Kyoko sudah tidak sibuk lagi desu!
Lagipula Kyoko hanya bermain sedari tadi,” sergahnya.
Beberapa detik mereka sempat bertatapan. Arthur tidak ingin membuang
wakunya lagi. Karena dirasa Kyoko benar-benar tidak mencurigainya. Ditambah
habisnya alasan untuk menghindari Kyoko. Akhirnya, Arthur berniat menanyakannya
langsung,”Kyoko?” sahut Arthur.
“Ung? apa?” sahutan Arthur
langsung dijawab Kyoko.
“Kenapa kau tidak menggunakan
kekuatanmu saat misi berburu harta karun kemarin?” tanpa basa basi Arthur
benar-benar menanyakan langsung pada intinya. Apa yang diintainya selama ini.
Kekuatan misterius Kyoko.
Kyoko sedikit terkejut dengan
pertanyaan Arthur yang menyinggung kekuatannya. Kekuatan yang selalu ia
sembunyikan dari anggota Guro. Kekuatan yang sangat dibencinya,”….” Kyoko sempat
terdiam sejenak sampai akhirnya,“kekuatan? Kekuatan apa?” Kyoko tidak
menjawabnya.
Arthur tahu perkataan Kyoko
barusan merupakan pengalihan dari pertanyaannya, sepertinya Kyoko memang tidak
ingin memberitahukan hal tersebut. Arthur tanpa ragu menanyakannya kembali,“Kekuatan.
Kekuatan yang kau gunakan saat menyerang Rei itu?” balas Arthur dengan tenang.
Arthur yakin kali ini Kyoko tidak bisa menyergahnya.
Kyoko sudah menduga, cepat atau
lambat cerita itu akan menyebar pada seluruh anggota Guro,”Apa Rei-san
menceritakannya?”
“Ya.. sedikit,” jawab Arthur,
yang sebenarnya ia mengetahuinya sendiri.
Raut wajah Kyoko berubah. Kyoko
tampak enggan menjawab pertanyaan Arthur dari awal,”…” Kyoko hanya terdiam.
Arthur tentu melihat perubahan ekspresinya. Sejujurnya Arthur sedikit
merasa bersalah menanyakannya hal ini secara langsung. Dilihat dari ekspresi
Kyoko. Sepertinya ekspresi tersebut bukanlah ekspresi menyembunyikan sesuatu,
melainkan ada sesuatu yang membebaninya, sehingga Kyoko membisu. Walaupun, sebenarnya,
Arthur memiliki maksud tertentu dengan melontarkan pertanyaan tersebut,“Maaf,
seharusnya aku tidak menanyakan hal itu” ucap Arthur,
Kyoko langsung terhenyak,
menatap tidak percaya pada wajah Arthur,”tidak.. Kyoko tidak masalah!” Kyoko
cepat-cepat menyergahnya. Kyoko tidak ingin mengecewakan Arthur, jika memang
Arthur menginginkan jawaban tersebut,”Kyoko belum dapat menggunakan kekuatan
itu. Itu saja” lanjutnya. Walaupun belum sepenuhnya jawaban itu terjawab
seperti yang sedang dipikirkan Kyoko.
“Belum dapat..” ucap Arthur
walaupun dengan nada yang samar-samar,”tidak apa, kau tidak perlu menjawabnya
sekarang” ucap Arthur kemudian,”Kuberitahu satu hal, Guro memiliki dojo. Setiap
pagi pasti ada Mori yang berlatih disana, datanglah dan minta bantuannya untuk
melatihmu” ucap Arthur kemudian. Arthur rasa sarannya merupakan hal yang tepat,
jika dilihat dari respon Kyoko tadi terhadap pertanyaannya.
“Mori-sama?” ucap Kyoko. Ekspresinya
menunjukkan sedang mencerna perkataan Arthur barusan,”Ah.. baik,” jawab Kyoko
walaupun belum mengerti sepenuhnya.
“Kalo begitu, aku kembali ke
kastil duluan, sampai jumpa” ucap Arthur kemudian,
“Tu-tunggu, Kyoko juga kembali
ke kastil, ayo ke kastil bersama” ucap Kyoko sembari menyusul Arthur, berjalan
dibelakangnya.
Pagi itu, langit tampak cerah. Matahari sudah muncul seutuhnya. Beberapa
anggota Guro pun sudah mulai menjalani aktivitasnya masing-masing. Tsu, Jane,
Rei, Shine, tak terkecuali juga sang ketua.
Namun dipagi yang cerah itu, terdengar suatu suara yang memecah kesunyian
dikastil ini. Suara tembakan peluru. Disusul suara aduan besi yang nyaring.
Suara tersebut berasal dari dojo Guro, yang tak lain bersumber dari Shine dan
Mori.
‘Traang!’
“Kenapa kau tidak melawan deshou? Kau terlalu lembek bagi seorang pria” ucap
sarkastik dari si gadis berambut ungu kesilveran itu. Menatap sinis pada pria
bersurai putih yang ada didepannya.
‘Dor!’ ‘Traang!!’
Mori dengan sigap membelah peluru yang telah diluncurkan Shine menggunakan
katana putihnya. Kemampuan prediksi Mori yang tinggi memudahkannya untuk menghindari
perluru tersebut. Dua suara tembakan kembali terdengar, satu peluru berhasil
dibelahnya, dan peluru kedua dihindari Mori dengan mudah melewati sisi samping
wajahnya, hingga peluru tersebut melesat dan membuat sebuah lubang pada dinding
kayu dibelakangnya.
Shine mulai menunjukkan ekspresi tidak senangnya, Mori tampak tenang
sedari tadi tanpa membalas serangannya,”Jika kau begini terus kau tidak akan
menang dari ku deshou” kali ini ia berniat menyerang Mori tanpa ampun. Dikeluarkannya
sebilah pisau dari sarung yang terikat dipaha kanannya.
‘cklek. Dordordordorodordor’
Tanpa jeda Shine meluncurkan tembakannya secara bertubi-tubi pada Mori.
Mori dengan cepatnya menghindar sekaligus menangkis peluru dengan katana
putihnya itu kembali.
Ditengah kesibukan Mori untuk menghindari pelurunya, Shine mencuri
kesempatan untuk melesat mendekati Mori. Dan benar saja, sebuah celah terbuka. Sebuah
terjangan kaki Shine pun didaratkan tepat pada dada Mori.
