My Playlist

Senin, 27 Februari 2017

Yomigami Journey Beginning

Chapter 4 : Kekuatan Misterius
Genre : Fantasy, Action/Adventure, Romance, Friendship, Family
Rated : R
Disclaimer : By Rheta and Guro's Friend, OC
Warning : Typo, Gaje.
Mohon maaf jika masih ada kesalahan pada pemilihan kata yang tepat. Kritikan anda sangat membantu untuk memperbaiki cerita ini.

                               
                Pohon maple dikota telah berubah menjadi jingga. Daun-daun yang berguguran sudah menghiasi jalanan. Suhu udara disekitar juga mulai dingin. Hari ini telah memasuki pertengahan musim gugur. Seluruhnya berwarna jingga. Taman kota, hutan, tak terkecuali juga pemandangan di kastil Guro.
                Dipagi yang dingin itu. Di kastil Guro, pada lantai atas, sudah terdengar derap langkah dari kaki kecil milik sosok gadis yang bersurai hitam itu, yang tak lain adalah Kyoko sendiri. Gadis miko yang baru saja bergabung selama 3 hari didalam geng Guro ini, berlari keluar dari kamarnya. Ia berlari menuruni tangga untuk sampai lantai dasar, menyusuri lorong kastil hingga menuju pintu belakang, dimana pintu itu merupakan jalan menuju halaman belakang. Ia berlari keluar, melewati rerumputan yang masih basah akibat embun dipagi hari, berlari tanpa peduli akan kotornya  yukata putih polos yang sedang digunakannya. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah, menyambut puncak musim gugur pertama di Guro. Ia terus berlari menuju hutan yang terletak dekat dengan halaman belakang kastil Guro itu.
Letak kastil Guro dekat dengan hutan yang menjadi perbatasan Negara COSA. Tempat yang sedikit terpencil. Ini sengaja, agar organisasi yang berkedok mafia itu tidak terlalu mengganggu hiruk pikuk ditengah negara COSA, yang konon dipimpin oleh seorang bangsawan, yang tentunya tidak ingin penduduknya diresahkan oleh kehadiran mafia ini.
                Semenjak Kyoko tinggal dikastil, hutan itu sudah menjadi tempat favoritnya. Ia sudah terbiasa dengan latar hutan yang menjadi tempat tinggalnya dulu saat masih di kuil. Sehingga tidur didalam kastil seperti itu belum membuatnya terbiasa.
Musim gugur ini, merupakan moment favoritnya, dimana pohon-pohon telah berubah warna menjadi warna yang difavoritkannya, jingga dan merah. Ia Berlari kesana kemari, mengejar serangga, sekaligus bersenandung. Benar-benar asik pada dunianya sendiri. Begitu bersemangat walaupun matahari belum terlalu  menunjukkan cahayanya.
                Ditengah keasikannya, tanpa disadari, dari salah satu balik pohon itu terdapat seseorang yang memperhatikannya sedari tadi. Siapa orang itu? Belum diketahui oleh Kyoko.
Orang itu terus mengikutinya dengan menyelinap dari atas pohon ke pohon yang lain. Perlahan mulai mendekatinya. Kyoko yang masih asik bermain pun belum menyadari sama sekali hawa orang itu. Dirasa posisi aman, orang itu pun mulai memperhatikannya, namun tiba-tiba, krak! Suara sebuah batang pohon yang patah terdengar, Krak! Bugh!,”Itta!” pekik orang itu, dengan disusul suara rusuh.
Suara sekaligus teriakan yang reflek terlontar dari mulut orang itu tentu membuat Kyoko menyadari keberadaannya. Ia menoleh tepat pada asal suara tersebut,“Siapa disitu?” teriaknya mulai waspada.
Semak-semak yang menjadi landasan jatuh orang itu bergerak, dan tak lama kemudian,“selamat pagi, Kyoko..” ucapnya tanpa intonasi. terlihatlah sosok pria dengan surai pirang pucat dan iris mata coklat terangnya yang menatap tepat pada Kyoko. Sosok itu tak lain adalah,
“Arthur?” Ucap Kyoko, yang memang mengenali sosok itu. Benar, sosok itu adalah Arthur, yang dikenal sebagai wakil ketua Guro,”apa yang Arthur lakukan disitu?” Kyoko menatap bingung pada Arthur.
                Arthur merasa malu karena muncul didepan gadis itu secara konyol. Seorang wakil ketua Guro muncul didepan anggotanya dengan cara jatuh kesemak-semak, harus menjawab apa Arthur dari pertanyaan dari Kyoko,“hanya.. menghirup udara segar dipagi hari” ucap Arthur berusaha tetap tenang,”bagaimana dengan kau sendiri? Apa kau berburu mangsa? Sepertinya kau menikmati suasana dipagi ini”, lanjutnya mencari topik, untuk menutup rasa canggung dari dirinya.
                Jawaban yang tidak masuk akal memang. Bagaimana bisa seseorang menghirup udara segar sampai terjatuh dari pohon? Meskipun begitu, Kyoko tidak menghiraukannya,“Kyoko tidak sedang berburu mangsa, Kyoko hanya sedang bermain di hutan ini” jawab Kyoko. Kemudian ia mendekati Arthur, memeriksa keningnya,”apa Arthur tidak apa?” tanya Kyoko. Bukannya merasa curiga, ia justru mengkhawatirkan keadaan Arthur.
                Tapi kenapa harus kening yang diperiksa? Ah mungkin karena insiden tadi, Kyoko pasti sedang berpikir Arthur sedang demam sehingga tidak bisa berjalan dengan benar, dan terjatuh saat menghirup udara segar. Begitulah pikir Arthur. Dan untunglah Kyoko tidak mencurigainya sama sekali. Arthur segera menyingkirkan tangan Kyoko,“Aku tidak apa-apa, hanya terjatuh saat berjalan tadi..” jawab Arthur sekenanya.
                “Begitu..” ucap Kyoko sedikit lega. Ia juga tidak merasakan suhu tubuh yang panas saat menyentuh kening Arthur. Jadi ia tidak perlu khawatir lagi. Ia menatap Arthur dengan seksama kemudian. Menatap sosoknya dari atas sampai bawah, pakaian yang digunakan Arthur bukanlah pakaian santai,”Arthur, sebenarnya ingin kemana?” tanya Kyoko setelah itu.
                Pertanyaan Kyoko sontak membuat Arthur kebingungan,“aku tidak ingin pergi,” jawabnya,”aku baru saja pulang dari sebuah misi” jelas Arthur sedikit berbohong. Setidaknya pakaian yang ia pakai menunjukkan bahwa Arthur sedang menjalankan misi.
                “Ohh.., misi apa itu?” tanya Kyoko,”pasti melelahkan sebagai wakil ketua Guro, menjalankan misi yang berat hingga harus pulang dipagi buta seperti ini” lanjut Kyoko. Karena memang masih pagi buta. Jadi Kyoko berpikir Arthur sudah menjalankan misinya dari semalam.
                Misi? Sekarang Arthur harus berbohong apa lagi, karena dari awal misinya adalah memata-matai Kyoko. Namun saat ini, apa yang harus diucapkan Arthur? Dan akhirnya,”Memata-matai..” ucap Arthur, pasti setelah ini Kyoko menanyakan siapa yang dimata-matai olehnya, jika itu terjadi,
“Memata-matai? Siapa yang Arthur mata-matai?” dan dugaan Arthur benar, Kyoko menanyakan hal itu.
