Chapter
3 : Nyawa
Genre
: Fantasy, Action/Adventure, Romance, Friendship, Family
Rated
: R
Disclaimer
: By Rheta and Guro's Friend, OC
Warning
:
Author
habis mengalami masa Writer Block, jadi kemungkinan besar cerita ini hanyalah
percakapan yang tidak bermutu #plak. Mohon maaf jika masih ada kesalahan pada
pemilihan kata yang tepat. Kritikan anda sangat membantu untuk memperbaiki
cerita ini.
“Pemandangan yang indah” ucap
gadis bersurai hitam panjang −yang sedang duduk pada ujung permukaan tebing yang menjulang tinggi dibelakang kastil
Guro. Mata hitamnya yang legam nan tajam menatap seisi kota COSA yang bisa
terlihat dari atas sini, disinari mentari pagi yang hangat.
“Bagaimana jika aku jatuh dari
tebing ini?” ucap gadis itu dengan tenang, namun nampak senyuman yang damai
dari bibirnya seakan hal itu merupakan hal yang indah baginya.
Tapi sebelum gadis itu
melaksanakan imajinasi yang memenuhinya, dari belakang datang sosok lain dengan
yukata hitam dan corak merah bunganya, melangkah mendekati gadis itu, “Jane..
Jane.. chan~ apa yang sedang kau lakukan disini?” sapa Kyoko dengan suara sopran
khasnya –pada gadis yang bernama Jane itu.
Gadis yang berbalut dress hitam tanpa lengan itu tetap
menatap pemandangan didepannya, “hay Kyoko” begitulah balasan sapaan ramahnya,
tanpa harus menoleh pun Jane sudah mengetahui siapa yang menyapanya. Suara
Kyoko memiliki khas tersendiri.
“Ingin bermain?” ucap Kyoko
yang sudah berjongkok disisi Jane, entah sejak kapan kedua gadis ini begitu
akrab.
“Boleh.. kau mau main apa
Kyoko?” jawab Jane tanpa menatap wajah Kyoko.
“Bola?” ucap Kyoko antusias,
dan entah kapan Kyoko sudah membawa bola yang sudah dipamerkan dihadapan wajah
Jane saat ini.
“Bola?” ujar Jane terheran, “baiklah”
ucap Jane mengiyakan ajakan Kyoko yang bersikap seperti anak kecil sekarang.
Mungkin hanya permainan ini
yang Kyoko ketahui untuk mengusir kebosanannya, mereka pun saling melemparkan
bolanya kesatu sama lain. Bagi Jane, Kyoko hanyalah gadis kecil polos yang
perlu ditemani, tapi siapa kira jika Kyoko sebenarnya memiliki umur yang lebih
tua dibandingkan Jane. Lantas, kenapa Kyoko memilih permainan anak kecil ini?
Bagi Inu, ini adalah permainan yang menyenangkan, begitulah sekiranya.
“Selamat pagi, Kyoko-chan,
Jane-chan” sapa dari arah lain lagi terdengar.
Kyoko menoleh pada sumber suara
tersebut.
“Selamat pagi Shine” balas Jane
lebih dulu daripada Kyoko yang menyadari sapaan itu berasal dari Shine. Gadis
bersurai silver ungu pucat, dan berpakaian ala detektif itu.
“Oh.. selamat pagi Shine-chan~”
disusul Kyoko, serta bola yang melambung melewati Kyoko, “Ah! Shine-chan awas!”
peringatan akan bola yang melambung itu kepada Shine.
Namun dengan sigap Shine
menangkap bola itu dengan kedua tangannya, “whop! Hampir saja..”
“Ah.. untung saja..” ucap Kyoko
lega.
“Apa yang sedang kalian
mainkan, nee?” ucap Shine sembari memutar-mutar bola ditangannya.
“Aku hanya menemani Kyoko
bermain bola” ucap Jane dengan senyumnya.
“Bermain bola?” ucap Shine
dengan nada sedikit herannya.
“Iya, bermain bola, Shine-chan”
ucap Kyoko antusias.
“Pfft.. kau pasti bercanda? Ada
yang lebih asik dibandingkan hanya lempar tangkap seperti itu, nee..” Bola yang
semula berada dikedua tangan Shine berubah fungsi seketika menjadi bola basket,
saat Shine mulai memantulkan bolanya pada tanah, “contohnya seperti ini, dan..
shoot!” kedua tangan Shine dengan lihainya menembak bola tersebut, seakan
terdapat Ring dihadapannya. Tapi..
Bola itu jatuh, dan menghilang
kedasar tebing. Sekejap suasana pun menjadi hening.
“Tembakan yang bagus, Shine,
hihi” tukas Jane dengan santainya, dan sedikit mengandung sindiran dari
nadanya.
“Ah.. maaf…, aku lupa ini
diatas tebing.” senyum canggung tampak diwajahnya.
Emerald merah Kyoko hanya
meratapi kepergian bolanya yang baru saja dimiliki, “Kyoko rasa, Kyoko lebih
menyukai permainan lempar tangkap desu..,”
“Ehehe, sudahlah Kyoko, kita
bisa membelinya lagi nanti bersama, oke?” rayu Shine.
“Ngomong-ngomong ada perlu apa kau kesini
Shine?” potong Jane dengan mengajukan pertanyaan kepada Shine.
“Ah! Iya.. Aku hampir lupa. Mori
menyuruhku untuk mengumpulkan seluruh anggota Guro di aula kastil pagi ini.
Akan ada misi besar yang harus kita jalankan, nee..”
.
.
“………”
.
.
“..Ee? Tunggu.. Pagi ini?? Itu
berarti sekarang?! Ya ampun! Apa yang kalian lakukan?! Cepat berkumpul ke aula
sekarang deshou!” ujar Shine yang menjadi panik tiba-tiba.
“Huh?” respon Jane terhadap
kepanikan Shine.
“Misi besar? Misi apa itu,
Shine-chan?” disusul Kyoko.
“Cepat bergegas anak-anak!” dengan
cepat kedua tangan Shine menarik kain baju yang dikenakan Kyoko dan Jane tanpa
mengindahkan pertanyaan-pertanyaan dari mereka.
“Shi-Shi- Shine-chan yukata Kyoko!
Yukata Kyoko!” pekik Kyoko. Kebalikan dari Jane, justru wanita ini pasrah
tubuhnya ditarik oleh seniornya.
Tak lama kemudian, seribu
langkah dari ketiga gadis ini terdengar menggema di aula kastil Guro. Mereka
sangat terburu-buru, namun sesampainya mereka pada Aula itu. Pemandangan diluar
ekspetasi, justru aula ini kosong, belum ada satupun anggota lain yang
berkumpul.
“…Etto.., tidak ada orang
disini?” respon Kyoko saat melihat seisi aula kastil.