‘jdak’
Mori merasa dirinya telah lengah. Mori pun terhempas dan jatuh membentur lantai
Dojo, Katananya juga terlepas dari genggamannya dan terlempar jauh dibelakang
Mori. Hentakan kaki yang cukup kuat untuk seorang gadis, pikir Mori. Tenaga
Shine benar-benar tidak dapat diremehkan, Mori kali ini tahu sebab kenapa para
laki-laki di Guro begitu segan dengan Shine. Baru berniat ingin berdiri, tiba-tiba
Mori sudah dihadapkan Shine yang sudah melompat kearahnya.
“Sudah kubilang bukan? Sekarang kena kau!” dalam sekejap lutut Shine kini
sudah menusuk sekaligus menduduki dada Mori yang terbaring disitu.
“Ugh!” Sedikit tersedak memang, namun tidak cukup untuk menyakitkan Mori.
Tapi kali ini Mori tidak dapat bergerak. Tubuh Shine mengunci tubuhnya.
”Baiklah, sekarang apa yang akan kau lakukan Mori, ada kata-kata terakhir
sebelum aku menusukkan ini diwajahmu?” ucap Shine sembari mempersiapkan pisau
yang sudah dikeluarkan sedari tadi ditangan kanannya. Shine tersenyum penuh
kemenangan.
“Baiklah aku menyerah” ucap Mori begitu saja.
“Haa? Yang benar saja? Beginikah sikap ketua?!” Tentunya Shine tidak
percaya akan respon Mori barusan. Apa-apa’an itu, batinnya. Menyerah begitu cepat,
padahal Mori belum melakukan perlawanan sama sekali.
“Sebenarnya apa mau mu hingga memperlakukanku seperti ini, Shine?” tanya Mori
dengan tenang disaat seperti itu. Sebenarnya dari awal mereka tidak sedang
berlatih, walaupun terlihat seperti itu. Jika kita putar waktunya kembali,
sebelum kejadian ini, Mori sedang berlatih sendirian di dojo pribadinya. Dan
entah kenapa, tiba-tiba saja Shine mendatanginya dan langsung menyerangnya tanpa
alasan. Dan Mori tidak sempat menanyakan alasan itu dari awal.
“Kau tidak tahu kesalahanmu?” Shine mulai menggores wajah pipi Mori, membentuk
sayatan kecil dipipinya.
Mori tidak menunjukkan respon apapun ketika ujung pisau milik Shine sudah
menyentuh kulit Mori. Meskipun sayatan kecil sudah terbentuk dipipinya, tetesan
darah yang sangat diharapkan Shine tidak keluar sama sekali.
Ya.. jika Mori tidak merespon Shine, berarti Mori tidak mengetahui
kesalahannya. Setidaknya itulah yang dilihat Shine sekarang,“apa yang kau
lakukan pada hari itu? Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu terhadap anggotamu
ini?” Shine sedikit memperjelas pertanyaannya dengan tatapan intimidasi
khasnya.
Mori menghela nafasnya sejenak. Kelakuan gadis detektif satu ini memang
tidak bisa diremehkan, bahkan Shine sampai menyeledikinya sejauh ini,”Aku tidak
melakukan apa-apa,” ucap Mori dengan senyum simpulnya. Ekspresi yang jujur
tertampang diwajah Mori.
”Hmm.. bagaimana jika kuukir namaku disini? Pasti bagus,” Shine kembali
melanjutkan sayatan dipipi Mori,
“Sungguh..” lanjut Mori mencoba meyakinkan Shine.
“S..” Shine mulai mengukir huruf pertama namanya. Kenapa Shine melakukan
ini? Tentu karena tidak puasnya Shine terhadap jawaban Mori.
Mori tidak mengelak ataupun memberontak meskipun saat ini wajahnya sedang
‘dilukis’.
“H…” Shine masih melanjutkan karya seninya dipipi Mori,
Mori tahu apa yang ada dipikiran gadis ini. Jika Shine tidak puas dengan
jawaban Mori, Shine tidak akan berhenti, begitulah pikirnya. Sudah menjadi
watak bawaan dari Shine. Bahkan Mori sudah sedikit terbiasa dengan sikap keras
kepalanya itu,“Baiklah, aku hanya ada urusan kecil waktu itu..” Mori pun
berkata. Setidaknya itu jawaban yang ingin didengar Shine.
Dan benar saja, Shine menghentikan sayatannya,”urusan kecil?” kini Shine
menatap menyelidik pada Mori,”Kau memiliki urusan lain dan meninggalkan
anggotamu?” timpal Shine lagi.
Shine memang seorang detektif yang memiliki tenaga super layaknya
laki-laki, tapi bagaimana pun juga Shine tetaplah wanita. Berpikir curiga
kepada lelaki, pasti sudah menjadi sifat alami seorang gadis, pikir Mori,“Aku
tidak meninggalkan kalian” ucap Mori bermaksud menenangkan Shine.
“Tidak meninggalkan kami?” Shine kembali melanjutkan sayatannya yang
sempat terhenti tadi,” I..”
Mori tidak habis pikir, kenapa sikap Shine seperti ini. Menjawab apapun
Shine tetap tidak puas oleh jawaban Mori. Sepertinya Shine memang hanya ingin
mendengar jawaban yang ingin didengarnya. Mori menghela nafasnya kembali,“Shine,
bisakah kau menghentikan ini?” akhirnya Mori memberanikan diri. Suara Mori
sekarang sedikit lebih berat, benar-benar meminta Shine untuk menghentikan sikapnya.
“N…” namun Shine tidak memperdulikan permintaan ketuanya itu. Walaupun
Shine menyadari perubahan nada Mori yang Shine rasa, Mori akan meledak sebentar
lagi.
“Shine.. jangan sampai aku melakukan hal kasar padamu” ucap Mori tetap
tenang.
Dan benar saja dugaan Shine, tapi Shine tetap tidak takut,“Lakukanlah
jika kau bisa, sekalian saja kau tusuk aku dengan katanamu itu? Aku tau
sebenarnya kau bisa saja lepas dariku sedari tadi, kenapa kau tidak
melakukannya? Hmm?” ucap Shine dengan sarkastiknya.
Sekali lagi Mori menghela nafasnya, ia tidak tahu lagi bagaimana
menyikapi Shine. Meskipun Mori mengancamnya, tapi Mori tidak mau melakukannya.