Arthur tinggal menjawab,”musuh.. dan aku tidak bisa memberitahumu” ucap Arthur tersenyum. Senyum dengan makna tertentu tentunya.
“Begitu.. baiklah” ucap Kyoko, sekaligus berhenti menanyakannya lagi. Ya, pastinya Guro memiliki musuh, mengingat Guro adalah sebuah geng mafia. Jadi tak heran pikir Kyoko,”Kalau begitu, sebaiknya Arthur beristirahat. Pasti Arthur lelah kan?” ucap Kyoko dengan senyum tulusnya,”Mau Kyoko antarkan?” lanjut Kyoko bermaksud menawarkan bantuannya sebagai anggota.    
                Arthur langsung menolak tawaran Kyoko, dengan wajar tentunya,”tidak perlu,” meskipun begitu nada bicaranya terdengar dingin,”aku tidak butuh bantuan siapapun, kau lanjutkan saja urusanmu” ucap Arthur bermaksud menghindar.
                Namun Kyoko tetap bersikeras menawarkan bantuannya. Bagaimana tidak? Kesan pertama Kyoko terhadap Arthur tidak begitu menyenangkan. Maka dari itu Kyoko ingin membantunya, ditambah rasa ingin balas budi terhadap apa yang dilakukan Arthur saat misi harta karun tempo hari lalu. Arthur sudah repot-repot membahayakan dirinya untuk melindungi Kyoko dari Mumy yang menyerangnya,”tidak apa, Kyoko sudah tidak sibuk lagi desu! Lagipula Kyoko hanya bermain sedari tadi,” sergahnya.
Beberapa detik mereka sempat bertatapan. Arthur tidak ingin membuang wakunya lagi. Karena dirasa Kyoko benar-benar tidak mencurigainya. Ditambah habisnya alasan untuk menghindari Kyoko. Akhirnya, Arthur berniat menanyakannya langsung,”Kyoko?” sahut Arthur.
                “Ung? apa?” sahutan Arthur langsung dijawab Kyoko.
                “Kenapa kau tidak menggunakan kekuatanmu saat misi berburu harta karun kemarin?” tanpa basa basi Arthur benar-benar menanyakan langsung pada intinya. Apa yang diintainya selama ini. Kekuatan misterius Kyoko.
                Kyoko sedikit terkejut dengan pertanyaan Arthur yang menyinggung kekuatannya. Kekuatan yang selalu ia sembunyikan dari anggota Guro. Kekuatan yang sangat dibencinya,”….” Kyoko sempat terdiam sejenak sampai akhirnya,“kekuatan? Kekuatan apa?” Kyoko tidak menjawabnya.
                Arthur tahu perkataan Kyoko barusan merupakan pengalihan dari pertanyaannya, sepertinya Kyoko memang tidak ingin memberitahukan hal tersebut. Arthur tanpa ragu menanyakannya kembali,“Kekuatan. Kekuatan yang kau gunakan saat menyerang Rei itu?” balas Arthur dengan tenang. Arthur yakin kali ini Kyoko tidak bisa menyergahnya.
                Kyoko sudah menduga, cepat atau lambat cerita itu akan menyebar pada seluruh anggota Guro,”Apa Rei-san menceritakannya?”
                “Ya.. sedikit,” jawab Arthur, yang sebenarnya ia mengetahuinya sendiri.
                Raut wajah Kyoko berubah. Kyoko tampak enggan menjawab pertanyaan Arthur dari awal,”…” Kyoko hanya terdiam.
Arthur tentu melihat perubahan ekspresinya. Sejujurnya Arthur sedikit merasa bersalah menanyakannya hal ini secara langsung. Dilihat dari ekspresi Kyoko. Sepertinya ekspresi tersebut bukanlah ekspresi menyembunyikan sesuatu, melainkan ada sesuatu yang membebaninya, sehingga Kyoko membisu. Walaupun, sebenarnya, Arthur memiliki maksud tertentu dengan melontarkan pertanyaan tersebut,“Maaf, seharusnya aku tidak menanyakan hal itu” ucap Arthur,
                Kyoko langsung terhenyak, menatap tidak percaya pada wajah Arthur,”tidak.. Kyoko tidak masalah!” Kyoko cepat-cepat menyergahnya. Kyoko tidak ingin mengecewakan Arthur, jika memang Arthur menginginkan jawaban tersebut,”Kyoko belum dapat menggunakan kekuatan itu. Itu saja” lanjutnya. Walaupun belum sepenuhnya jawaban itu terjawab seperti yang sedang dipikirkan Kyoko.
                “Belum dapat..” ucap Arthur walaupun dengan nada yang samar-samar,”tidak apa, kau tidak perlu menjawabnya sekarang” ucap Arthur kemudian,”Kuberitahu satu hal, Guro memiliki dojo. Setiap pagi pasti ada Mori yang berlatih disana, datanglah dan minta bantuannya untuk melatihmu” ucap Arthur kemudian. Arthur rasa sarannya merupakan hal yang tepat, jika dilihat dari respon Kyoko tadi terhadap pertanyaannya.
                “Mori-sama?” ucap Kyoko. Ekspresinya menunjukkan sedang mencerna perkataan Arthur barusan,”Ah.. baik,” jawab Kyoko walaupun belum mengerti sepenuhnya.
                “Kalo begitu, aku kembali ke kastil duluan, sampai jumpa” ucap Arthur kemudian,
                “Tu-tunggu, Kyoko juga kembali ke kastil, ayo ke kastil bersama” ucap Kyoko sembari menyusul Arthur, berjalan dibelakangnya.


Pagi itu, langit tampak cerah. Matahari sudah muncul seutuhnya. Beberapa anggota Guro pun sudah mulai menjalani aktivitasnya masing-masing. Tsu, Jane, Rei, Shine, tak terkecuali juga sang ketua.
Namun dipagi yang cerah itu, terdengar suatu suara yang memecah kesunyian dikastil ini. Suara tembakan peluru. Disusul suara aduan besi yang nyaring. Suara tersebut berasal dari dojo Guro, yang tak lain bersumber dari Shine dan Mori.
Traang!’
“Kenapa kau tidak melawan deshou? Kau terlalu lembek bagi seorang pria” ucap sarkastik dari si gadis berambut ungu kesilveran itu. Menatap sinis pada pria bersurai putih yang ada didepannya.
Dor!’ ‘Traang!!’
Mori dengan sigap membelah peluru yang telah diluncurkan Shine menggunakan katana putihnya. Kemampuan prediksi Mori yang tinggi memudahkannya untuk menghindari perluru tersebut. Dua suara tembakan kembali terdengar, satu peluru berhasil dibelahnya, dan peluru kedua dihindari Mori dengan mudah melewati sisi samping wajahnya, hingga peluru tersebut melesat dan membuat sebuah lubang pada dinding kayu dibelakangnya.
