My Playlist

Senin, 27 Februari 2017

Yomigami Journey Beginning

Chapter 4 : Kekuatan Misterius
Genre : Fantasy, Action/Adventure, Romance, Friendship, Family
Rated : R
Disclaimer : By Rheta and Guro's Friend, OC
Warning : Typo, Gaje.
Mohon maaf jika masih ada kesalahan pada pemilihan kata yang tepat. Kritikan anda sangat membantu untuk memperbaiki cerita ini.

                               
                Pohon maple dikota telah berubah menjadi jingga. Daun-daun yang berguguran sudah menghiasi jalanan. Suhu udara disekitar juga mulai dingin. Hari ini telah memasuki pertengahan musim gugur. Seluruhnya berwarna jingga. Taman kota, hutan, tak terkecuali juga pemandangan di kastil Guro.
                Dipagi yang dingin itu. Di kastil Guro, pada lantai atas, sudah terdengar derap langkah dari kaki kecil milik sosok gadis yang bersurai hitam itu, yang tak lain adalah Kyoko sendiri. Gadis miko yang baru saja bergabung selama 3 hari didalam geng Guro ini, berlari keluar dari kamarnya. Ia berlari menuruni tangga untuk sampai lantai dasar, menyusuri lorong kastil hingga menuju pintu belakang, dimana pintu itu merupakan jalan menuju halaman belakang. Ia berlari keluar, melewati rerumputan yang masih basah akibat embun dipagi hari, berlari tanpa peduli akan kotornya  yukata putih polos yang sedang digunakannya. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah, menyambut puncak musim gugur pertama di Guro. Ia terus berlari menuju hutan yang terletak dekat dengan halaman belakang kastil Guro itu.
Letak kastil Guro dekat dengan hutan yang menjadi perbatasan Negara COSA. Tempat yang sedikit terpencil. Ini sengaja, agar organisasi yang berkedok mafia itu tidak terlalu mengganggu hiruk pikuk ditengah negara COSA, yang konon dipimpin oleh seorang bangsawan, yang tentunya tidak ingin penduduknya diresahkan oleh kehadiran mafia ini.
                Semenjak Kyoko tinggal dikastil, hutan itu sudah menjadi tempat favoritnya. Ia sudah terbiasa dengan latar hutan yang menjadi tempat tinggalnya dulu saat masih di kuil. Sehingga tidur didalam kastil seperti itu belum membuatnya terbiasa.
Musim gugur ini, merupakan moment favoritnya, dimana pohon-pohon telah berubah warna menjadi warna yang difavoritkannya, jingga dan merah. Ia Berlari kesana kemari, mengejar serangga, sekaligus bersenandung. Benar-benar asik pada dunianya sendiri. Begitu bersemangat walaupun matahari belum terlalu  menunjukkan cahayanya.
                Ditengah keasikannya, tanpa disadari, dari salah satu balik pohon itu terdapat seseorang yang memperhatikannya sedari tadi. Siapa orang itu? Belum diketahui oleh Kyoko.
Orang itu terus mengikutinya dengan menyelinap dari atas pohon ke pohon yang lain. Perlahan mulai mendekatinya. Kyoko yang masih asik bermain pun belum menyadari sama sekali hawa orang itu. Dirasa posisi aman, orang itu pun mulai memperhatikannya, namun tiba-tiba, krak! Suara sebuah batang pohon yang patah terdengar, Krak! Bugh!,”Itta!” pekik orang itu, dengan disusul suara rusuh.
Suara sekaligus teriakan yang reflek terlontar dari mulut orang itu tentu membuat Kyoko menyadari keberadaannya. Ia menoleh tepat pada asal suara tersebut,“Siapa disitu?” teriaknya mulai waspada.