Mori tidak ingin menyakiti anggotanya, apalagi seorang wanita. Memang tidak
terlihat tegas, tapi itulah Mori. Tidak heran Mori sering kali ditindas
anggotanya karena sikapnya yang segan itu.
“E.., oke selesai!” Shine berhasil menyelesaikan hasil ‘karya’nya itu dipipi
Mori,
Mori hanya menatapnya sedari tadi, dan tentu tatapannya dibalas kembali
oleh Shine, tapi lebih dingin,”Entah kenapa aku ingin menghancurkan wajah ini
sampai hancur lebur” ucap Shine dengan santainya.
“Shine!” Mori mencoba memperingatkan Shine yang masih duduk diatas
tubuhnya itu
“Apa? Kau ingin mengatakan sesuatu lagi?” balas Shine,
“Lepaskan aku.” Mori mempertegas permintaannya dengan baik-baik,
“Ah maaf aku tidak dengar?!” balas Shine kembali, yang memang sengaja
tidak memperindah permintaan Mori,
Mori sedikit lelah dengan sikap Shine itu,“Tolonglah, Shine..” namun Mori
tetap berusaha tenang.
Sikap lembeknya Mori benar-benar sangat dibenci Shine. Shine sudah muak,
ia pun mulai menunjukkan rasa kekesalannya, dengan menodongkan kembali Revolvernya,
tepat didahi Mori,”Aku beri kau kesempatan terakhir” ucap Shine dingin,
Tapi Mori terlihat pasrah sekarang, Mori benar-benar sudah kehabisan
akal.
“Taichou~ ada yang mencarimu~ apa kau masih disana?” tiba-tiba suara
seorang pria memecah keheningan disana, disusul suara derap langkah, yang
terdengar tidak hanya satu orang, melainkan dua orang. Dan tak lama kemudian
tampak lah dua sosok tersebut.
Mori melirik kearah dua sosok yang tengah berdiri didekat pintu dojo itu,
mereka yang tak lain adalah Arthur dan Kyoko,”Oh, Arthur, ternyata kau.., oh
kau juga membawa Kyoko?” ucap Mori ditengah-tengah situasinya yang genting,
bahkan Mori masih sempat tersenyum menyambut mereka.
‘Dor!’
Disela-sela penyambutan Mori dengan dua angota disana, dipotong oleh
Shine. Suara satu tembakan terdengar begitu keras. Bisa jadi Arthur ataupun
Kyoko terkejut tentunya,”Sudah..” ucap Shine setelah menembakkan peluru tepat
dikepala Mori. Dan Shine benar-benar sudah menembaknya. Mori juga sudah
terlihat tak bergerak ataupun bersuara lagi.
Dan benar saja. Arthur sempat diam mematung, terkejut dengan kejadian
didepannya secara tiba-tiba. Begitu juga Kyoko, Kyoko tidak kalah terkejutnya,”Kyaaaa!”
dan terdengarlah teriakan Kyoko.
“Shine-nee! Apa yang kau lakukan pada ketua?” bentak Kyoko pada Shine,
sembari berlari mendekati mereka berdua.
Shine tidak menggubris ataupun menanggapi pertanyaan Kyoko, ia dengan
santainya beranjak dari atas tubuh Mori, dan berjalan menjauh. Menjauhi omelan
dari Kyoko juga tentunya. Shine tahu setelah ini Kyoko akan menghujaninya
dengan banyak pertanyaan.
“Shine-nee?!” panggil Kyoko kembali, berharap mendapat respon dari Shine.
Tapi Shine tetap saja mengabaikannya.
Arthur tampak tidak panik sama sekali. Baginya ini merupakan pemandangan
yang sudah biasa. Jadi Arthur tidak berkutik sama sekali dari tempat ia berdiri
sekarang.
Berbeda dengan Kyoko, justru ini pemandangan yang tidak biasa baginya.
Bagaimana bisa seorang anggota secara terang-terangan membunuh ketuanya didepan
anggota lain? Bahkan Shine terlihat bersikap tidak bersalah sama sekali. Arthur
juga diperhatikannya, tetap tenang seperti biasa. Ada apa ini? Bukankah Arthur
wakil ketua Guro? Apakah Arthur merasa diuntungkan dengan posisinya sekarang,
jika ketua mati? Kepala Kyoko diisi banyak pertanyaan sekarang. Kyoko tampak
begitu panik, anggota lain pasti akan ada yang bertindak setelah melihat ini.
Kyoko pun memutuskan untuk segera memanggil anggota lain,”Kyoko akan mencari
yang lainnya untuk meminta bantuan!” begitulah ucapnya.
Mendengar hal itu sontak Shine menghentikan Kyoko, mencegah tindakan
Kyoko yang menurutnya tidak diperlukan,“Tunggu Kyoko! Tenanglah, Mori tidak
apa-apa, kau tidak perlu panik seperti itu” ucapan Shine segera.
Mori sudah tidak bergerak, dan kepalanya tertembak. Bagaimana bisa Shine
yang menjadi pelakunya mengatakan bahwa Mori tidak apa-apa,“Apa maksudmu
Shine?” Kyoko menatap Shine dengan penuh keheranan.
Namun belum Shine menjelaskan semuanya, tiba-tiba lenguhan Mori
terdengar,”u-ugh..”, mata Mori terbuka, wajah Mori pun sudah tidak ada bekas
luka apapun, bahkan bekas tembakan didahinya menghilang. Benar-benar bersih dan
bugar seperti sedia kala,”kau benar-benar melakukannya ternyata..” ucap Mori kepada
Shine, sembari bangkit dari posisinya menjadi duduk.
Kyoko langsung menatap tak percaya pada Mori. Bagaimana bisa? Sekarang
Kyoko menampakkan ekspresi wajah yang bingung.
“Aku tidak akan ragu lagi jika kau benar-benar berniat meninggalkan
anggota ini” jawab Shine yang sedang berdiri dibelakang Kyoko saat ini.
Mori kembali menghela nafasnya. Sepertinya memang terjadi salah paham
antar dirinya dan Shine. Mori beralih menatap Kyoko yang kini sedang berdiri
didepannya,”Ah ya.. ada apa kau mencariku Kyoko?” Tanya Mori setelah itu. Mori
tampak tidak menyadari sikap Kyoko, yang masih shock terhadapnya.