“Apa yang dilakukan Mori disaat
penting ini? Kemana dia? Dan kemana yang lainnya?!” gumam Shine. “Seharusnya
mereka ada disini sekarang, apa mereka terlambat? Yang benar saja,” lanjut celoteh
Shine.
“Entahlah.. apa mereka mati?” sikap
itu memang menjadi ciri khasnya, dia tidak pernah menganggap semua serius,
penuh lelucon dan gurauan, itulah Jane.
“I-itu tidak mungkin, Jane-chan!”
jawab Kyoko dengan polosnya terhadap basa basi Jane itu.
“....” Shine menghiraukan
pembicaraan mereka, seakan tau apa yang mereka bicarakan berikutnya.
Tiba-tiba pintu utama aula
kastil Guro terbuka lebar dengan kerasnya. Menimbulkan suara hentaman yang
keras sehingga ketiga gadis itu terhening dan beralih pandangan pada sosok yang
membuka pintu itu.
Kinagashi berwarna merah bata
yang hampir senada dengan rambutnya, dengan jubah yang membalut diluar
kinagashi pria itu. Tak salah lagi, pria itu adalah Rei. “Hee? Hanya kalian?”
begitulah Respon Rei saat melihat para anggota yang berkumpul hanya terdiri
dari 3 orang saja.
“Seperti yang kau lihat deshou”
raut wajah Shine sedikit menampakkan rasa kesal.
“Baiklah, mau bagaimana lagi..”
sosok itu kemudian melangkah melewati ketiga gadis itu.
Ketiga mata gadis itu hanya memperhatikan
gerak gerik pria itu.
Tap!
Gemaan alas kaki Rei yang
menaiki sebuah balok kayu −membuat dirinya berdiri lebih tinggi dibandingkan
lainnya terdengar. “Yo!” ia berbalik setelah itu, “Wahai seluruh anggota Guro, Fujiwara
Rei, sang Rokkie Guro, berdiri disini untuk mewakili pesan dari ketua” seru Rei
walaupun pendengarnya hanyalah ketiga gadis tersebut.
“Malam ini persiapkanlah diri kalian untuk
misi besar yang akan kita hadapi. Misi ini merupakan misi yang sangat berbahaya,
ahh.. kalian sudah terbiasa dengan kata ‘sangat berbahaya’ itu bukan? Baiklah,
bagaimana jika itu kuganti ‘dapat menghilangkan nyawa kalian’?”
“Kau terlalu banyak basa basi,
cepat katakan saja apa misinya!” ucap Shine yang sudah kehilangan kesabarannya.
“Ahh.. kau mengganggu saja, Nee”
protes Rei. “Baiklah.., misi kita kali ini adalah, berburu harta karun.”
.
.
.
“Hanya berburu harta karun?” respon
Jane.
“Ya.. tapi, berburu harta karun
ini bukan seperti yang kau pikirkan nona,” Rei menyeringai, “Yang ikut serta
akan misi ini akan diberangkatkan ke Negara Mesir, dengan kendaraan khusus
tentunya, jadi.. siapa yang akan ikut serta? Dan.. mengingat soal kendaraan
kita yang tidak dapat menampung lebih dari 10 orang, jadi.. mantapkanlah
keputusan kalian, karena yang ikut misi ini, harus benar-benar siap kehilangan
nyawa.” Senyum ‘manis’nya kini yang menghiasi wajahnya.
“Huh? Kau pikir ada berapa
banyak anggota kita? Tentu, aku ikut deshou.” tegas Shine.
“Hee.. Itu baru Nee-sama
kesayanganku” ucap Rei dengan logat khasnya.
“Kyo-Kyoko ikut,” ucap Kyoko,
walaupun sempat ada nada keraguan disitu.
Rei menoleh tepat kearah Kyoko,
“Kau yakin, nona?”
“Uh.., Ya! Kyoko yakin desu,
jika bersama teman-teman Kyoko yakin!” ucap Kyoko yang tiba-tiba berubah menjadi
antusias.
Kekehan kecil yang menjadi
respon Rei itupun terdengar, “Baiklah, lalu?” manik hijau itu melirik pada
sosok gadis surai dan mata berwarna hitam yang berdiri tepat dihadapannya,
Jane.
Maksud tatapan mata pria itu
dimengerti Jane, “Negeri Mesir ya? Aku tidak ikut, itu merepotkan”, jawab Jane.
“Hhh.. Baiklah, yang ikut serta
harap berkumpul diatap saat matahari terbenam,” Rei kembali turun dari ‘panggung’
kecilnya itu, tanpa sebuah pidato penutup. Dan sosok itu berjalan meninggalkan
aula.
“Tunggu!” suara Shine
menghentikan langkah Rei. “Bagaimana dengan yang lainnya?” lanjut Shine,
“Tenang, ketua sudah
mengurusnya..” jawab Rei semenanya sembari melanjutkan langkahnya. Dan
menghindari perdebatan yang akan datang dari tuannya itu.
“Hah! Lalu apa maksud ketua
menyuruhku untuk mengumpulkan seluruh angggota?! Hey budak kemari kau! Cepat
jelaskan apa maksud ketua?! Dan kemana dia!” dan benar saja apa yang
diperkirakan Rei. Dua sosok itu meninggalkan aula, menyisakan Kyoko dan Jane
disitu, mereka hanya terdiam menatap kelakuan Rei dan Shine.
.
.
.
.
“Kalo begitu,” ucapan Jane
memecah kesunyian diantara mereka, “semoga sukses ya nanti malam, sampai jumpa,
Kyoko.” ucap Jane tanpa basa basi dan kemudian meninggalkan Kyoko.
“Eh? Ba-baik, terima kasih
Jane-chan” Dan akhirnya hanya Kyoko sendiri yang berada di aula itu.
Matahari mulai terbenam. Tiba
saatnya bagi seluruh anggota Guro berkumpul ditempat yang dijanjikan
sebelumnya. Kendaraan khusus yang akan membawa mereka ke tujuan tiba tepat pada
waktunya. Helikopter besar mendarat tepat dihadapan mereka, namun bukan
Helikopter biasa yang menjadi kendaraan anggota geng Guro saat ini, kendaraan
ini telah dimantrai khusus agar dapat sampai ketempat tujuan dengan cepat, ya..
kendaraan ini lah yang akan membawa mereka melewati waktu.
Seluruh anggota segera bergegas
memasuki kendaraan itu tanpa membuang waktu lebih lama lagi, dengan paduan dari
sang wakil dan rookie Guro. Tidak ada yang menanyakan kenapa ketua tidak tampak
lagi didalam misi penting ini? Mungkin itu sudah menjadi hal biasa oleh mereka.
Dan dalam kecepatan penuh mereka
pun berangkat menuju Negara yang jauh itu, Mesir.