Semak-semak yang menjadi landasan jatuh orang itu bergerak, dan tak lama kemudian,“selamat pagi, Kyoko..” ucapnya tanpa intonasi. terlihatlah sosok pria dengan surai pirang pucat dan iris mata coklat terangnya yang menatap tepat pada Kyoko. Sosok itu tak lain adalah,
“Arthur?” Ucap Kyoko, yang memang mengenali sosok itu. Benar, sosok itu adalah Arthur, yang dikenal sebagai wakil ketua Guro,”apa yang Arthur lakukan disitu?” Kyoko menatap bingung pada Arthur.
                Arthur merasa malu karena muncul didepan gadis itu secara konyol. Seorang wakil ketua Guro muncul didepan anggotanya dengan cara jatuh kesemak-semak, harus menjawab apa Arthur dari pertanyaan dari Kyoko,“hanya.. menghirup udara segar dipagi hari” ucap Arthur berusaha tetap tenang,”bagaimana dengan kau sendiri? Apa kau berburu mangsa? Sepertinya kau menikmati suasana dipagi ini”, lanjutnya mencari topik, untuk menutup rasa canggung dari dirinya.
                Jawaban yang tidak masuk akal memang. Bagaimana bisa seseorang menghirup udara segar sampai terjatuh dari pohon? Meskipun begitu, Kyoko tidak menghiraukannya,“Kyoko tidak sedang berburu mangsa, Kyoko hanya sedang bermain di hutan ini” jawab Kyoko. Kemudian ia mendekati Arthur, memeriksa keningnya,”apa Arthur tidak apa?” tanya Kyoko. Bukannya merasa curiga, ia justru mengkhawatirkan keadaan Arthur.
                Tapi kenapa harus kening yang diperiksa? Ah mungkin karena insiden tadi, Kyoko pasti sedang berpikir Arthur sedang demam sehingga tidak bisa berjalan dengan benar, dan terjatuh saat menghirup udara segar. Begitulah pikir Arthur. Dan untunglah Kyoko tidak mencurigainya sama sekali. Arthur segera menyingkirkan tangan Kyoko,“Aku tidak apa-apa, hanya terjatuh saat berjalan tadi..” jawab Arthur sekenanya.
                “Begitu..” ucap Kyoko sedikit lega. Ia juga tidak merasakan suhu tubuh yang panas saat menyentuh kening Arthur. Jadi ia tidak perlu khawatir lagi. Ia menatap Arthur dengan seksama kemudian. Menatap sosoknya dari atas sampai bawah, pakaian yang digunakan Arthur bukanlah pakaian santai,”Arthur, sebenarnya ingin kemana?” tanya Kyoko setelah itu.
                Pertanyaan Kyoko sontak membuat Arthur kebingungan,“aku tidak ingin pergi,” jawabnya,”aku baru saja pulang dari sebuah misi” jelas Arthur sedikit berbohong. Setidaknya pakaian yang ia pakai menunjukkan bahwa Arthur sedang menjalankan misi.
                “Ohh.., misi apa itu?” tanya Kyoko,”pasti melelahkan sebagai wakil ketua Guro, menjalankan misi yang berat hingga harus pulang dipagi buta seperti ini” lanjut Kyoko. Karena memang masih pagi buta. Jadi Kyoko berpikir Arthur sudah menjalankan misinya dari semalam.
                Misi? Sekarang Arthur harus berbohong apa lagi, karena dari awal misinya adalah memata-matai Kyoko. Namun saat ini, apa yang harus diucapkan Arthur? Dan akhirnya,”Memata-matai..” ucap Arthur, pasti setelah ini Kyoko menanyakan siapa yang dimata-matai olehnya, jika itu terjadi,
“Memata-matai? Siapa yang Arthur mata-matai?” dan dugaan Arthur benar, Kyoko menanyakan hal itu.
Arthur tinggal menjawab,”musuh.. dan aku tidak bisa memberitahumu” ucap Arthur tersenyum. Senyum dengan makna tertentu tentunya.