Kyoko segera tersadar saat Mori memberikan pertanyaan padanya,
cepat-cepat ia menanggapinya,”Ah.. a-anoo, apakah Mori-sama baik-baik saja?”
Tanya Kyoko yang masih terlihat linglung itu.
“Hmm?” tanggap Mori. Sepertinya Mori belum meberitahukan Kyoko satu hal
tentang dirinya, atau mungkin Kyoko lupa?
Arthur yang sedari tadi terdiam akhirnya berjalan mendekati mereka,”Kyoko
meminta bantuanmu untuk melatihnya” ucap Arthur mewakili Kyoko untuk menjawab
pertanyaan Mori yang belum terjawab itu, disusul uluran tangan yang diberikan
untuk membantu Mori berdiri.
“Oh..,” ucap Mori yang sudah berdiri berkat bantuan Arthur,”terima kasih,
Arthur”
“Ma-maafkan Kyoko karena mengalihkan pertanyaan Mori-sama” ucap Kyoko
cepat-cepat setelah menyadari kelancangannya barusan,”benar.. apakah Mori-sama
mau melatih Kyoko?” Ia pun membungkukkan badannya,”Kyoko mohon desu..”,
Mori tersenyum karena sikap Kyoko,”tidak apa Kyoko, kau tidak perlu
membungkuk seperti itu, berdirilah..” ucap Mori,”dan aku baik-baik saja” lanjut
Mori, membalas pertanyaan Kyoko sebelumnya.
“Ya, kau tidak perlu seformal itu kepada Mori, Kyoko” ledek Shine yang
kini sudah duduk disisi tak begitu jauh dari mereka. Shine tampak sibuk
membersihkan revolvernya.
Mori tidak menanggapi ledekan Shine sama sekali. Sudah biasa, itu
pikirnya. Jadi Mori hanya diam.
Kyoko kembali menegakkan tubuhnya menatap Mori,”Kalo begitu, apakah
Mori-sama mau mengajari Kyoko?” Tanya Kyoko,”Oh.. dan bagaimana bisa Mori-sama−“
Belum sempat Kyoko menyelesaikan perkataannya, Arthur sudah memotong.
Arthur tahu apa yang akan ditanyakannya,”Itu sudah kekuatan khusus milik Mori.
Kau tidak perlu khawatir. Senjata apapun dari dunia ini, tidak akan bisa
melukainya,” jawab Arthur.
“Be-begitu..” tanggap Kyoko,
“Yaa.. dan tentu. Aku akan mengajarimu, Kyoko. Kita bisa memulainya dari
sekarang” ucap Mori tersenyum. Mori tahu apa maksud Arthur mengajak Kyoko
kesini, yang sebenarnya tidak sekedar untuk melatihnya. Maka dari itu, Mori
tidak ragu untuk memulainya sekarang.
“Benarkah? Terima kasih Mori-sama” Kyoko terlihat bersemangat. Ia
membungkukkan badannya kembali sebagai tanda terima kasih,”etto.. sekarang
juga?” Kyoko kembali menegakkan badannya kembali, dan menatap Mori.
“Ya. Apa ada masalah, Kyoko?” Tanya Mori dengan senyumnya.
“Tidak! Kyoko justru senang!” jawab Kyoko antusias.
Syukurlah Kyoko tidak menolak, begitulah pikir Arthur. Kalo begitu
misinya saat ini bisa dibilang selesai. Sekarang semuanya diserahkan pada Mori.
Karna disaat seperti ini, hanyalah Mori lah yang bisa mengatasinya,”Kalo begitu
aku pergi duluan, tugasku sudah selesai, sampai jumpa..” Ucap Arthur,
“Baik! Terima kasih Ar-chan!” ucap Kyoko. Dan entah kenapa Kyoko bisa
mendapatkan panggilan itu untuk Arthur.
“Ar-chan−?” Arthur sedikit terpelatuk dengan panggilan Kyoko barusan,
“Pfft..” disisi lain Shine terkekeh, tidak sengaja mendengar panggilan unik
untuk Arthur itu barusan.
“Baiklah, sampai jumpa. Terima kasih atas kerja kerasnya” ucap Mori
kepada Arthur.
Yasudahlah, biarkan Kyoko memanggilnya begitu, sudah sifat bawaan Arthur
yang suka acuh dengan hal yang menurutnya tidak terlalu penting itu,”Aa..
sampai jumpa, ketua” ucap Arthur yang kemudian menghilang akibat bakat
spesialnya itu.
Shine masih saja duduk disitu, Shine berniat untuk menonton proses
latihan Kyoko. Mungkin ini bisa menghiburnya sementara, begitulah pikir Shine.
Jadi Shine tidak ikut Arthur untuk beralih dari tempat itu. Meskipun saat ini
matahari sudah cukup tinggi untuk menerangi sebagian wilayah kastil Guro. Dan
anggota lain mungkin sudah berpesta membuat sarapan bersama.
Baiklah, Mori membiarkan Shine menontonnya darisitu. Kali ini Mori fokus
terhadap Kyoko, Mori tidak akan menggunakan pedang ataupun senjata lainnya
untuk mengetes kekuatan Kyoko. Bahkan boken (pedang kayu) juga tidak
digunakannya. Mori berniat hanya menggunakan tangan kosong,”Maa.. sekarang kita
lihat seberapa besar tenaga dalammu” ucap Mori kepada Kyoko. Mori memasang
kuda-kudanya untuk bersiap menerima serangan Kyoko.
“Tenaga dalam? Apa yang harus Kyoko lakukan?” tanya Kyoko.
“Kau pukul atau tendang saja Mori itu, Kyoko,” timpal Shine.
Mori menghela nafasnya sekali lagi. Sepertinya Shine benar-benar menyukai
melihat dirinya menderita,”Baiklah.. benar kata Shine, coba kau serang aku”
ucap Mori tenang kepada Kyoko.
Kyoko menganggukkan kepalanya tanda mengerti,”Baik,” Kyoko pun mengambil
nafasnya dalam, mempersiapkan posisi untuk menyerang, dan tak lama setelah
itu,”Hyaaah!”,
‘plek’
Kyoko menghantamkan sebuah tinjuan diperut Mori. Mungkin lebih tepatnya
hanya tinjuan kecil.