Shine mulai menunjukkan ekspresi tidak senangnya, Mori tampak tenang sedari tadi tanpa membalas serangannya,”Jika kau begini terus kau tidak akan menang dari ku deshou” kali ini ia berniat menyerang Mori tanpa ampun. Dikeluarkannya sebilah pisau dari sarung yang terikat dipaha kanannya.
cklek. Dordordordorodordor’
Tanpa jeda Shine meluncurkan tembakannya secara bertubi-tubi pada Mori.
Mori dengan cepatnya menghindar sekaligus menangkis peluru dengan katana putihnya itu kembali.
Ditengah kesibukan Mori untuk menghindari pelurunya, Shine mencuri kesempatan untuk melesat mendekati Mori. Dan benar saja, sebuah celah terbuka. Sebuah terjangan kaki Shine pun didaratkan tepat pada dada Mori.
jdak’
Mori merasa dirinya telah lengah. Mori pun terhempas dan jatuh membentur lantai Dojo, Katananya juga terlepas dari genggamannya dan terlempar jauh dibelakang Mori. Hentakan kaki yang cukup kuat untuk seorang gadis, pikir Mori. Tenaga Shine benar-benar tidak dapat diremehkan, Mori kali ini tahu sebab kenapa para laki-laki di Guro begitu segan dengan Shine. Baru berniat ingin berdiri, tiba-tiba Mori sudah dihadapkan Shine yang sudah melompat kearahnya.
“Sudah kubilang bukan? Sekarang kena kau!” dalam sekejap lutut Shine kini sudah menusuk sekaligus menduduki dada Mori yang terbaring disitu.
“Ugh!” Sedikit tersedak memang, namun tidak cukup untuk menyakitkan Mori. Tapi kali ini Mori tidak dapat bergerak. Tubuh Shine mengunci tubuhnya.
”Baiklah, sekarang apa yang akan kau lakukan Mori, ada kata-kata terakhir sebelum aku menusukkan ini diwajahmu?” ucap Shine sembari mempersiapkan pisau yang sudah dikeluarkan sedari tadi ditangan kanannya. Shine tersenyum penuh kemenangan.
“Baiklah aku menyerah” ucap Mori begitu saja.
“Haa? Yang benar saja? Beginikah sikap ketua?!” Tentunya Shine tidak percaya akan respon Mori barusan. Apa-apa’an itu, batinnya. Menyerah begitu cepat, padahal Mori belum melakukan perlawanan sama sekali.
“Sebenarnya apa mau mu hingga memperlakukanku seperti ini, Shine?” tanya Mori dengan tenang disaat seperti itu. Sebenarnya dari awal mereka tidak sedang berlatih, walaupun terlihat seperti itu. Jika kita putar waktunya kembali, sebelum kejadian ini, Mori sedang berlatih sendirian di dojo pribadinya. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja Shine mendatanginya dan langsung menyerangnya tanpa alasan. Dan Mori tidak sempat menanyakan alasan itu dari awal.
“Kau tidak tahu kesalahanmu?” Shine mulai menggores wajah pipi Mori, membentuk sayatan kecil dipipinya.
Mori tidak menunjukkan respon apapun ketika ujung pisau milik Shine sudah menyentuh kulit Mori. Meskipun sayatan kecil sudah terbentuk dipipinya, tetesan darah yang sangat diharapkan Shine tidak keluar sama sekali.
Ya.. jika Mori tidak merespon Shine, berarti Mori tidak mengetahui kesalahannya. Setidaknya itulah yang dilihat Shine sekarang,“apa yang kau lakukan pada hari itu? Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu terhadap anggotamu ini?” Shine sedikit memperjelas pertanyaannya dengan tatapan intimidasi khasnya.
Mori menghela nafasnya sejenak. Kelakuan gadis detektif satu ini memang tidak bisa diremehkan, bahkan Shine sampai menyeledikinya sejauh ini,”Aku tidak melakukan apa-apa,” ucap Mori dengan senyum simpulnya. Ekspresi yang jujur tertampang diwajah Mori.
”Hmm.. bagaimana jika kuukir namaku disini? Pasti bagus,” Shine kembali melanjutkan sayatan dipipi Mori,
“Sungguh..” lanjut Mori mencoba meyakinkan Shine.
“S..” Shine mulai mengukir huruf pertama namanya. Kenapa Shine melakukan ini? Tentu karena tidak puasnya Shine terhadap jawaban Mori.
Mori tidak mengelak ataupun memberontak meskipun saat ini wajahnya sedang ‘dilukis’.
“H…” Shine masih melanjutkan karya seninya  dipipi Mori,
Mori tahu apa yang ada dipikiran gadis ini. Jika Shine tidak puas dengan jawaban Mori, Shine tidak akan berhenti, begitulah pikirnya. Sudah menjadi watak bawaan dari Shine. Bahkan Mori sudah sedikit terbiasa dengan sikap keras kepalanya itu,“Baiklah, aku hanya ada urusan kecil waktu itu..” Mori pun berkata. Setidaknya itu jawaban yang ingin didengar Shine.
Dan benar saja, Shine menghentikan sayatannya,”urusan kecil?” kini Shine menatap menyelidik pada Mori,”Kau memiliki urusan lain dan meninggalkan anggotamu?” timpal Shine lagi.
Shine memang seorang detektif yang memiliki tenaga super layaknya laki-laki, tapi bagaimana pun juga Shine tetaplah wanita. Berpikir curiga kepada lelaki, pasti sudah menjadi sifat alami seorang gadis, pikir Mori,“Aku tidak meninggalkan kalian” ucap Mori bermaksud menenangkan Shine.
“Tidak meninggalkan kami?” Shine kembali melanjutkan sayatannya yang sempat terhenti tadi,” I..”
Mori tidak habis pikir, kenapa sikap Shine seperti ini. Menjawab apapun Shine tetap tidak puas oleh jawaban Mori. Sepertinya Shine memang hanya ingin mendengar jawaban yang ingin didengarnya. Mori menghela nafasnya kembali,“Shine, bisakah kau menghentikan ini?” akhirnya Mori memberanikan diri. Suara Mori sekarang sedikit lebih berat, benar-benar meminta Shine untuk menghentikan sikapnya.
“N…” namun Shine tidak memperdulikan permintaan ketuanya itu. Walaupun Shine menyadari perubahan nada Mori yang Shine rasa, Mori akan meledak sebentar lagi.
“Shine.. jangan sampai aku melakukan hal kasar padamu” ucap Mori tetap tenang.
Dan benar saja dugaan Shine, tapi Shine tetap tidak takut,“Lakukanlah jika kau bisa, sekalian saja kau tusuk aku dengan katanamu itu? Aku tau sebenarnya kau bisa saja lepas dariku sedari tadi, kenapa kau tidak melakukannya? Hmm?” ucap Shine dengan sarkastiknya.
Sekali lagi Mori menghela nafasnya, ia tidak tahu lagi bagaimana menyikapi Shine. Meskipun Mori mengancamnya, tapi Mori tidak mau melakukannya. Mori tidak ingin menyakiti anggotanya, apalagi seorang wanita. Memang tidak terlihat tegas, tapi itulah Mori. Tidak heran Mori sering kali ditindas anggotanya karena sikapnya yang segan itu.
“E.., oke selesai!” Shine berhasil menyelesaikan hasil ‘karya’nya itu dipipi Mori,
Mori hanya menatapnya sedari tadi, dan tentu tatapannya dibalas kembali oleh Shine, tapi lebih dingin,”Entah kenapa aku ingin menghancurkan wajah ini sampai hancur lebur” ucap Shine dengan santainya.