“Begitu.. baiklah” ucap Kyoko, sekaligus berhenti menanyakannya lagi. Ya, pastinya Guro memiliki musuh, mengingat Guro adalah sebuah geng mafia. Jadi tak heran pikir Kyoko,”Kalau begitu, sebaiknya Arthur beristirahat. Pasti Arthur lelah kan?” ucap Kyoko dengan senyum tulusnya,”Mau Kyoko antarkan?” lanjut Kyoko bermaksud menawarkan bantuannya sebagai anggota.    
                Arthur langsung menolak tawaran Kyoko, dengan wajar tentunya,”tidak perlu,” meskipun begitu nada bicaranya terdengar dingin,”aku tidak butuh bantuan siapapun, kau lanjutkan saja urusanmu” ucap Arthur bermaksud menghindar.
                Namun Kyoko tetap bersikeras menawarkan bantuannya. Bagaimana tidak? Kesan pertama Kyoko terhadap Arthur tidak begitu menyenangkan. Maka dari itu Kyoko ingin membantunya, ditambah rasa ingin balas budi terhadap apa yang dilakukan Arthur saat misi harta karun tempo hari lalu. Arthur sudah repot-repot membahayakan dirinya untuk melindungi Kyoko dari Mumy yang menyerangnya,”tidak apa, Kyoko sudah tidak sibuk lagi desu! Lagipula Kyoko hanya bermain sedari tadi,” sergahnya.
Beberapa detik mereka sempat bertatapan. Arthur tidak ingin membuang wakunya lagi. Karena dirasa Kyoko benar-benar tidak mencurigainya. Ditambah habisnya alasan untuk menghindari Kyoko. Akhirnya, Arthur berniat menanyakannya langsung,”Kyoko?” sahut Arthur.
                “Ung? apa?” sahutan Arthur langsung dijawab Kyoko.
                “Kenapa kau tidak menggunakan kekuatanmu saat misi berburu harta karun kemarin?” tanpa basa basi Arthur benar-benar menanyakan langsung pada intinya. Apa yang diintainya selama ini. Kekuatan misterius Kyoko.
                Kyoko sedikit terkejut dengan pertanyaan Arthur yang menyinggung kekuatannya. Kekuatan yang selalu ia sembunyikan dari anggota Guro. Kekuatan yang sangat dibencinya,”….” Kyoko sempat terdiam sejenak sampai akhirnya,“kekuatan? Kekuatan apa?” Kyoko tidak menjawabnya.
                Arthur tahu perkataan Kyoko barusan merupakan pengalihan dari pertanyaannya, sepertinya Kyoko memang tidak ingin memberitahukan hal tersebut. Arthur tanpa ragu menanyakannya kembali,“Kekuatan. Kekuatan yang kau gunakan saat menyerang Rei itu?” balas Arthur dengan tenang. Arthur yakin kali ini Kyoko tidak bisa menyergahnya.
                Kyoko sudah menduga, cepat atau lambat cerita itu akan menyebar pada seluruh anggota Guro,”Apa Rei-san menceritakannya?”
                “Ya.. sedikit,” jawab Arthur, yang sebenarnya ia mengetahuinya sendiri.
                Raut wajah Kyoko berubah. Kyoko tampak enggan menjawab pertanyaan Arthur dari awal,”…” Kyoko hanya terdiam.
Arthur tentu melihat perubahan ekspresinya. Sejujurnya Arthur sedikit merasa bersalah menanyakannya hal ini secara langsung. Dilihat dari ekspresi Kyoko. Sepertinya ekspresi tersebut bukanlah ekspresi menyembunyikan sesuatu, melainkan ada sesuatu yang membebaninya, sehingga Kyoko membisu. Walaupun, sebenarnya, Arthur memiliki maksud tertentu dengan melontarkan pertanyaan tersebut,“Maaf, seharusnya aku tidak menanyakan hal itu” ucap Arthur,
                Kyoko langsung terhenyak, menatap tidak percaya pada wajah Arthur,”tidak.. Kyoko tidak masalah!” Kyoko cepat-cepat menyergahnya. Kyoko tidak ingin mengecewakan Arthur, jika memang Arthur menginginkan jawaban tersebut,”Kyoko belum dapat menggunakan kekuatan itu. Itu saja” lanjutnya. Walaupun belum sepenuhnya jawaban itu terjawab seperti yang sedang dipikirkan Kyoko.