“. . . . . . . .” Mori terdiam menerima pukulan Kyoko itu
“Uphh! Hahahaha!” tawa Shine meledak,”ah.. pukulan macam apa itu?
Ah..ahaha” Shine terlihat geli dengan pukulan Kyoko yang tampak tidak ada
tenaganya sama sekali,”Nee! Kau tidak akan membunuhnya jika hanya dengan
pukulan itu deshou, ahahaha”, ucap Shine kepada Kyoko.
“Kyo-Kyoko sudah mengerahkan seluruh tenaga Kyoko desu!” ucap Kyoko
dengan malu.
Sepertinya kekuatan Kyoko memang datang dan pergi seenaknya, pikir Mori.
Mori pun berpikir bagaimana caranya untuk mengeluarkan kekuatan ‘itu’,”Kyoko..”
ucap Mori,
“Ah, Hai!” jawab Kyoko dengan sigap.
“Aku minta tolong untuk tahan ini sebentar..” ucap Mori.
“Ung? mena−Agh!!” belum sempat Kyoko bertanya, tiba-tiba tangan Mori
sudah menerjang perutnya dengan sebuah cahaya menyerupai api biru. Apa ini?
Kyoko mungkin sedikit terkejut. Tapi mendegar perintah Mori sebelumnya, Kyoko
segera menahannya, menuruti perkataan Mori. Meskipun sedikit sakit.
“Aaaghh!” pekik Kyoko kesakitan, masih berusaha menahan rasa sakitnya.
Mori pun segera mencabut tangannya dari perut Kyoko. Tubuh Kyoko langsung
terhuyung kedepan, tepatnya kearah Mori. Mori dengan sigap menahan tubuhnya
agar tidak terjatuh,”….” Mori terdiam menatap Kyoko, menunggu responnya. Rasa
khawatir juga sedikit menghantuinya,”Kyoko?” sahut Mori untuk meminta respon
Kyoko.
“Ungh.. hai?” respon Kyoko.
Mori bisa bernafas lega sekarang,”Kau baik-baik saja? Masih kuat?” Tanya
Mori membantu Kyoko menegakkan posisi berdirinya.
Kyoko juga sepertinya terlihat stabil sedikit demi sedikit,”Ah ya. Kyoko
baik-baik saja desu” ucap Kyoko sembari tersenyum. Kini Kyoko juga sudah mampu
berdiri tegak sendiri.
Shine yang melihat kejadiannya sedari tadi, tahu apa yang Mori lakukan
barusan terhadap Kyoko,”Waw.. hati-hati, kau bisa membunuhnya Mori” ucap Shine.
Kyoko tentu mendengar perkataan Shine barusan. Membuat Kyoko penasaran
apa yang sebenarnya dilakukan Mori tadi terhadapnya,”Apa yang Mori-sama lakukan
kepada Kyoko?” tanyanya.
Mori tahu akan resikonya jika Kyoko tidak tahan dengan rasa sakit
tersebut,”Tidak apa, Kyoko. Aku hanya menanamkan sesuatu didalam tubuhmu. Sekarang
coba kau serang aku lagi” ucap Mori sembari bersiap kembali. Memberi jarak
ideal untuk Kyoko menyerang.
Kyoko mengangguk menuruti perintah Mori. Diambilnya kembali sikap posisi
untuk menyerang. Entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Kyoko merasakan suatu
energi didalam tubuhnya mengalir. Terpusat pada tangannya yang akan ia gunakan
untuk menyerang. Tapi Kyoko tidak tahu apa itu, Kyoko pun segera mencoba
memukul perut Mori seperti awal tadi,”Hyaaah!”
‘Bugh!’
Dan diluar dugaan. Energi itu benar-benar keluar dari tenaga dalam Kyoko
melalui tangannya. Mori terpukul sekaligus terpental jauh kebelakang,
‘Blaar’
Mori terpental jauh hingga membentur dinding kayu dibelakangnya. Bahkan
dinding kayu tersebut sampai patah dibuatnya.
Kyoko tampak terkejut dengan kekuatannya barusan,”Mo-mori-sama?!” Kyoko
dengan panik segera berlari mendekati Mori, bermaksud menolongnya.
Shine juga dibuat terkejut karena Kyoko,”itu baru yang namanya pukulan”
Shine pun juga menyusulnya.
“Mori-sama?! Apakah Mori-sama baik-baik saja?” Tanya Kyoko sembari
cepat-cepat menyingkirkan bongkahan kayu yang menindih tubuh Mori. Disusul
Shine.
“Uhk..uhuk..uhk, aku tidak apa” ucap Mori sedikit tersedak sembari
dibantu Kyoko dan Shine berdiri.
“Deshou? Bahkan kau bisa dikalahkan oleh gadis kecil seperti Kyoko” ucap
Shine sarkastik tanpa mempedulikan kondisi Mori saat ini. Toh cepat atau lambat
Mori juga akan pulih seperti sedia kala karena kekuatan khususnya.
“Ini kasus yang berbeda, uhk..” balas Mori. Mori mendapatkan sedikit
kesimpulan setelah kejadian barusan, mengenai kekuatan Kyoko. Didudukkannya
Mori ditempat Shine duduk tadi.
“Ma-maafkan Kyoko. Kyoko tidak tahu jika sampai seperti itu, bahkan Kyoko
tidak mengira Kyoko memiliki tenaga dalam seperti itu, padahal Kyoko hanya
menambah sedikit tenaganya” ucap Kyoko terburu-buru, merasa bersalah.
“Tidak apa, lagipula kakek tua bangka ini cepat atau lambat juga pulih
sendiri,” ucap Shine bermaksud menenangkan Kyoko,”Tapi.. kekuatanmu cukup besar
juga ya, Kyoko” lanjut Shine,
“Tidak apa, itu bagus Kyoko, uhk..,” ucap Mori masih sedikit terbatuk.
Sepertinya tulang punggung Mori sedikit bermasalah. Begitu juga perutnya.
Kekuatan Kyoko dapat disimpulkannya, bukanlah kekuatan dari dunia ini.
Melainkan kekuatan yang sepadan untuk mengalahkannya.
“Ta-tapi? Mori-sama sampai seperti ini, perlukah Kyoko mengobatinya?”
ucap Kyoko. Kyoko tahu Mori memiliki kekuatan khusus seperti yang dibilang
Shine tadi. Tapi tetap saja Kyoko khawatir dengan keadaan Mori. Firasatnya
berbicara seperti itu.