“Shine!” Mori mencoba memperingatkan Shine yang masih duduk diatas tubuhnya itu
“Apa? Kau ingin mengatakan sesuatu lagi?” balas Shine,
“Lepaskan aku.” Mori mempertegas permintaannya dengan baik-baik,
“Ah maaf aku tidak dengar?!” balas Shine kembali, yang memang sengaja tidak memperindah permintaan Mori,
Mori sedikit lelah dengan sikap Shine itu,“Tolonglah, Shine..” namun Mori tetap berusaha tenang.
Sikap lembeknya Mori benar-benar sangat dibenci Shine. Shine sudah muak, ia pun mulai menunjukkan rasa kekesalannya, dengan menodongkan kembali Revolvernya, tepat didahi Mori,”Aku beri kau kesempatan terakhir” ucap Shine dingin,
Tapi Mori terlihat pasrah sekarang, Mori benar-benar sudah kehabisan akal.

“Taichou~ ada yang mencarimu~ apa kau masih disana?” tiba-tiba suara seorang pria memecah keheningan disana, disusul suara derap langkah, yang terdengar tidak hanya satu orang, melainkan dua orang. Dan tak lama kemudian tampak lah dua sosok tersebut.
Mori melirik kearah dua sosok yang tengah berdiri didekat pintu dojo itu, mereka yang tak lain adalah Arthur dan Kyoko,”Oh, Arthur, ternyata kau.., oh kau juga membawa Kyoko?” ucap Mori ditengah-tengah situasinya yang genting, bahkan Mori masih sempat tersenyum menyambut mereka.
Dor!’
Disela-sela penyambutan Mori dengan dua angota disana, dipotong oleh Shine. Suara satu tembakan terdengar begitu keras. Bisa jadi Arthur ataupun Kyoko terkejut tentunya,”Sudah..” ucap Shine setelah menembakkan peluru tepat dikepala Mori. Dan Shine benar-benar sudah menembaknya. Mori juga sudah terlihat tak bergerak ataupun bersuara lagi.
Dan benar saja. Arthur sempat diam mematung, terkejut dengan kejadian didepannya secara tiba-tiba. Begitu juga Kyoko, Kyoko tidak kalah terkejutnya,”Kyaaaa!” dan terdengarlah teriakan Kyoko.
“Shine-nee! Apa yang kau lakukan pada ketua?” bentak Kyoko pada Shine, sembari berlari mendekati mereka berdua.
Shine tidak menggubris ataupun menanggapi pertanyaan Kyoko, ia dengan santainya beranjak dari atas tubuh Mori, dan berjalan menjauh. Menjauhi omelan dari Kyoko juga tentunya. Shine tahu setelah ini Kyoko akan menghujaninya dengan banyak pertanyaan.
“Shine-nee?!” panggil Kyoko kembali, berharap mendapat respon dari Shine. Tapi Shine tetap saja mengabaikannya.
Arthur tampak tidak panik sama sekali. Baginya ini merupakan pemandangan yang sudah biasa. Jadi Arthur tidak berkutik sama sekali dari tempat ia berdiri sekarang.
Berbeda dengan Kyoko, justru ini pemandangan yang tidak biasa baginya. Bagaimana bisa seorang anggota secara terang-terangan membunuh ketuanya didepan anggota lain? Bahkan Shine terlihat bersikap tidak bersalah sama sekali. Arthur juga diperhatikannya, tetap tenang seperti biasa. Ada apa ini? Bukankah Arthur wakil ketua Guro? Apakah Arthur merasa diuntungkan dengan posisinya sekarang, jika ketua mati? Kepala Kyoko diisi banyak pertanyaan sekarang. Kyoko tampak begitu panik, anggota lain pasti akan ada yang bertindak setelah melihat ini. Kyoko pun memutuskan untuk segera memanggil anggota lain,”Kyoko akan mencari yang lainnya untuk meminta bantuan!” begitulah ucapnya.
Mendengar hal itu sontak Shine menghentikan Kyoko, mencegah tindakan Kyoko yang menurutnya tidak diperlukan,“Tunggu Kyoko! Tenanglah, Mori tidak apa-apa, kau tidak perlu panik seperti itu” ucapan Shine segera.
Mori sudah tidak bergerak, dan kepalanya tertembak. Bagaimana bisa Shine yang menjadi pelakunya mengatakan bahwa Mori tidak apa-apa,“Apa maksudmu Shine?” Kyoko menatap Shine dengan penuh keheranan.
Namun belum Shine menjelaskan semuanya, tiba-tiba lenguhan Mori terdengar,”u-ugh..”, mata Mori terbuka, wajah Mori pun sudah tidak ada bekas luka apapun, bahkan bekas tembakan didahinya menghilang. Benar-benar bersih dan bugar seperti sedia kala,”kau benar-benar melakukannya ternyata..” ucap Mori kepada Shine, sembari bangkit dari posisinya menjadi duduk.
Kyoko langsung menatap tak percaya pada Mori. Bagaimana bisa? Sekarang Kyoko menampakkan ekspresi wajah yang bingung.
“Aku tidak akan ragu lagi jika kau benar-benar berniat meninggalkan anggota ini” jawab Shine yang sedang berdiri dibelakang Kyoko saat ini.
Mori kembali menghela nafasnya. Sepertinya memang terjadi salah paham antar dirinya dan Shine. Mori beralih menatap Kyoko yang kini sedang berdiri didepannya,”Ah ya.. ada apa kau mencariku Kyoko?” Tanya Mori setelah itu. Mori tampak tidak menyadari sikap Kyoko, yang masih shock terhadapnya.
Kyoko segera tersadar saat Mori memberikan pertanyaan padanya, cepat-cepat ia menanggapinya,”Ah.. a-anoo, apakah Mori-sama baik-baik saja?” Tanya Kyoko yang masih terlihat linglung itu.
“Hmm?” tanggap Mori. Sepertinya Mori belum meberitahukan Kyoko satu hal tentang dirinya, atau mungkin Kyoko lupa?
Arthur yang sedari tadi terdiam akhirnya berjalan mendekati mereka,”Kyoko meminta bantuanmu untuk melatihnya” ucap Arthur mewakili Kyoko untuk menjawab pertanyaan Mori yang belum terjawab itu, disusul uluran tangan yang diberikan untuk membantu Mori berdiri.
“Oh..,” ucap Mori yang sudah berdiri berkat bantuan Arthur,”terima kasih, Arthur”
“Ma-maafkan Kyoko karena mengalihkan pertanyaan Mori-sama” ucap Kyoko cepat-cepat setelah menyadari kelancangannya barusan,”benar.. apakah Mori-sama mau melatih Kyoko?” Ia pun membungkukkan badannya,”Kyoko mohon desu..”,
Mori tersenyum karena sikap Kyoko,”tidak apa Kyoko, kau tidak perlu membungkuk seperti itu, berdirilah..” ucap Mori,”dan aku baik-baik saja” lanjut Mori, membalas pertanyaan Kyoko sebelumnya.
“Ya, kau tidak perlu seformal itu kepada Mori, Kyoko” ledek Shine yang kini sudah duduk disisi tak begitu jauh dari mereka. Shine tampak sibuk membersihkan revolvernya.