Piramida yang menjadi tempat
penyimpanan ‘Lumbung Emas’ itu lah target mereka. Dan tepat tengah malam Helikopter
itu tiba ditujuan. Seluruh anggota pun keluar. Suasana sekitar Piramida
terlihat sepi dan gelap, mereka tidak menyadari dari kegelapan sana terdapat
beberapa pasang mata yang mengawasi mereka. Sepertinya mereka terusik dengan
kedatangan Guro.
“Biar kuperingatkan pada kalian, didalam
Piramida ini terdapat kekuatan roh yang menjaga harta dari sang legenda
Fir’aun, kita tidak tau apa kekuatan roh ini, jadi berwaspadalah kalian..”
tegas Rei kepada seluruh anggota Guro. Rei memimpin ‘pasukan’ misi ini.
“Periksa barang bawaan kalian,
jangan lupakan senter, makanan, minuman, perlengkapan obat-obatan, dan beberapa
amunisi lainnya. Dan ingat, senjata yang kalian bawa, gunakanlah dengan bijak,
jangan ada penyerangan brutal, gunakanlah untuk melindungi diri.” lanjut instruksi
yang diberikan dari Arthur, wakil ketua Guro.
Masing-masing anggota pun
memeriksa tas mereka. Mereka tidak merasa takut ataupun gugup, kecuali Kyoko.
Hal yang maklum bagi seseorang yang baru pertama menjalankan misi, namun Kyoko
tetap menyembunyikan perasaan gugupnya itu.
“Yosh! Kyoko siap!” Helaan
nafas untuk menenangkan diri sedikit terdengar ditengah-tengah ucapannya itu.
“Hati-hati Kyoko-chan, disini
gelap, kau bisa terjatuh nee.. yah walaupun bulan malam ini tampak penuh” Shine
berdiri tepat dibelakang Kyoko.
Emerald merah itu pun menghadap
pada sang Luna yang bersinar penuh itu, “Shine benar.. bulannya tampak terang
desu..” namun karena pantulan sinar itu, emerald merah dari Kyoko tampak
menyala, pemandangan itu tidak sengaja terlihat oleh Shine. Namun Shine tetap
menghiraukannya, mungkin itu memang warna mata Kyoko, begitulah dipikirannya.
Sepasang mata yang sedari tadi mengawasi
mereka perlahan menghilang, suasanapun berubah. Aura negatif mulai menyebar, dan
pertama kali dirasakan oleh Kyoko. Karena Kyoko yang memiliki insting inu, “sepertinya ada yang mendekat
kesini” ucapan Kyoko menghentikan beberapa aktivitas anggota lainnya.
Hal yang mendekat, sebuah pasukan,
atau kekuatan Roh yang konon melindungi Piramida, entahlah? Gelapnya malam ini
membuat mereka kesulitan melihat dalam jarak jauh. Meskipun terdapat sinar
Bulan.
Cklek!
Sebuah revolver berwarna hitam
legam dikeluarkan oleh gadis bersurai silver keunguan itu, senjata andalan
Shine, “Hnn?? Manusia lain kah?” ia bersiaga dengan revolver itu.
Kyoko menyorot lampu senter −yang
dibawanya sedari tadi− pada sumber suara gemuruh yang ada dihadapan mereka.
“…?!”
.
.
“GRAAA!!”
Sebuah kapak melayang diudara,
mendekat kearah Kyoko dan Shine tentunya,
“Shi-Shine-chan awas!”
“Wowowow!”
“Kyoko! Shine!” teriak Arthur.
Beruntung kedua gadis itu
memiliki reflek yang bagus sebelum kapak itu menancap ditubuh mereka. Kyoko
berhasil menghindari dengan melompat ketempat yang aman, sedangkan Shine
bergeser dengan cepat kesisi yang lain, “itu tadi berbahaya tuan” ucap Shine
sembari mengarahkan bidikannya kearah musuh itu.
DAARR!
Dan bidikan itu tepat mengarah
kekepala mahluk itu, “RRGGHHH” satu
mahluk tumbang. Tindakan mereka pun semakin brutal saat mengetahui salah satu
temannya mati. Mereka bukan pasukan manusia, melainkan..
“Anubis!” teriak Kyoko, “mereka
pasukan Anubis,” peringat Kyoko. Seluruh anggota pun berwaspada.
“Kyoko, tetap didekatku” ucap
Shine, “etto? Apa kau tidak membawa senjata apapun, nee?” Shine menyadarinya
saat Kyoko terlihat gugup.
“Se-senjata? Kyoko tidak punya
senjata, tapi Kyoko punya tenaga dalam desu” ucap Kyoko disertai senyumnya yang
canggung.
“Yang benar saja..” seekor Anubis
mendekatinya, hendak meluncurkan serangannya dengan sabit, namun serangannya
berhasil digagalkan oleh kesigapan Shine dalam bertarung menggunakan
revolvernya, beberapa tehnik bela diri juga diterapkannya, Shine berhasil
menumbangkan dua anubis.
“Aaa! Lepaskan!” lengkingan
suara Kyoko terdengar setelah itu. Diluar perkiraan beberapa Anubis ada yang
muncul dari belakang mereka, dan salah satunya menangkap Kyoko.
“Kyoko!” Shine berniat
melepaskan Kyoko dari anubis itu, tapi Anubis lain sudah berdatangan
mendekatinya. Tak hanya mendekatinya Anubis itu juga menangkap Shine, “Kyaaa!
Lepaskan aku anjing bodoh!!” teriak Shine, Shine berusaha melepaskan dirinya
namun nasib buruk menimpanya, revolver miliknya terlempar karna salah satu Anubis
yang menyerangnya, “Revolverku!!”.
Hanya senter satu-satunya
pegangan Kyoko, tanpa pikir panjang Kyoko menggunakan ‘senjata sementara’ nya
itu untuk melepaskan diri, “Ugh!” Kyoko menancapkan senter itu pada mata Anubis,
membuat Anubis yang menangkapnya kesatikan,
“GRAA!”
“Shin- Agh!” baru saja ia
melepaskan diri, sudah kembali ditangkap oleh Anubis lain.
Rei bertindak cepat, dengan
brutalnya ia menyayat beberapa Anubis didepannya, “Nee, cepatlah!” Kuroitsu Rei
juga berhasil menebas kepala Anubis yang menangkap Shine. Shine pun bebas dari
belenggu Anubis itu.
Suara tembakan lain terdengar
yang tak lain dari Arthur. Arthur juga bertarung dengan senjata andalannya.
Dar!
Kepala Anubis yang menangkap Kyoko
berhasil ditembak oleh Arthur,”kau tidak apa-apa, Kyoko?”.
“Terima kasih Arthur-san” Kyoko
tidak menyangka pria yang pertama ia temui bersikap dingin ini ternyata
memiliki sisi lain, “Hati-hati Arthur-san! Yang lain mendekat!”