“Ya, mau bagaimana lagi. Sepertinya sampai disini saja latihan kita” ucap
Mori sembari terenyum simpul disitu. Mungkin hampir senyum yang dipaksakan.
“Haah.. sudah berakhir begitu saja latihannya?” ucap Shine,”kau benar-benar
lembek” ucapnya pada Mori,”Daripada berakhir, lebih baik aku gantikan saja.
Akan kulatih Kyoko. Bagaimana Kyoko?” lanjut Shine.
“Dilatih Shine? Apa tidak apa? Kyoko takut jika terjadi hal yang seperti
tadi” jawab Kyoko,
Mori segera menghentikan tawaran Shine terhadap Kyoko,”Tidak Shine. Kita
akhiri latihannya. Sudah cukup sampai sini. Tidak ada yang perlu menggantikanku”
ucap Mori. Mori tidak mau terjadi suatu hal terhadap Shine karena kekuatan
Kyoko yang masih belum diketahuinya. Karena kekuatan Kyoko bukanlah kekuatan
dari dunia ini. Setidaknya itu yang dirasakan Mori. Melihat cidera ditubuhnya –yang
tidak disadari Shine sama sekali.
“Ha? Ada apa denganmu ini? Belum ada satu jam untuk melatih Kyoko. Kau
tidak perlu khawatir, aku tidak akan terpukul seperti halnya kau tadi,” sergah
Shine. Lagipula Shine sudah mengalahkan Mori tadi, jadi sebesar apasih kekuatan
Kyoko sampai bisa mengalahkannya? Pikir Shine.
Kyoko hanya terdiam disitu. Menunggu keputusan Mori. Walaupun sebenarnya
ia ingin sekali berlatih lagi.
Sudah watak Shine keras kepala, seperti biasa. Mori menghela nafasnya
lagi. Maklumlah, Mori juga tidak bisa mengatakan pada diri Shine, bahwa saat
ini Mori benar-benar cidera. Dan pemulihannya saat ini dibutuhkan waktu yang
lumayan lama,”Maaf Shine. Kali ini kau harus mematuhi perintahku.” Ucap Mori
tegas dengan sedikit penekanan dikata ‘Harus’
“Dan Kyoko, tolong antarkan aku keruanganku. Ada yang harus aku bicarakan
juga padamu,” lanjut Mori kepada Kyoko. Ini sengaja agar Shine tidak berusaha
menarik Kyoko untuk berlatih.
Kyoko tanpa pikir panjang menuruti perintah Mori. Memang ini niatnya menuruti
keputusan Mori, apapun itu,”Baik Mori-sama” ucap Kyoko yang kemudian mulai
menuntun Mori,”Maaf Shine. Kyoko akan berlatih dengan Shine-nee lain kali.
Terima kasih” lanjutnya kepada Shine. Mengurung keinginannya.
Yang benar saja. Tapi mau bagaimana lagi. Kyoko juga menuruti Mori,”
Baiklah~ tidak apa Kyoko. Itu sudah menjadi keputusanmu,” ucap Shine. Melihat
kondisi Mori saat ini sebenarnya membuat Shine heran. Kenapa tubuh Mori masih
belum pulih. Padahal waktu sudah lewat dari cukup untuk membuat Mori pulih, tapi
sekarang? Shine bertanya-tanya didalam pikirannya. Apa kekuatan khususnya sudah
habis terpakai untuk memulihkan diri dari serangan Shine tadi? Pikir Shine.
Tapi seingat Shine mau sesering apapun, Mori masih tetap bisa memulihkan diri.
Mengingat sering kalinya Shine menyiksa Mori. Anggota macam apa itu Shine
sering sekali menindas ketuanya. Tapi sudah menjadi rutinitasnya untuk membuat
Guro ‘berwarna’,
“Yasudahlah..” Shine antara acuh tak acuh. Ia pun pergi dari dojo itu
menyusul Kyoko dan Mori.
Sejauh pandang
memandang, kastil sudah tampak sepi. Anggota lain pasti sudah sibuk dengan
urusannya masing-masing. Shine juga sudah tidak bersamanya dan Kyoko lagi. Ia
ditatih oleh Kyoko berjalan menuju ruangannya.
Dituntutnya Mori
sampai masuk ke ruangannya, menuju meja kerjanya, dan didudukkan dikursi,”Kyoko
akan mengambil beberapa obat-obatan, Mori-sama tolong tunggu disini” ucap Kyoko.
Tapi Mori segera
menghentikan Kyoko,”Tidak.. itu tidak perlu, Kyoko” ucapnya sembari menarik tangan
Kyoko,”Aku membawamu kemari bukan memintamu untuk mengobatiku” ucap Mori dengan
senyum seperti biasa.
Kyoko pun
terhenti karena tarikan ditangannya. Ditatapnya Mori yang sedang duduk
dibelakangnya,”Mori-sama yakin itu tidak apa?” Tanya Kyoko,
Mori hanya
mengangguk menjawab pertanyaan Kyoko. Tidak perlu dijelaskan lagi mengenai
kekuatan khususnya itu. Mori hanya ingin meyakinkan Kyoko bahwa cepat atau
lambat tubuhnya akan pulih. Sekarang tinggal bagaimana caranya agar Mori bisa
menjelaskan mengenai kekuatan Kyoko. Belum bisa disimpulkan secara pasti, tapi
yang jelas kekuatan tersebut bukanlah kekuatan biasa yang berasal dari dunia
ini. Melainkan kekuatan yang hampir sepadan dengannya. Tapi karena Kyoko tidak
bisa mengendalikannya, kekuatan itu belum bisa sepenuhnya keluar.
“Kyoko, seperti
yang kubilang tadi. Aku ingin membicarakan suatu hal padamu,” ucap Mori
akhirnya.
“Ung, baik.
Kyoko akan mendengarnya” ucap Kyoko akhirnya,
“Baiklah. Duduklah
disitu” ucap Mori sembari melepaskan genggaman tangannya pada Kyoko. Dan Kyoko
pun menurutinya. Duduk dikursi seberang Mori.
“Sebelum aku
membicarakannya. Bolehkah aku mengetahui, latar belakangmu?” Tanya Mori
tiba-tiba.