Mori tidak menanggapi ledekan Shine sama sekali. Sudah biasa, itu pikirnya. Jadi Mori hanya diam.
Kyoko kembali menegakkan tubuhnya menatap Mori,”Kalo begitu, apakah Mori-sama mau mengajari Kyoko?” Tanya Kyoko,”Oh.. dan bagaimana bisa Mori-sama−“
Belum sempat Kyoko menyelesaikan perkataannya, Arthur sudah memotong. Arthur tahu apa yang akan ditanyakannya,”Itu sudah kekuatan khusus milik Mori. Kau tidak perlu khawatir. Senjata apapun dari dunia ini, tidak akan bisa melukainya,” jawab Arthur.
“Be-begitu..” tanggap Kyoko,
“Yaa.. dan tentu. Aku akan mengajarimu, Kyoko. Kita bisa memulainya dari sekarang” ucap Mori tersenyum. Mori tahu apa maksud Arthur mengajak Kyoko kesini, yang sebenarnya tidak sekedar untuk melatihnya. Maka dari itu, Mori tidak ragu untuk memulainya sekarang.
“Benarkah? Terima kasih Mori-sama” Kyoko terlihat bersemangat. Ia membungkukkan badannya kembali sebagai tanda terima kasih,”etto.. sekarang juga?” Kyoko kembali menegakkan badannya kembali, dan menatap Mori.
“Ya. Apa ada masalah, Kyoko?” Tanya Mori dengan senyumnya.
“Tidak! Kyoko justru senang!” jawab Kyoko antusias.
Syukurlah Kyoko tidak menolak, begitulah pikir Arthur. Kalo begitu misinya saat ini bisa dibilang selesai. Sekarang semuanya diserahkan pada Mori. Karna disaat seperti ini, hanyalah Mori lah yang bisa mengatasinya,”Kalo begitu aku pergi duluan, tugasku sudah selesai, sampai jumpa..” Ucap Arthur,
“Baik! Terima kasih Ar-chan!” ucap Kyoko. Dan entah kenapa Kyoko bisa mendapatkan panggilan itu untuk Arthur.
“Ar-chan−?” Arthur sedikit terpelatuk dengan panggilan Kyoko barusan,
“Pfft..” disisi lain Shine terkekeh, tidak sengaja mendengar panggilan unik untuk Arthur itu barusan.
“Baiklah, sampai jumpa. Terima kasih atas kerja kerasnya” ucap Mori kepada Arthur.
Yasudahlah, biarkan Kyoko memanggilnya begitu, sudah sifat bawaan Arthur yang suka acuh dengan hal yang menurutnya tidak terlalu penting itu,”Aa.. sampai jumpa, ketua” ucap Arthur yang kemudian menghilang akibat bakat spesialnya itu.
Shine masih saja duduk disitu, Shine berniat untuk menonton proses latihan Kyoko. Mungkin ini bisa menghiburnya sementara, begitulah pikir Shine. Jadi Shine tidak ikut Arthur untuk beralih dari tempat itu. Meskipun saat ini matahari sudah cukup tinggi untuk menerangi sebagian wilayah kastil Guro. Dan anggota lain mungkin sudah berpesta membuat sarapan bersama.
Baiklah, Mori membiarkan Shine menontonnya darisitu. Kali ini Mori fokus terhadap Kyoko, Mori tidak akan menggunakan pedang ataupun senjata lainnya untuk mengetes kekuatan Kyoko. Bahkan boken (pedang kayu) juga tidak digunakannya. Mori berniat hanya menggunakan tangan kosong,”Maa.. sekarang kita lihat seberapa besar tenaga dalammu” ucap Mori kepada Kyoko. Mori memasang kuda-kudanya untuk bersiap menerima serangan Kyoko.
“Tenaga dalam? Apa yang harus Kyoko lakukan?” tanya Kyoko.
“Kau pukul atau tendang saja Mori itu, Kyoko,” timpal Shine.
Mori menghela nafasnya sekali lagi. Sepertinya Shine benar-benar menyukai melihat dirinya menderita,”Baiklah.. benar kata Shine, coba kau serang aku” ucap Mori tenang kepada Kyoko.
Kyoko menganggukkan kepalanya tanda mengerti,”Baik,” Kyoko pun mengambil nafasnya dalam, mempersiapkan posisi untuk menyerang, dan tak lama setelah itu,”Hyaaah!”,
plek’
Kyoko menghantamkan sebuah tinjuan diperut Mori. Mungkin lebih tepatnya hanya tinjuan kecil.
“. . . . . . . .” Mori terdiam menerima pukulan Kyoko itu
“Uphh! Hahahaha!” tawa Shine meledak,”ah.. pukulan macam apa itu? Ah..ahaha” Shine terlihat geli dengan pukulan Kyoko yang tampak tidak ada tenaganya sama sekali,”Nee! Kau tidak akan membunuhnya jika hanya dengan pukulan itu deshou, ahahaha”, ucap Shine kepada Kyoko.
“Kyo-Kyoko sudah mengerahkan seluruh tenaga Kyoko desu!” ucap Kyoko dengan malu.
Sepertinya kekuatan Kyoko memang datang dan pergi seenaknya, pikir Mori. Mori pun berpikir bagaimana caranya untuk mengeluarkan kekuatan ‘itu’,”Kyoko..” ucap Mori,
“Ah, Hai!” jawab Kyoko dengan sigap.
“Aku minta tolong untuk tahan ini sebentar..” ucap Mori.
“Ung? mena−Agh!!” belum sempat Kyoko bertanya, tiba-tiba tangan Mori sudah menerjang perutnya dengan sebuah cahaya menyerupai api biru. Apa ini? Kyoko mungkin sedikit terkejut. Tapi mendegar perintah Mori sebelumnya, Kyoko segera menahannya, menuruti perkataan Mori. Meskipun sedikit sakit.
“Aaaghh!” pekik Kyoko kesakitan, masih berusaha menahan rasa sakitnya.
Mori pun segera mencabut tangannya dari perut Kyoko. Tubuh Kyoko langsung terhuyung kedepan, tepatnya kearah Mori. Mori dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak terjatuh,”….” Mori terdiam menatap Kyoko, menunggu responnya. Rasa khawatir juga sedikit menghantuinya,”Kyoko?” sahut Mori untuk meminta respon Kyoko.
“Ungh.. hai?” respon Kyoko.
Mori bisa bernafas lega sekarang,”Kau baik-baik saja? Masih kuat?” Tanya Mori membantu Kyoko menegakkan posisi berdirinya.
Kyoko juga sepertinya terlihat stabil sedikit demi sedikit,”Ah ya. Kyoko baik-baik saja desu” ucap Kyoko sembari tersenyum. Kini Kyoko juga sudah mampu berdiri tegak sendiri.
Shine yang melihat kejadiannya sedari tadi, tahu apa yang Mori lakukan barusan terhadap Kyoko,”Waw.. hati-hati, kau bisa membunuhnya Mori” ucap Shine.
Kyoko tentu mendengar perkataan Shine barusan. Membuat Kyoko penasaran apa yang sebenarnya dilakukan Mori tadi terhadapnya,”Apa yang Mori-sama lakukan kepada Kyoko?” tanyanya.