Arthur kembali menembaki
beberapa Anubis yang mendekat, “tetap dibelakangku Kyoko”.
“Pintu Piramida terbuka! Cepat masuk
kedalam Piramida, ini hanya membuang tenaga kalian, ayo lari!” Rei berteriak
memperingatkan anggota lain.
“Yang benar saja, Hyaaa!!”
Shine berlari sembari menembaki semua Anubis secara brutal.
“Agh!” Arhur terjatuh karena
sesuatu menahan kakinya, “tangan?” dan tak lama kemudian beberapa mumi muncul
dari dalam tanah, “Mu-mumi?” beberapa mumi pun bermunculan menyusul para Anubis
yang datang mendekat.
Rei dengan sigap membelah mumi
tersebut, “Ayo Ar,” ucap Rei sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Ar
berdiri, “aku akan menahan mereka darisini, kau dan yang lainnya cepat lari.”
“Kau yakin Rei?”
“Hyaaah!” Rei tidak menjawab
pertanyaan Arthur, melainkan kembali menyerang para Anubis dan mumi secara
brutal.
“Hoy! Arthur, Rei cepat masuk,
aku tidak bisa menahan para Anubis ini lama-lama” ucap Shine sembari menembaki
para musuh. Dibelakangnya, Kyoko berdiri mengkhawatirkan yang lainnya.
“Ayo! Rei-san” Kyoko berteriak
memanggil Rei yang masih jauh diluar Piramida itu.
Arthur berhasil masuk, “pintu
akan tertutup, sial, Rei! Pintu Piramida akan tertutup, cepatlah!” Rei masih
disibukkan dengan para mumi dan Anubis yang menyergapnya.
“Cih! Siaal! Mati kalian
semuaaa!” teriak Rei, namun segala usahanya tidak berhasil, Pintu Piramida pun
tertutup.
“Rei-san!” teriakan Kyoko
terdengar disela-sela waktu pintu itu tertutup.
Ruangan dalam pun menjadi
gelap, tidak ada yang tau apa yang telah menimpa Rei diluar sana,
“Sial!” Shine hendak menarik
pelatuk granat yang ia bawa didalam tasnya, ia berniat menghancurkan pintu
Piramida yang tertutup itu, namun sebelum niatnya itu terlaksana, Arthur segera
menghentikannya, “jangan Shine, ledakannya bisa menghancurkan Piramida ini”.
“Cih!”
“Tidak apa-apa, Rei pasti
baik-baik saja, Kyoko yakin itu” ucap Kyoko dengan tenang.
“Sekarang tujuan kita adalah
harta karun, fokuslah pada hal itu.” Disusul ucapan Arthur.
Dihadapan mereka saat ini
adalah lorong gelap yang panjang dengan obor kecil sebagai penerangan disisi
kanan kiri dindingnya. Mereka pun menelusuri lorong tersebut, sampai akhirnya
ujung lorong itu ditemukan.
“Tangga?” suara Shine menggema
didalam lorong itu.
“Sesuatu mendekat..” potong
Kyoko, saat insting inunya merasakan kehadiran mahluk lain. Shine
dan Arthur pun bersiaga.
“Anubis kah? Mumi kah?” gumam
Shine.
Suara derik perlahan terdengar
menuruni tangga tersebut,
“Ular?” tukas Arthur.
“Kalajengking raksasa!” ucap
Kyoko saat melihat seekor kalajengking raksasa mendekatinya. Kyoko dan yang
lainnya segera mundur menjauhi tangga itu.
“Cih! Kita ambil jalan lain
saja!” ucap Shine.
Namun sebelum mereka berbalik
beberapa kalajengking raksasa lainnya sudah memenuhi lorong.
“Kita terkepung..” ucap Arthur.
“Apa yang harus kita lakukan
sekarang?” ucap Kyoko yang sudah mulai panik.
“Mau tidak mau kita harus
melawannya deshou!” ucap Shine sembari menembaki salah satu ekor Kalajengking,
tapi peluru Shine tidak mempan pada tubuh Kalajengking itu.
“Tempurung?” gumam Shine, “Sial,
tubuhnya seperti dilapisi baja anti peluru, kalau begini terus..”,
JLEB![?]
Tiba-tiba sebuah panah menancap
tepat pada ekor salah satu Kalajengking raksasa itu, membuat Kalajengking itu marah
dan berubah sikap menjadi liar, ia berdiri layaknya manusia seakan ingin
menerkam mangsanya.
“Kyaaa!”
Tapi sebelum kalajengking itu
menapakkan kaki-kakinya, panah kedua melesat kambali menembus bagian bawah
Kalajengking itu. Dan Kalajengking itu pun mati.
“Ee?” Kyoko, Arthur, dan Shine
dibingungkan dengan panah yang datang itu berasal.
.
.
.
“Yo semua! Tsu datang, hahaha” ucap sosok pria
dengan wajah berbinarnya.
“Tsu?!” Shine terkejut
“Hee?” respon Kyoko bingung
terhadap pria ini.
“Heh” Arthur hanya tersenyum
menyambut kedatangan Tsu.
Ya Tsu, anak laki-laki dengan
surai biru tua, dengan wajah feminim yang khas, senyumnya adalah senyum yang
paling murah dianggota Guro, dan dia satu-satunya pemanah dianggota Guro.
“Apa semua baik-baik saja?”
walaupun ia laki-laki, tetapi suaranya tidak seberat laki-laki. Laki-laki Shota? Tentu saja bukan. Dia banci? Tidak
juga, itu memang ciri khasnya.
“Ya..” Kyoko menjawab.
TAP!
Tiba-tiba sosok pria lain
mendarat dihadapan mereka, pria dengan surai putih dan hakama putih dengan
corak abu-abunya, kedua tangannya menggenggam sebuah Katana dengan warna yang
seragam dengan Hakamanya, dan..
SYUT![?]
Katana itu diayunkannya
sehingga mengeluarkan sebuah kekuatan yang membuat seluruh Kalajengking itu
terpental.
“Mori?” ucap Arthur terkejut.
“Mo-mori-sama?” begitu juga
Kyoko.
“Mori?! Tunggu? Kenapa kau?
Ahsudahlah!” disusul Shine.
Ya, Mori ketua Guro datang
bersama Tsu entah darimana, “Sepertinya kekacauan telah terjadi, maaf aku
datang terlambat” ucap Mori sembari tersenyum menghadap mereka bertiga.
“Apa-apaan senyum itu nee?! Rei
sepertinya sudah mati diluar sana, dan kau tidak tau bagaimana repotnya kita melawan
para Anubis dan Mumi itu diluar sana? Dan kau?! Darimana kau masuk?!” Shine
mulai meledak.
Namun Mori tetap tersenyum, “baiklah
maaf.. maaf.. tapi sebaiknya kalian bergegas sebelum kalajengking itu kembali,
aku akan menahan mereka disini, kalian segera naik kelantai 2. Tsu, kau ikut
mereka.” Ucap Mori tenang.