Kyoko yang
mendengar pertanyaan Mori pun langsung tersendat,”Latar belakang Kyoko?”
“Benar..” balas
Mori mengangguk,”keluargamu.. asal usulmu, dan juga masa lalumu,” sebenarnya
sedikit canggung menanyakan hal ini pada Kyoko. Tapi mengingat riwayat Kyoko
pada data keanggotaannya kosong, tidak salah jika Mori menanyakan hal tersebut.
Mori juga sedang berusaha meyakinkan kesimpulannya sendiri. Jika benar, berarti
tidak salah lagi..
Beberapa detik
Kyoko terlihat diam lagi. Sama seperti saat Kyoko ditanyakan Arthur. Tapi kali
ini berbeda. Sekarang Kyoko harus menceritakan masa lalu, yang bisa dibilang,
kelam. Menceritakan kepada ketua sekaligus pemilik kastil dan Guro ini. Orang
yang sangat penting dan dipercaya di Guro. Tapi Kyoko tetap berat untuk
menceritakannya.
“Maaf. Kyoko
tidak bisa menceritakannya” kepala Kyoko tertunduk.
Mori sudah
menduga ini. Semakin susahlah persepsinya untuk dibuktikan. Tapi Mori tidak
ingin berburuk sangka dahulu,”kenapa tidak bisa?” Mori menanyakannya dengan
hati-hati.
“Karena, Kyoko
ingin melupakannya” ucap Kyoko tiba-tiba,
Mori sedikit
gagal paham dengan yang dijawab Kyoko barusan,”maksudmu?”,
“Kyoko tidak mau
menceritakannya karena Kyoko ingin melupakannya” ucap Kyoko yang kemudian
mendongak menatap Mori dengan senyum…, palsu.
Mori melihat
ekspresi itu. Ada sesuatu yang mengganggu didalam hati Kyoko. Hal yang mungkin
menjadi traumanya. Mori jadi sedikit segan untuk menanyainya lebih dalam lagi.
Mori menghela nafasnya kembali. Menenangkan diri untuk berpikir. Apakah Kyoko
pernah mengalami hal buruk yang besar didalam hidupnya?
Kyoko tahu.
Kyoko memang tidak berguna, disaat seperti ini, ia malah mementingkan dirinya
sendiri. Kyoko kembali menunduk murung disitu.
Sebenarnya masih
ada cara lain. Tapi akan menjadi resiko besar untuk Mori. Apalagi disaat
kondisinya seperti sekarang,”kalo begitu. Kita tunda dulu pembicaraan ini” ucap
Mori. Mori bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati Kyoko,”istirahatlah.
Aku tunggu sampai kau siap menceritakannya” ucap Mori dengan tenang, sembari
menyentuh lembut ujung kepala Kyoko.
Kyoko merasakan
sentuhan tersebut, dan kembali menatap Mori. Serasa menenangkan senyumnya.
Ketua benar-benar tahu bagaimana cara menghadapi anggota yang sedang muram,”ah..
hai” seakan terhipnotis Kyoko mengangguk menuruti perintahnya.
Mori pun
tersenyum,”sampai jumpa besok” ucap Mori melepaskan sentuhannya pada kepala
Kyoko,
“Ung.. sampai
jumpa besok. Maaf untuk hari ini, Mori-sama. Kyoko akan berjuang besok” ucap
Kyoko. Kyoko berdiri dan pamit pada Mori. Dan tak lama kemudian ia berjalan
keluar menuju pintu ruangan itu. Disela-sela saat Kyoko keluar, Kyoko menoleh
pada Mori,”Mori-sama..” ucap Kyoko,
“Ya?” jawab Mori
menatap Kyoko diambang pintu itu.
“Terima kasih.
Sudah mengerti keadaan Kyoko,” ucap Kyoko kemudian. Ia tersenyum setelahnya,”Mori-sama
juga harus beristirahat desu!” lanjut Kyoko,”sampai jumpa..”
Mori mengangguk
mengiyakan permintaan Kyoko,”Aa.. tentu” ucap Mori setelah melihat Kyoko yang
sudah beranjak pergi dari ruangannya. Ditutupnya pintu itu kembali.
Punggung Mori
rasanya seperti mau patah. Rasanya ingin diistirahatkan segera, tapi
dokumen-dokumen dimejanya seolah berbicara untuk menunda istirahatnya,”haaahhh”
Mori kembali merebahkan tubuhnya dikursi besar itu. Dipijatnya kening itu
sendiri,”malam nanti akan menjadi malam yang panjang” ucap Mori,”apa kau mau
menggantikanku sejenak?” lanjut Mori seakan berbicara kepada seseorang. Padahal
diruangan tersebut terlihat hanya ada dirinya saat ini.
Tapi kelihatannya
tidak begitu, setelah suara seorang pria menjawabnya,”kenapa harus aku?” dan
tampaklah sosok tersebut. Berdiri tepat disisi belakang Mori duduk,”aku sudah
memiliki tugas darimu yang belum kuselesaikan. Kenapa tidak kau suruh Rei saja?”
suara dingin yang khas itu, tak salah lagi. Arthur.
“Kau seperti tidak
tahu Rei saja..” balas Mori.
“Kalo begitu,
Shine?” lanjut Arthur,
“Shine.., sedang
ingin membunuhku, bagaimana bisa aku menyuruhnya?” ucap Mori
“Begitu ya..,
wanita memang susah dimengerti” timpal Arthur,
“Uruse..” ucap
Mori. Mori memang terlihat berwibawa jika didepan anggota lain. Tapi jika
dengan Arthur, yang menjadi orang terpercayanya selain Rei. Mori bisa
menunjukkan sifat aslinya.
Benar. Mori,
Arthur, dan Rei. Tiga founder yang membuat dan membentuk Guro hingga seperti
sekarang. Tiga orang pria yang bertemu dan menjalin sebuah pertemanan cukup
lama, hingga membentuk Guro. Tidak heran tiga orang tersebut memiliki jabatan
yang tinggi dikastil Guro ini. Meskipun memiliki watak yang berbeda-beda, tapi
mereka tetap terlihat kompak jika bersama. Rei yang memiliki jiwa bebas, Arthur
yang dingin dan cuek, dan Mori yang bersifat tenang. Menjadikan ciri khas yang
menonjol di Guro sampai sekarang.