Mori tahu akan resikonya jika Kyoko tidak tahan dengan rasa sakit tersebut,”Tidak apa, Kyoko. Aku hanya menanamkan sesuatu didalam tubuhmu. Sekarang coba kau serang aku lagi” ucap Mori sembari bersiap kembali. Memberi jarak ideal untuk Kyoko menyerang.
Kyoko mengangguk menuruti perintah Mori. Diambilnya kembali sikap posisi untuk menyerang. Entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Kyoko merasakan suatu energi didalam tubuhnya mengalir. Terpusat pada tangannya yang akan ia gunakan untuk menyerang. Tapi Kyoko tidak tahu apa itu, Kyoko pun segera mencoba memukul perut Mori seperti awal tadi,”Hyaaah!”
Bugh!’
Dan diluar dugaan. Energi itu benar-benar keluar dari tenaga dalam Kyoko melalui tangannya. Mori terpukul sekaligus terpental jauh kebelakang,
Blaar’
Mori terpental jauh hingga membentur dinding kayu dibelakangnya. Bahkan dinding kayu tersebut sampai patah dibuatnya.
Kyoko tampak terkejut dengan kekuatannya barusan,”Mo-mori-sama?!” Kyoko dengan panik segera berlari mendekati Mori, bermaksud menolongnya.
Shine juga dibuat terkejut karena Kyoko,”itu baru yang namanya pukulan” Shine pun juga menyusulnya.
“Mori-sama?! Apakah Mori-sama baik-baik saja?” Tanya Kyoko sembari cepat-cepat menyingkirkan bongkahan kayu yang menindih tubuh Mori. Disusul Shine.
“Uhk..uhuk..uhk, aku tidak apa” ucap Mori sedikit tersedak sembari dibantu Kyoko dan Shine berdiri.
“Deshou? Bahkan kau bisa dikalahkan oleh gadis kecil seperti Kyoko” ucap Shine sarkastik tanpa mempedulikan kondisi Mori saat ini. Toh cepat atau lambat Mori juga akan pulih seperti sedia kala karena kekuatan khususnya.
“Ini kasus yang berbeda, uhk..” balas Mori. Mori mendapatkan sedikit kesimpulan setelah kejadian barusan, mengenai kekuatan Kyoko. Didudukkannya Mori ditempat Shine duduk tadi.
“Ma-maafkan Kyoko. Kyoko tidak tahu jika sampai seperti itu, bahkan Kyoko tidak mengira Kyoko memiliki tenaga dalam seperti itu, padahal Kyoko hanya menambah sedikit tenaganya” ucap Kyoko terburu-buru, merasa bersalah.
“Tidak apa, lagipula kakek tua bangka ini cepat atau lambat juga pulih sendiri,” ucap Shine bermaksud menenangkan Kyoko,”Tapi.. kekuatanmu cukup besar juga ya, Kyoko” lanjut Shine,
“Tidak apa, itu bagus Kyoko, uhk..,” ucap Mori masih sedikit terbatuk. Sepertinya tulang punggung Mori sedikit bermasalah. Begitu juga perutnya. Kekuatan Kyoko dapat disimpulkannya, bukanlah kekuatan dari dunia ini. Melainkan kekuatan yang sepadan untuk mengalahkannya.
“Ta-tapi? Mori-sama sampai seperti ini, perlukah Kyoko mengobatinya?” ucap Kyoko. Kyoko tahu Mori memiliki kekuatan khusus seperti yang dibilang Shine tadi. Tapi tetap saja Kyoko khawatir dengan keadaan Mori. Firasatnya berbicara seperti itu.
“Ya, mau bagaimana lagi. Sepertinya sampai disini saja latihan kita” ucap Mori sembari terenyum simpul disitu. Mungkin hampir senyum yang dipaksakan.
“Haah.. sudah berakhir begitu saja latihannya?” ucap Shine,”kau benar-benar lembek” ucapnya pada Mori,”Daripada berakhir, lebih baik aku gantikan saja. Akan kulatih Kyoko. Bagaimana Kyoko?” lanjut Shine.
“Dilatih Shine? Apa tidak apa? Kyoko takut jika terjadi hal yang seperti tadi” jawab Kyoko,
Mori segera menghentikan tawaran Shine terhadap Kyoko,”Tidak Shine. Kita akhiri latihannya. Sudah cukup sampai sini. Tidak ada yang perlu menggantikanku” ucap Mori. Mori tidak mau terjadi suatu hal terhadap Shine karena kekuatan Kyoko yang masih belum diketahuinya. Karena kekuatan Kyoko bukanlah kekuatan dari dunia ini. Setidaknya itu yang dirasakan Mori. Melihat cidera ditubuhnya –yang tidak disadari Shine sama sekali.
“Ha? Ada apa denganmu ini? Belum ada satu jam untuk melatih Kyoko. Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan terpukul seperti halnya kau tadi,” sergah Shine. Lagipula Shine sudah mengalahkan Mori tadi, jadi sebesar apasih kekuatan Kyoko sampai bisa mengalahkannya? Pikir Shine.
Kyoko hanya terdiam disitu. Menunggu keputusan Mori. Walaupun sebenarnya ia ingin sekali berlatih lagi.
Sudah watak Shine keras kepala, seperti biasa. Mori menghela nafasnya lagi. Maklumlah, Mori juga tidak bisa mengatakan pada diri Shine, bahwa saat ini Mori benar-benar cidera. Dan pemulihannya saat ini dibutuhkan waktu yang lumayan lama,”Maaf Shine. Kali ini kau harus mematuhi perintahku.” Ucap Mori tegas dengan sedikit penekanan dikata ‘Harus’
“Dan Kyoko, tolong antarkan aku keruanganku. Ada yang harus aku bicarakan juga padamu,” lanjut Mori kepada Kyoko. Ini sengaja agar Shine tidak berusaha menarik Kyoko untuk berlatih.
Kyoko tanpa pikir panjang menuruti perintah Mori. Memang ini niatnya menuruti keputusan Mori, apapun itu,”Baik Mori-sama” ucap Kyoko yang kemudian mulai menuntun Mori,”Maaf Shine. Kyoko akan berlatih dengan Shine-nee lain kali. Terima kasih” lanjutnya kepada Shine. Mengurung keinginannya.
Yang benar saja. Tapi mau bagaimana lagi. Kyoko juga menuruti Mori,” Baiklah~ tidak apa Kyoko. Itu sudah menjadi keputusanmu,” ucap Shine. Melihat kondisi Mori saat ini sebenarnya membuat Shine heran. Kenapa tubuh Mori masih belum pulih. Padahal waktu sudah lewat dari cukup untuk membuat Mori pulih, tapi sekarang? Shine bertanya-tanya didalam pikirannya. Apa kekuatan khususnya sudah habis terpakai untuk memulihkan diri dari serangan Shine tadi? Pikir Shine. Tapi seingat Shine mau sesering apapun, Mori masih tetap bisa memulihkan diri. Mengingat sering kalinya Shine menyiksa Mori. Anggota macam apa itu Shine sering sekali menindas ketuanya. Tapi sudah menjadi rutinitasnya untuk membuat Guro ‘berwarna’,
“Yasudahlah..” Shine antara acuh tak acuh. Ia pun pergi dari dojo itu menyusul Kyoko dan Mori.