“Baik ketua!” ucap Tsu sembari
tersenyum lebar, “baiklah semua, ayo kita berjuang! Kita selesaikan misi ini”
lanjut Tsu dengan semangat.
“Baik, terima kasih, Mori.” Disusul
Arthur.
Arthur, Shine, dan Tsu pun
berlari menaiki tangga, kecuali Kyoko. Kyoko mengkhawatirkan sang Ketua yang
bertarung sendirian disitu.
Beberapa Kalajengking secara
bertahap berdatangan, dan semakin banyak. Mendekati dan mengepung Mori.
“Kyoko? Apa yang kau lakukan?”
Shine menyadari Kyoko yang masih berdiri dibawah sana, “Hoy Kyoko!” Shine
mencoba memanggil Kyoko sekali lagi.
“Gawat teman-teman! Kalajengking
itu datang darisini juga!” teriak Tsu yang kini dihadapkan dengan 2 ekor
kalajengking raksasa. Hal itu mengejutkan Shine dan Arthur, tak terkecuali
Kyoko dan Mori dibawah sana.
“Sial! Aku akan menyusul Kyoko
dan Mori dibawah, kalian berdua hadapi 2 kalajengking itu!” sigap Shine segera
menuruni tangga.
“Tidak ada pilihan lain” Arthur
pun mengeluarkan senjata keduanya, “Tsu panah Kalajengking itu seperti tadi”,
“Ta-tapi itu akan berbahaya
jika ia mengamuk?”
“Lakukan sekarang, Tsu” tegas
Arthur.
“A..aa.. baiklah! Bersiaplah!”
Tsu memanah ekor Kalajengking itu seperti saat pertama kali ia muncul.
Dan Kalajengking itu melakukan
respon yang sama, berdiri seakan hendak menerkam mereka. Rantai milik Arthur
dengan cepatnya mengikat dan menghentikan pergerakannya.
“Yosh! Dengan begini
Kalajengking itu akan mudah ditusuk jantungnya!” antusias Tsu. Segera Tsu
melesatkan panah keduanya, tapi mereka berdua lupa akan keberadaan Kalajengking
lainnya. Kalajengking itu hendak menusuk Tsu dengan bisanya.
Arthur menyadari hal itu, “Tsu,
disampingmu awas!”
“Apa?” Tsu terlanjur melesatkan
panah itu, namun panah tersebut tidak melesat pada kalajengking yang ditahan
oleh Tsu, melainkan melesat kearah lain. Karena pergerakan Tsu yang menghindari
tusukan bisa tersebut, “Hwaah!”
Panah tersebut menancap pada
atap bebatuan yang rapuh. Dan tidak dapat dihindari, bebatuan runtuh dari atas
mereka.
“Sial..” Arthur dengan sigap
melepaskan rantainya untuk menghindari reruntuhan batu itu. Arthur selamat,
disisi lain, kalajengking pertama mati karena tertindih bebatuan tersebut. Tapi
disisi lain, kelajengking kedua masih hidup dan menyerang Tsu. Tsu memang cepat
dalam pertarungan jarak jauh, tapi jika dipertarungan jarak dekat, Tsu tidak
ada apa-apanya. Tsu terkena bisa racun dari Kalajengking tersebut.
“Maaf Arthur, sepertinya aku
hanya sampai disini saja” ucapnya dengan tersenyum.
“Tsu?!”
.
.
.
.
Sementara itu dibawah.
“Mori-sama! Apa kau tidak
apa-apa?!” ucap Kyoko saat mendapati Mori terluka karena pertarungan dengan
beberapa kalajengking yang mengepungnya.
“Apa aku terlihat baik-baik
saja, Kyoko-san?” ucapnya dengan tersenyum, walaupun nafasnya saat ini sedang
terengah-engah.
“Ma-maaf..”
Shine datang dan segera
membidik beberapa kalajengking yang mendekat, “Hoy Mori, dasar kau ini ceroboh,
ayo cepat kita lari, ini tidak akan ada habisnya”
“Kalian larilah, aku akan
melawan mereka” lengannya terluka karena sabitan dari ekor kalajengking itu,
dan tenaganya pun hampir habis jika didengar dari nafasnya yang tidak teratur.
“Kau ini! Bukan saatnya
bertindak sok pahlawan bodoh!” Shine segera menuntut tubuh Mori untuk berjalan
menaiki tangga.
“Maafkan Kyoko, Shine, Kyoko
tidak berguna disaat seperti ini, seharusnya Kyoko tidak ikut misi ini dari
awal seperti Jane-chan, Kyoko tau, Kyoko akan merepotkan yang lainnya” ucap
Kyoko dengan perasaan menyesal.
“Ini bukan saatnya kau
menyesali itu Kyoko, sekarang bantu aku, aku akan melindungi kalian dari
belakang,” ucap Shine.
“Ba-baik..” Kyoko segera
menggantikan Shine menuntun jalan Mori.
DAR! DAR!
Dan suara tembakan pun
terdengar dari belakang, “Amunisiku tinggal sedikit, kalo seperti ini, kita
tidak akan bisa keluar. Cih..”
Shine kembali membantu Kyoko menuntun
jalannya Mori agar lebih cepat.
.
.
.
Arthur berhasil membunuh
kalajengking kedua itu dengan pistol dan rantai miliknya, tenaganya juga sudah
sedikit terkuras, “Tsu?” Arthur berusaha menghentikan peredaran racun didalam
tubuh Tsu. Tapi tak ada pergerakan sama sekali dari Tsu.
“Sial.. kenapa kau bisa gugur
secepat ini, Tsu” gumam pelan Arthur.
“Tsu! Arthur!, kalian tidak
apa-apa?” teriak Shine dari sisi lain.
Pemandangan yang tidak
menyenangkan bagi mereka bertiga. Terutama Mori. Sebagai ketua pasti ini adalah
beban yang berat, karena tanggung jawabnya dalam menjaga seluruh anggotanya
gagal.
“Oh tidak.. apa yang terjadi
dengan Tsu?” Shine langsung berlari menyusul Arthur dan tubuh Tsu yang
tergeletak ditangga.
“Cih.. kita harus cepat mengobatinya”
Shine segera mengambil beberapa obat-obatan dari tasnya. Tapi usaha itu
dihentikan oleh Arthur, “Jangan, Shine.. jangan sia-siakan obat-obatanmu itu.
Racunnya sudah menjalar, sudah terlambat untuk mengobati Tsu” ucap Arthur
dengan tenang.
Shine terdiam sementara, seakan
rasa menyesal menghantui dirinya, ia menundukkan kepalanya, “Maafkan aku Tsu”
Shine sedikit menampakkan ekspresi geram sekaligus kesal diwajahnya.