“Apa kau
mendengar semuanya?” tanya Mori pada Arthur,
“Ya.. bisa
kusimpulkan sekarang” jawab Arthur,
“Apa kau berpikir yang sama denganku?’ ucap Mori sekali lagi
“Aa..” Arthur mengangguk,”Sebuah kekuatan dari dunia lain.. bukan dari
dunia ini. Tidak heran sampai membuatmu babak belur seperti itu” ucap Arthur yang
mengerti betul tentang Mori,”kau yakin, akan memakai cara itu, malam ini juga?”
timpal Arthur dengan pertanyaan.
“Ah, kau melihatnya dengan jeli ternyata. Ya aku akan melakukannya” ucap
Mori,
“Bodoh. Padahal pekerjaan seperti ini bisa kita serahkan pada Rei” ucap
Arthur. Jika ada yang penasaran apa maksud pembicaraan ini. Sebenarnya Arthur
mengetahui kalau Mori melakukan suatu hal kepada Kyoko saat Mori menyentuh
ujung kepala Kyoko tadi. Jadi usapan lembut dikepala itu bukan hanya sekedar
usapan lembut untuk menenangkan Kyoko. Melainkan kesempatan Mori untuk mencoba
masuk didalam pikiran Kyoko. Tapi Mori belum melakukan seutuhnya. Yang tadi itu
Mori sedang ‘membuka’ dengan menyentuh kepalanya. Dan akan ‘terbuka’ jika Kyoko
tidur. Jika sudah ‘terbuka’ Mori dapat memasuki diri, mimpi, maupun pikiran
Kyoko. Dan membaca keseluruhan diri Kyoko. Tapi dikondisinya saat ini, bisa
menjadi resiko besar untuk Mori, jika ia tidak bisa kembali lagi. Karena Mori
sama halnya seperti berpindah ke dimensi lain.
“Mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjut melakukannya” ucap Mori dengan
santai.
“Tcih..” decak Arthur,
Dan tak lama kemudian ditengah perbincangan mereka, tiba-tiba pintu ruangan
Mori terbuka,”Yo~ ada yang merindukanku?”
Mori dan Arthur pun menoleh tepat pada sosok yang membuka pintu itu. Ia
membuka pintu itu lebar-lebar dan masuk dengan seenaknya sebelum dipersilahkan.
Siapa lagi anggota yang memiliki sifat seperti ini, kalo bukan Rei. Fujiwara
Rei sang Rookie Guro.
“Yare.. yaree, apa yang kalian bicarakan dari tadi disini? Kalian membicarakan
sesuatu tanpa aku? Jahatnya~” ucap Rei yang sembari berjalan mendekati meja
Mori.
“Kau minum lagi?” Tanya Arthur setelah menyadari tingkah Rei.
Mori masih diam.
“Hahah.. Hanya sedikit, bolehkan?” ucap Rei sembari tersenyum. Yang kini
sudah berdiri disamping Arthur, merangkulnya.
Arthur sudah tau kebiasaan satu orang ini. Namun bau nafas dari orang
yang mabok itu. Benar-benar mengganggu Arthur,”menjauhlah dariku” ucap Arthur
dengan nada khasnya.
“Hee~ kau masih tidak tahan dengan bau ini?” ucap Rei dengan seringai
usilnya,”akan kubuat kau terbiasa” ucap Rei yang mulai mengusili Arthur.
”Menjauh kau dasar Vampire bau, Tcih!” Arthur segera menyingkir dari Rei.
Tapi Rei tetap saja mengusilinya,”Uruse! Akan kubunuh kau!”
“Kalian.. sudahlah..” ucap Mori yang sedikit tersenggol karena mereka
berdua.
“Hee?” Rei baru sadar kondisi Mori saat dilihat dari dekat,”apa yang
membuatmu babak belur seperti itu, Mori?” Tanya Rei pada Mori.
Mori menghela nafasnya lagi,”aku tidak mau membicarakannya lagi..” ucap
Mori
“Apa kau menguji kekuatan gadis itu?” Tanya Rei. Gadis yang dimaksud
adalah Kyoko,”Baka naa.. padahal sudah kubilang mengenai kekuatan itu, apa
semuanya masih belum jelas~?” ucap Rei yang sedikit kesal. Salah Mori sendiri
tidak menuruti perkataannya.
“Maaf.. aku hanya ingin meyakinkannya saja.” Jawab Mori.
“Tch.. membuang-buang waktu” ucap Rei,”Apa bukti pada malam itu masih
belum cukup?” Rei kemudian menatap tajam pada Mori,”Dia memiliki dua
kepribadian” lanjut Rei setelah itu,
“Justru karena itu Mori meragukan jawabanmu, Rei” sergah Arthur,”jawabanmu
benar-benar tidak masuk akal” ucap Arthur.
Rei kemudian beralih menatap Arthur,“Tapi aku melihatnya sendiri pada
malam itu. Gadis itu, bertengkar dengan dirinya sendiri. Diawal dia
menyerangku, diakhir dia menangis karena mengira aku mati. Apa menurutmu, jika
bukan memiliki dua kepribadian?” Tanya Rei menyelidik,”Dirasuki hantu?” kekeh
Rei.
“Tidak.. dia tidak memiliki dua kepribadian” potong Mori,”Aku pernah
memancing sedikit kekuatannya. Jika memang memiliki dua kepribadian. Seharusnya
dari awal dia tidak sadarkan diri, atau berubah sifat. Tapi saat itu, aku tidak
melihat perubahan emosi pada Kyoko, namun kekuatannya itu tetap keluar” lanjut
Mori.
Rei kembali menatap Mori,”Kalo begitu.. apa itu artinya?” ucap Rei,
“Exorcist..” ucap Arthur
Rei kembali melirik Arthur,”Exorcist? Jadi ada sesuatu didalam dirinya?”
ucap Rei.
“Belum bisa dipastikan. Untuk itulah, aku memastikan. Meskipun ini akan menjadi
resiko besar” ucap Mori.
“Merepotkan sekali..” ucap Rei.
“Dan aku butuh kau disituasi ini” ucap Mori kemudian kepada Rei.
“Apa yang kau butuhkan?” Tanya Rei.
Mori menatap mata Rei. Mori yakin hanya Rei lah yang cocok dengan tugas
ini,”Jadikan Kyoko bawahanmu,” ucap Mori.
** To Be Continued **