Sejauh pandang memandang, kastil sudah tampak sepi. Anggota lain pasti sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Shine juga sudah tidak bersamanya dan Kyoko lagi. Ia ditatih oleh Kyoko berjalan menuju ruangannya.
Dituntutnya Mori sampai masuk ke ruangannya, menuju meja kerjanya, dan didudukkan dikursi,”Kyoko akan mengambil beberapa obat-obatan, Mori-sama tolong tunggu disini” ucap Kyoko.
Tapi Mori segera menghentikan Kyoko,”Tidak.. itu tidak perlu, Kyoko” ucapnya sembari menarik tangan Kyoko,”Aku membawamu kemari bukan memintamu untuk mengobatiku” ucap Mori dengan senyum seperti biasa.
Kyoko pun terhenti karena tarikan ditangannya. Ditatapnya Mori yang sedang duduk dibelakangnya,”Mori-sama yakin itu tidak apa?” Tanya Kyoko,
Mori hanya mengangguk menjawab pertanyaan Kyoko. Tidak perlu dijelaskan lagi mengenai kekuatan khususnya itu. Mori hanya ingin meyakinkan Kyoko bahwa cepat atau lambat tubuhnya akan pulih. Sekarang tinggal bagaimana caranya agar Mori bisa menjelaskan mengenai kekuatan Kyoko. Belum bisa disimpulkan secara pasti, tapi yang jelas kekuatan tersebut bukanlah kekuatan biasa yang berasal dari dunia ini. Melainkan kekuatan yang hampir sepadan dengannya. Tapi karena Kyoko tidak bisa mengendalikannya, kekuatan itu belum bisa sepenuhnya keluar.
“Kyoko, seperti yang kubilang tadi. Aku ingin membicarakan suatu hal padamu,” ucap Mori akhirnya.
“Ung, baik. Kyoko akan mendengarnya” ucap Kyoko akhirnya,
“Baiklah. Duduklah disitu” ucap Mori sembari melepaskan genggaman tangannya pada Kyoko. Dan Kyoko pun menurutinya. Duduk dikursi seberang Mori.
“Sebelum aku membicarakannya. Bolehkah aku mengetahui, latar belakangmu?” Tanya Mori tiba-tiba.
Kyoko yang mendengar pertanyaan Mori pun langsung tersendat,”Latar belakang Kyoko?”
“Benar..” balas Mori mengangguk,”keluargamu.. asal usulmu, dan juga masa lalumu,” sebenarnya sedikit canggung menanyakan hal ini pada Kyoko. Tapi mengingat riwayat Kyoko pada data keanggotaannya kosong, tidak salah jika Mori menanyakan hal tersebut. Mori juga sedang berusaha meyakinkan kesimpulannya sendiri. Jika benar, berarti tidak salah lagi..
Beberapa detik Kyoko terlihat diam lagi. Sama seperti saat Kyoko ditanyakan Arthur. Tapi kali ini berbeda. Sekarang Kyoko harus menceritakan masa lalu, yang bisa dibilang, kelam. Menceritakan kepada ketua sekaligus pemilik kastil dan Guro ini. Orang yang sangat penting dan dipercaya di Guro. Tapi Kyoko tetap berat untuk menceritakannya.
“Maaf. Kyoko tidak bisa menceritakannya” kepala Kyoko tertunduk.
Mori sudah menduga ini. Semakin susahlah persepsinya untuk dibuktikan. Tapi Mori tidak ingin berburuk sangka dahulu,”kenapa tidak bisa?” Mori menanyakannya dengan hati-hati.
“Karena, Kyoko ingin melupakannya” ucap Kyoko tiba-tiba,
Mori sedikit gagal paham dengan yang dijawab Kyoko barusan,”maksudmu?”,
“Kyoko tidak mau menceritakannya karena Kyoko ingin melupakannya” ucap Kyoko yang kemudian mendongak menatap Mori dengan senyum…, palsu.
Mori melihat ekspresi itu. Ada sesuatu yang mengganggu didalam hati Kyoko. Hal yang mungkin menjadi traumanya. Mori jadi sedikit segan untuk menanyainya lebih dalam lagi. Mori menghela nafasnya kembali. Menenangkan diri untuk berpikir. Apakah Kyoko pernah mengalami hal buruk yang besar didalam hidupnya?
Kyoko tahu. Kyoko memang tidak berguna, disaat seperti ini, ia malah mementingkan dirinya sendiri. Kyoko kembali menunduk murung disitu.
Sebenarnya masih ada cara lain. Tapi akan menjadi resiko besar untuk Mori. Apalagi disaat kondisinya seperti sekarang,”kalo begitu. Kita tunda dulu pembicaraan ini” ucap Mori. Mori bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati Kyoko,”istirahatlah. Aku tunggu sampai kau siap menceritakannya” ucap Mori dengan tenang, sembari menyentuh lembut ujung kepala Kyoko.
Kyoko merasakan sentuhan tersebut, dan kembali menatap Mori. Serasa menenangkan senyumnya. Ketua benar-benar tahu bagaimana cara menghadapi anggota yang sedang muram,”ah.. hai” seakan terhipnotis Kyoko mengangguk menuruti perintahnya.
Mori pun tersenyum,”sampai jumpa besok” ucap Mori melepaskan sentuhannya pada kepala Kyoko,
“Ung.. sampai jumpa besok. Maaf untuk hari ini, Mori-sama. Kyoko akan berjuang besok” ucap Kyoko. Kyoko berdiri dan pamit pada Mori. Dan tak lama kemudian ia berjalan keluar menuju pintu ruangan itu. Disela-sela saat Kyoko keluar, Kyoko menoleh pada Mori,”Mori-sama..” ucap Kyoko,
“Ya?” jawab Mori menatap Kyoko diambang pintu itu.
“Terima kasih. Sudah mengerti keadaan Kyoko,” ucap Kyoko kemudian. Ia tersenyum setelahnya,”Mori-sama juga harus beristirahat desu!” lanjut Kyoko,”sampai jumpa..”
Mori mengangguk mengiyakan permintaan Kyoko,”Aa.. tentu” ucap Mori setelah melihat Kyoko yang sudah beranjak pergi dari ruangannya. Ditutupnya pintu itu kembali.
Punggung Mori rasanya seperti mau patah. Rasanya ingin diistirahatkan segera, tapi dokumen-dokumen dimejanya seolah berbicara untuk menunda istirahatnya,”haaahhh” Mori kembali merebahkan tubuhnya dikursi besar itu. Dipijatnya kening itu sendiri,”malam nanti akan menjadi malam yang panjang” ucap Mori,”apa kau mau menggantikanku sejenak?” lanjut Mori seakan berbicara kepada seseorang. Padahal diruangan tersebut terlihat hanya ada dirinya saat ini.
Tapi kelihatannya tidak begitu, setelah suara seorang pria menjawabnya,”kenapa harus aku?” dan tampaklah sosok tersebut. Berdiri tepat disisi belakang Mori duduk,”aku sudah memiliki tugas darimu yang belum kuselesaikan. Kenapa tidak kau suruh Rei saja?” suara dingin yang khas itu, tak salah lagi. Arthur.
“Kau seperti tidak tahu Rei saja..” balas Mori.