Tidak hanya Shine, Mori,
Arthur, bahkan Kyoko, semuanya bersedih disana.
“Pertama Rei, sekarang Tsu,
selanjutnya jangan ada yang gugur!” ucap Shine dengan tegas. “Baiklah, mari
lanjutkan perjalanan lagi” lanjut Shine sembari kembali melangkah menaiki anak
tangga itu kembali. Disusul dengan yang lainnya.
5 menit mereka menaiki anak
tangga itu, sampai mereka bertemu dengan ujung anak tangga tersebut. Sebuah
gerbang tertutup dengan kunci khusus. Kunci yang memiliki teka-teki khusus.
“Apa ini?” Tanya Arthur.
Shine mendekati kunci tersebut,
ia memperhatikan setiap detail kunci tersebut, “kunci ini dibuka dengan puzzle” begitulah Shine menyimpulkannya
dengan insting detektifnya.
“Puzzle?” sahut Kyoko.
Shine mengarahkan Revolvernya
menuju kunci tersebut, dan..
DAR!
Shine menembaki kunci tersebut.
Sontak seluruhnya reflek menutup telinga mereka.
“Apa yang kau lakukan Shine?”
Arthur terheran dengan tingkah Shine.
“Maaf, aku kira kunci ini sudah
tidak berfungsi, ternyata dugaanku salah, kunci ini masih berfungsi oleh puzzle itu” ujar Shine kembali
menelitinya.
“Jadi permasalahannya sekarang,
hanya menebak puzzle apa yang
terpasang itu?” ucap Mori.
“Kita harus menyusunnya.., etto
apakah seperti ini..?” Shine membolak-balikkan beberapa pola aneh yang ada
digerbang itu menjadi sebuah bentuk. Setelah itu mereka menunggu reaksi gerbang
tersebut.
“…….”
“….”
“Tidak terjadi apa-apa?” ujar
Arthur.
“..?!” namun lagi-lagi Kyoko
menampakkan ekspresi yang membuat orang disekitarnya terkejut.
“Ada apa Kyoko-san?” ucap Mori
yang menyadari pertama perubahan ekspresi Kyoko itu.
Tubuh Kyoko bergemetar, ucapan
Kyoko pun sedikit terbata-bata, “Ss-se.. sesuatu yang sangat banyak mendekat
kemari,” begitulah ucap Kyoko.
“Apa?!” begitulah respon Shine
terhadap pernyataan Kyoko. Shine dan yang lainnya pun segera waspada.
“Sepertinya kunci itu membuka
gerbang lain, Shine” ucap Mori dengan tenang, “aku akan menahan mereka kembali.
Susun puzzle itu dengan benar, jika susunan
itu salah, gerbang lain akan terbuka” begitulah ucapan Mori.
“Huh? Sial!” Shine dengan sigap
berpikir dengan cepat.
“Aku akan membantu ketua”
Arthur berdiri disisi Mori.
“Bau darah Rei-san” suara Kyoko
terdengar bergetar, “Mereka mumi dan Anubis yang menyerang Rei dari luar sana” panik
Kyoko semakin menjadi.
“Sial, jadi gerbang luar
terbuka?!” Arthur berusaha tenang. Begitu juga dengan Mori.
Dan benar firasat Kyoko itu, Anubis
tampak kembali dihadapan mereka.
“Khh! Shine cepat mereka
datang!” Arthur segera menyerang Anubis tersebut. Disusul mumi yang datang, dan
mumi itu segera dihadang oleh Mori.
“Haah! Aku mengerti, aku
mengerti! Tenanglah!” Shine segera berpikir tenang dengan kemampuan ‘istimewa’nya.
Ya ini adalah keistimewaan lain dari Shine, selain pintar bela diri dan
menggunakan Revolver, gadis ini juga memiliki IQ diatas rata-rata. Itu sebabnya
Shine menjadi salah satu anggota inti dari Guro, dan menjadi tuan dari sang
Rookie Guro, Fujiwara Rei. walaupun Shine hanyalah manusia biasa.
Kyoko hanya terdiam disana,
memandang Mori dan Arthur yang bertarung, dan Shine yang disibukkan dengan
teka-teki gerbang tersebut, “apa yang harus Kyoko lakukan? Kyoko tidak tau
harus berbuat apa? Kyoko tidak ingin menggunakan kekuatan itu” batin Kyoko
terus berteriak.
“Ketemu!” teriak Shine
tiba-tiba, tanpa memperpanjang waktu lagi, Shine segera menyusun puzzle tersebut, dan gerbang itu
akhirnya terbuka.
“Yosh! Berhasil!, cepat semua
masuk!” Shine segera berlari memasuki gerbang, “Kyoko ayo!”.
“Uh.. ba-baik, Mori-sama,
Ar-san?” Kyoko menunggu mereka berdua.
Arthur tanpa pikir panjang
langsung berlari sembari menarik tangan Kyoko memasuki gerbang tersebut.
Tinggal Mori yang belum masuk.
“Mori cepatlah!” Shine
berteriak pada Mori, kejadian serupa dialami kembali, gerbang itu perlahan
mulai menutup.
“Mori! Gerbangnya!” Shine
kembali berteriak, suaranya bisa saja habis karena ia berteriak terus menerus.
“Tidak.. jangan lagi..” batin
Kyoko. Tubuh Kyoko seakan bergerak sendiri, melangkah maju hendak menyusul
Mori, tapi tingkahnya dengan sigap segera dihentikan oleh Arthur,”Tidak Kyoko! Kau
tetap disini!” tegas Arthur.
“Akh!” tubuh Kyoko sedikit
terhentak karena genggaman kuat dari Arthur, “Heichou!” teriak Kyoko
“…. Orang itu” Shine pasrah
akan sikap keras kepala dari Mori.
Mori hanya berbalik sembari
menampakkan senyumnya sebelum gerbang itu tertutup, menatap mereka penuh antusias,
dan gerbang pun tertutup.
Semua terdiam. Kini hanya
bertahan 3 orang itu. Shine, Arthur, dan Kyoko. Tidak ada yang tau apa yang
menimpa Mori diluar sana.
“Cih.. “ tanpa berkata apapun
Shine kembali melangkah kedepan.
Air mata Kyoko mulai berlinang
disitu, rasa takut, sekaligus sedih menghantuinya. Arthur yang mengetahui itu
langsung menenangkannya, “jangan sia-siakan pengorbanan mereka, ayo Kyoko”
Arthur mengulurkan tangannya kepada Kyoko.
“Ung..” Kyoko mengangguk, dan
menyambut uluran tangan tersebut.
Mereka sampai pada lantai 2
Piramida ini. Sebuah ruangan yang sangat besar serta beberapa tumpukan emas
menyambut mereka. Lumbung Emas Fir’aun. Mereka sudah sampai pada tujuan mereka.
“Kita sudah sampai tempat ini,
tetapi kenapa perasaanku tidak puas?” gumam Shine.
“Akhirnya kita sampai,” ucap
Arthur tanpa rasa senang sekalipun.
Begitu juga Kyoko. Ia tidak
memiliki nafsu sama sekali terhadap emas disekelilingnya.
Semua terdiam ditempat itu,
hening. Mereka menyadari ada sesuatu yang kurang dari semua ini.
.
.
.
“Baiklah, kalian masih punya
tempat kan diransel kalian? Kita ambil emas ini secukupnya” ucap Shine memecah
kesunyian.
“Manusia, apa yang kalian lakukan dilumbungku?” sebuah suara
menggema diruangan itu.
Arthur, Shine, dan Kyoko segera
waspada.
“Maaf, Kyoko tidak menyadari
keberadaan mahluk itu” ucap Kyoko pelan.
“Apa?” respon Shine, “mahluk?”
“Penjaga Lumbung ini” Arthur
langsung menyimpulkan.
“Bukan, lebih tepatnya pemilik
Lumbung ini” Kyoko memperjelas.
“Fir’aun?!?” Arthur dan Shine
serontak kaget.
“Kekuatannya lebih besar
dibandingkan pasukan sebelumnya” lanjut Kyoko.
“Cih..”
“Mati saja..”
“Yang benar saja..” Shine
segera berlutut ditempatnya, hal itu mengejutkan Arthur dan Kyoko, “Apa yang
kau lakukan?” Tanya Arthur.
“Wahai Mumy yang agung, kami
disini hanya menyelidiki tentang kemegahan dan keajaiban yang ada diistanamu
ini.. Akankah engkau mengijinkan?” seru Shine didalam ruangan itu.
“Hee?” respon Arthur.
“Etto” disusul Kyoko.
Dan sosok dengan tubuh besar
itu pun muncul dihadapan Shine. Arthur dan Kyoko sedikit terhentak kebelakang.
“Ga-gawat..” gumam Kyoko, merasakan
bahaya yang akan datang, “Shine cepat menjauh darisitu!” teriak Kyoko.
Tapi semua itu terlambat, “AKH!”
pekik Shine saat disadari tubuhnya tercekik oleh Mumi besar itu, Fir’aun.
“Shine!” Arthur segera
mempersiapkan dirinya untuk melepaskan Shine.
“Yang paling kuat disini harus mati lebih dahulu” ucap Fir’aun yang
kemudian melemparkan tubuh Shine jauh kebelakangnya.
“Shine-chan!” teriak Kyoko
“Cih” Arthur dengan segera
membidik kepala mumi besar itu, namun tak disangka, peluru yang menembus
kepalanya kembali dikeluarkan dari
kepalanya itu, dan seketika luka bekas tembakan itu pulih.
“GRAAAA!!!” Mumi besar itu mulai marah, ia membangkitkan beberapa
Anubis didekatnya, “Serang mereka!!” perintah
sang induk kepada tentara bawahannya.
“Kenapa harus dihadapkan dengan
Anubis ini lagi?!” protes Kyoko.
“Kyoko, tetap dibelakangku,” para
Anubis pun menyerang mereka berdua, Arthur bertahan dengan sisa peluru
terakhirnya dan rantai pengikatnya. Sementara Kyoko berlindung dibelakangnya.
Namun siapa sangka, mumi datang
menyergap Kyoko dari belakang, “Uhp! Unggh!!!”
Reflek Arthur berbalik setelah
menyadari beberapa mumi muncul dari belakangnya, dan salah satu mumi itu
berhasil menangkap Kyoko, “Sial..” Arthur segera menyerang mumi-mumi itu, tapi
serangan dari Anubis juga datang dari depannya, sebuah tendangan diluncurkan
kearah Arthur, dan Arthur pun terhempas jauh kebelakang.
Braaak!
Tubuh Arthur terbentur dinding
ruangan itu, sampai akhirnya tak sadarkan diri.
Tinggal Kyoko yang tersisa saat
ini, “Nggh! Ungg!! Argh!” gigi taring Kyoko yang cukup tajam berhasil membuat
dirinya terlepas dari tangan mumi yang menangkapnya itu.
“Shine-chan, Arthur bertahanlah!”
ucap Kyoko berlari mendekati Fir’aun.
Tapi Anubis lain berhasil
menangkapnya lagi, kali ini Anubis itu mencekik leher Kyoko, “Khh! Berhenti menyakiti,
teman-teman Kyoko!” tubuh Kyoko pun terangkat oleh Anubis yang sedang dibawah
kendali Fir’aun itu.
“Kau bukan manusia”
Warna mata Kyoko perlahan
berubah, cakar tajam yang ada ditangannya juga perlahan muncul, “lepaskan!”
sayatan dari cakar Kyoko itu membuat dirinya lepas sekali lagi.
.
.
“Uhuk..” Shine akhirnya sadar
dari pingsannya, darah keluar dari mulutnya itu, “sial.. punggungku,” punggung
Shine terbentur saat ia terlempar ketumpukan emas karena Fir’aun tersebut,
namun itu bukan hal yang fatal, “Akh!” justru lengan kanan Shine-lah yang lebih
fatal sekarang, “Tanganku..” ya.. tangan kanannya mengalami cidera tulang
patah.
“Kalo begini, aku tidak bisa
menggunakan revolverku dengan baik..” gumam Shine. Pandangannya teralih oleh
Kyoko yang sedang bertarung melawan Anubis dan mumi yang mengepungnya. “Kyoko? Tidak
mungkin..”
Dan pemandangannya beralih
menuju Arthur yang tak sadarkan diri, “Arthur..”.
Shine pun perlahan berjalan
mendekati mumi besar itu, dengan tangan kirinya ia mempersiapkan revolvernya, “kelemahan..,
pasti ada kelemahan” Shine juga bersiaga atas Anubis yang mungkin akan datang
menyergapnya, namun.. Shine tidak melihat tanda-tanda Anubis ataupun mumi yang
akan menyerangnya meskipun ada Anubis atau mumi yang menghadapnya. Justru hanya
Kyoko lah yang diserang.
“Apa mereka..?” insting Shine
dalam membaca situasi kembali datang. Ia kembali berfikir dan menyusun
strategi.
“Apa mereka hanya menyerang apa
yang dilihat Fir’aun?” Shine bergumam, “tapi.. tidak mungkin, bagaimana dengan
para Anubis dan mumi yang ada diluar Piramida ini, dan kejadian dilorong itu. Saat
itu Fir’aun tidak melihat kita, dan Arthur?”.
Shine kembali berfikir. Shine
bergerak dibelakang Fir’aun itu memperhatikan tubuhnya perlahan. Dan sunggingan
senyum pun merekah diwajahnya, “jadi begitu..”