“Kalo begitu, Shine?” lanjut Arthur,
“Shine.., sedang ingin membunuhku, bagaimana bisa aku menyuruhnya?” ucap Mori
“Begitu ya.., wanita memang susah dimengerti” timpal Arthur,
“Uruse..” ucap Mori. Mori memang terlihat berwibawa jika didepan anggota lain. Tapi jika dengan Arthur, yang menjadi orang terpercayanya selain Rei. Mori bisa menunjukkan sifat aslinya.
Benar. Mori, Arthur, dan Rei. Tiga founder yang membuat dan membentuk Guro hingga seperti sekarang. Tiga orang pria yang bertemu dan menjalin sebuah pertemanan cukup lama, hingga membentuk Guro. Tidak heran tiga orang tersebut memiliki jabatan yang tinggi dikastil Guro ini. Meskipun memiliki watak yang berbeda-beda, tapi mereka tetap terlihat kompak jika bersama. Rei yang memiliki jiwa bebas, Arthur yang dingin dan cuek, dan Mori yang bersifat tenang. Menjadikan ciri khas yang menonjol di Guro sampai sekarang.
“Apa kau mendengar semuanya?” tanya Mori pada Arthur,
“Ya.. bisa kusimpulkan sekarang” jawab Arthur,
“Apa kau berpikir yang sama denganku?’ ucap Mori sekali lagi
“Aa..” Arthur mengangguk,”Sebuah kekuatan dari dunia lain.. bukan dari dunia ini. Tidak heran sampai membuatmu babak belur seperti itu” ucap Arthur yang mengerti betul tentang Mori,”kau yakin, akan memakai cara itu, malam ini juga?” timpal Arthur dengan pertanyaan.
“Ah, kau melihatnya dengan jeli ternyata. Ya aku akan melakukannya” ucap Mori,
“Bodoh. Padahal pekerjaan seperti ini bisa kita serahkan pada Rei” ucap Arthur. Jika ada yang penasaran apa maksud pembicaraan ini. Sebenarnya Arthur mengetahui kalau Mori melakukan suatu hal kepada Kyoko saat Mori menyentuh ujung kepala Kyoko tadi. Jadi usapan lembut dikepala itu bukan hanya sekedar usapan lembut untuk menenangkan Kyoko. Melainkan kesempatan Mori untuk mencoba masuk didalam pikiran Kyoko. Tapi Mori belum melakukan seutuhnya. Yang tadi itu Mori sedang ‘membuka’ dengan menyentuh kepalanya. Dan akan ‘terbuka’ jika Kyoko tidur. Jika sudah ‘terbuka’ Mori dapat memasuki diri, mimpi, maupun pikiran Kyoko. Dan membaca keseluruhan diri Kyoko. Tapi dikondisinya saat ini, bisa menjadi resiko besar untuk Mori, jika ia tidak bisa kembali lagi. Karena Mori sama halnya seperti berpindah ke dimensi lain.
“Mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjut melakukannya” ucap Mori dengan santai.
“Tcih..” decak Arthur,
Dan tak lama kemudian ditengah perbincangan mereka, tiba-tiba pintu ruangan Mori terbuka,”Yo~ ada yang merindukanku?”
Mori dan Arthur pun menoleh tepat pada sosok yang membuka pintu itu. Ia membuka pintu itu lebar-lebar dan masuk dengan seenaknya sebelum dipersilahkan. Siapa lagi anggota yang memiliki sifat seperti ini, kalo bukan Rei. Fujiwara Rei sang Rookie Guro.
“Yare.. yaree, apa yang kalian bicarakan dari tadi disini? Kalian membicarakan sesuatu tanpa aku? Jahatnya~” ucap Rei yang sembari berjalan mendekati meja Mori.
“Kau minum lagi?” Tanya Arthur setelah menyadari tingkah Rei.
Mori masih diam.
“Hahah.. Hanya sedikit, bolehkan?” ucap Rei sembari tersenyum. Yang kini sudah berdiri disamping Arthur, merangkulnya.
Arthur sudah tau kebiasaan satu orang ini. Namun bau nafas dari orang yang mabok itu. Benar-benar mengganggu Arthur,”menjauhlah dariku” ucap Arthur dengan nada khasnya.
“Hee~ kau masih tidak tahan dengan bau ini?” ucap Rei dengan seringai usilnya,”akan kubuat kau terbiasa” ucap Rei yang mulai mengusili Arthur.
”Menjauh kau dasar Vampire bau, Tcih!” Arthur segera menyingkir dari Rei. Tapi Rei tetap saja mengusilinya,”Uruse! Akan kubunuh kau!”
“Kalian.. sudahlah..” ucap Mori yang sedikit tersenggol karena mereka berdua.
“Hee?” Rei baru sadar kondisi Mori saat dilihat dari dekat,”apa yang membuatmu babak belur seperti itu, Mori?” Tanya Rei pada Mori.
Mori menghela nafasnya lagi,”aku tidak mau membicarakannya lagi..” ucap Mori
“Apa kau menguji kekuatan gadis itu?” Tanya Rei. Gadis yang dimaksud adalah Kyoko,”Baka naa.. padahal sudah kubilang mengenai kekuatan itu, apa semuanya masih belum jelas~?” ucap Rei yang sedikit kesal. Salah Mori sendiri tidak menuruti perkataannya.
“Maaf.. aku hanya ingin meyakinkannya saja.” Jawab Mori.
“Tch.. membuang-buang waktu” ucap Rei,”Apa bukti pada malam itu masih belum cukup?” Rei kemudian menatap tajam pada Mori,”Dia memiliki dua kepribadian” lanjut Rei setelah itu,
“Justru karena itu Mori meragukan jawabanmu, Rei” sergah Arthur,”jawabanmu benar-benar tidak masuk akal” ucap Arthur.
Rei kemudian beralih menatap Arthur,“Tapi aku melihatnya sendiri pada malam itu. Gadis itu, bertengkar dengan dirinya sendiri. Diawal dia menyerangku, diakhir dia menangis karena mengira aku mati. Apa menurutmu, jika bukan memiliki dua kepribadian?” Tanya Rei menyelidik,”Dirasuki hantu?” kekeh Rei.
“Tidak.. dia tidak memiliki dua kepribadian” potong Mori,”Aku pernah memancing sedikit kekuatannya. Jika memang memiliki dua kepribadian. Seharusnya dari awal dia tidak sadarkan diri, atau berubah sifat. Tapi saat itu, aku tidak melihat perubahan emosi pada Kyoko, namun kekuatannya itu tetap keluar” lanjut Mori.
Rei kembali menatap Mori,”Kalo begitu.. apa itu artinya?” ucap Rei,
“Exorcist..” ucap Arthur
Rei kembali melirik Arthur,”Exorcist? Jadi ada sesuatu didalam dirinya?” ucap Rei.
“Belum bisa dipastikan. Untuk itulah, aku memastikan. Meskipun ini akan menjadi resiko besar” ucap Mori.
“Merepotkan sekali..” ucap Rei.
“Dan aku butuh kau disituasi ini” ucap Mori kemudian kepada Rei.
“Apa yang kau butuhkan?” Tanya Rei.
Mori menatap mata Rei. Mori yakin hanya Rei lah yang cocok dengan tugas ini,”Jadikan Kyoko bawahanmu,” ucap Mori.


** To Be Continued **