“Beruntunglah kalian yang
sedang terluka, karna Anubis dan mumi ini hanya menyerang mahluk yang masih ‘sehat’
saja, pantas mereka tidak menghabisi Arthur disana”
“Haha, jadi ada kemungkinan,
Rei, Tsu, dan Mori masih hidup” senyum penuh kemenangan menghiasi wajah Shine
saat ini.
“Itulah kelemahannya,” Shine
segera melaksanakan aksinya. Disaat Kyoko sibuk melindungi dirinya dari Anubis dan
mumi yang menyergapnya, Shine berlari menyusul Arthur yang tak sadarkan diri
disana.
“Arthur? Arthur?” tidak ada
tanda-tanda sadar akan dirinya, “sial, sepertinya dia terbentur cukup keras”
Shine dengan sigap mengganti rencananya, “Maaf Ar, aku pinjam ini.” Shine
mengambil rantai milik Arthur kemudian berlari menuju Fir’aun itu diam-diam, ia
memutari kedua kaki Fir’aun itu.
“Yosh..” dan rantai itu
ditariknya dengan kuat sehingga mengikat sekaligus menjatuhkan Fir’aun.
“Graaa!!” dan tubuh besar
itu jatuh tepat dihadapan Shine.
Revolver pada tangan kirinya
segera diarahkan pada tengkuk mumi besar itu, “nee apa kau tau kalau kelemahan
terbesar manusia itu berada ditengkuk? Manusia saja bisa pingsan jika
tengkuknya dihantam benda keras, bagaimana jika tengkuk ini aku bidik dengan
benda berkecepatan tinggi ini?”
DOR!
Dan bidikan dari peluru
terakhir milik Shine ini berhasil ditembakkan. Anubis dan Mumi yang menyerang
Kyoko seketika berhenti kaku.
“Manusia..” dan tubuh Fir’aun itu pun berubah menjadi abu. Disusul
seluruh pasukannya.
“Sudah kuduga, nee..”
“Shine-chan? Kau tidak apa-apa?”
Kyoko sedikit lega melihat Shine yang kembali sadar.
“Ah ya.. hanya patah tulang,
ayo kita keluar darisini Kyoko, bantu aku bawa Arthur” ucap Shine.
“Tidak.. biar Kyoko saja yang
menuntun Arthur, tangan Shine sedang terluka” Kyoko segera menyusul Arthur.
“Anoo.. kekuatan mu itu..”
“Ung?” Kyoko berhenti dan
menatap Shine, “ kekuatan Kyoko?” ucap Kyoko.
Shine memperhatikan seluruh
tubuh Kyoko, terutama kedua tangannya. Cakar yang tajam yang ia lihat tadi
sudah tidak ada disitu, “tidak.. maksudku, apa kau masih memiliki tenaga untuk
keluar?”
Kyoko mengangguk dengan
mantapnya.
“Ugh.. sepertinya kepalaku
terbentur dengan keras” lenguhan Arthur terdengar.
“Arthur?” seru Kyoko
“Ar? Syukurlah kau sadar, aku
tidak perlu membopongmu” ucap Shine.
“Dimana para Anubis dan mumi?” Tanya
Arthur.
“Shine sudah mengalahkannya
desu” jawab Kyoko dengan antusias.
“Begitukah?” Arthur berdiri
dengan bantuan Kyoko.
“Nee.. sekarang yang terpenting
adalah mencari jalan keluar darisini” tukas Shine.
“Kyoko sedari tadi merasakan
angin berhembus dari balik peti itu desu” Kyoko menunjuk pada sebuah peti mati
diantara tumpukan harta emas tersebut.
“Yang benar saja?” ucap Arthur.
“Insting Kyoko tidak pernah
salah, mungkin itu memang jalan keluarnya” Shine membuka peti tersebut, dan
benar. Didalamnya terdapat lubang cahaya.
“Tunggu, bagaimana dengan harta
karunnya?” Tanya Kyoko, “tidakkah kita membawanya terlebih dahulu?”
Shine tersenyum, “Harta karun yang
sebenarnya itu menunggu kita diluar” tanpa basa-basi lagi, Shine meluncur
kelubang tersebut.
Arthur juga tersenyum seakan
mengerti perkataan Shine.
“Hee?” respon Kyoko terhadap
perubahan ekspresi Arthur itu. Mereka berdua pun menyusul Shine.
.
.
.
Lubang tersebut meluncurkan
mereka bertiga keluar dari Piramida ini.
Tap
Pendaratan mulus pertama oleh
Shine. Dan kedua..
Bruuk!
“Agh!” pendaratan yang kasar
oleh Arthur. Disusul Kyoko.
Dan benar apa yang telah
diprediksi oleh Shine, “manusia memang bodoh bukan?” ucap Shine.
“Apa kalian tau? Aku sudah
menebak apa harta itu sebenarnya” Shine tersenyum menghadap 3 pria didepannya.
“Rei-san?!, Heichou?!, anoo
pria pemanah itu!” kejut Kyoko, bahagia akan kehadiran mereka.
“Tsu dayoo~ Tsu!” ucap Tsu
memberitahukan namanya pada Kyoko.
“Apa itu, Shine?” ucap Arthur.
“Hnn.. mudah saja..” ucap
Shine, “apa kalian tidak menyadarinya sejak pertama mendarat disini deshou?”
“Kyoko mengerti!” ucap Kyoko.
“Yap nyawa. Harta terbesar bagi
seluruh mahluk hidup” ucap Rei.
“Dan teman!” lanjut Kyoko.
“Ah sial!! Kau mengambil
peranku!! Kenapa malah kau yang memberitahukan mereka deshou?! Dasar Rei, bodoh!!”
“Sepertinya kalian semua sudah
mengetahuinya” ucap Mori dengan senyumnya, “selamat datang kembali”.
“Heh.. dasar ketua..” celoteh
Shine.
“Ayo kita pulang” ucap Mori
melangkah meninggalkan Piramida tersebut.
Misi penting yang
mempertaruhkan nyawa, memberikan mereka banyak pelajaran berharga. Terutama
kebersamaan mereka dalam satu tim. Itulah tujuan ketua dan sang Rookie Guro
mengadakan misi tersebut. Hari sudah berganti menjadi pagi. Mereka pun kembali
kekastil dengan helikpoter khusus mereka.
Kyoko senang. Banyak pengalaman
yang ia dapatkan dari misi ini. Meskipun Kyoko tidak bisa apa-apa selama misi
tersebut. Hal ini membuat Kyoko semakin berkeinginan untuk bertambah kuat.
Semakin kuat untuk melindungi teman-teman dan klannya.
Petualangan apa lagi yang akan
menyambut mereka diesok hari? Pengalaman seperti apa yang akan menjadi guru
mereka? Saksikan chapter berikutnya yaa..
#malah iklan
-To be Continued-