                “Belum dapat..” ucap Arthur walaupun dengan nada yang samar-samar,”tidak apa, kau tidak perlu menjawabnya sekarang” ucap Arthur kemudian,”Kuberitahu satu hal, Guro memiliki dojo. Setiap pagi pasti ada Mori yang berlatih disana, datanglah dan minta bantuannya untuk melatihmu” ucap Arthur kemudian. Arthur rasa sarannya merupakan hal yang tepat, jika dilihat dari respon Kyoko tadi terhadap pertanyaannya.
                “Mori-sama?” ucap Kyoko. Ekspresinya menunjukkan sedang mencerna perkataan Arthur barusan,”Ah.. baik,” jawab Kyoko walaupun belum mengerti sepenuhnya.
                “Kalo begitu, aku kembali ke kastil duluan, sampai jumpa” ucap Arthur kemudian,
                “Tu-tunggu, Kyoko juga kembali ke kastil, ayo ke kastil bersama” ucap Kyoko sembari menyusul Arthur, berjalan dibelakangnya.


Pagi itu, langit tampak cerah. Matahari sudah muncul seutuhnya. Beberapa anggota Guro pun sudah mulai menjalani aktivitasnya masing-masing. Tsu, Jane, Rei, Shine, tak terkecuali juga sang ketua.
Namun dipagi yang cerah itu, terdengar suatu suara yang memecah kesunyian dikastil ini. Suara tembakan peluru. Disusul suara aduan besi yang nyaring. Suara tersebut berasal dari dojo Guro, yang tak lain bersumber dari Shine dan Mori.
Traang!’
“Kenapa kau tidak melawan deshou? Kau terlalu lembek bagi seorang pria” ucap sarkastik dari si gadis berambut ungu kesilveran itu. Menatap sinis pada pria bersurai putih yang ada didepannya.
Dor!’ ‘Traang!!’
Mori dengan sigap membelah peluru yang telah diluncurkan Shine menggunakan katana putihnya. Kemampuan prediksi Mori yang tinggi memudahkannya untuk menghindari perluru tersebut. Dua suara tembakan kembali terdengar, satu peluru berhasil dibelahnya, dan peluru kedua dihindari Mori dengan mudah melewati sisi samping wajahnya, hingga peluru tersebut melesat dan membuat sebuah lubang pada dinding kayu dibelakangnya.
Shine mulai menunjukkan ekspresi tidak senangnya, Mori tampak tenang sedari tadi tanpa membalas serangannya,”Jika kau begini terus kau tidak akan menang dari ku deshou” kali ini ia berniat menyerang Mori tanpa ampun. Dikeluarkannya sebilah pisau dari sarung yang terikat dipaha kanannya.
cklek. Dordordordorodordor’
Tanpa jeda Shine meluncurkan tembakannya secara bertubi-tubi pada Mori.
Mori dengan cepatnya menghindar sekaligus menangkis peluru dengan katana putihnya itu kembali.
Ditengah kesibukan Mori untuk menghindari pelurunya, Shine mencuri kesempatan untuk melesat mendekati Mori. Dan benar saja, sebuah celah terbuka. Sebuah terjangan kaki Shine pun didaratkan tepat pada dada Mori.
jdak’
Mori merasa dirinya telah lengah. Mori pun terhempas dan jatuh membentur lantai Dojo, Katananya juga terlepas dari genggamannya dan terlempar jauh dibelakang Mori. Hentakan kaki yang cukup kuat untuk seorang gadis, pikir Mori. Tenaga Shine benar-benar tidak dapat diremehkan, Mori kali ini tahu sebab kenapa para laki-laki di Guro begitu segan dengan Shine. Baru berniat ingin berdiri, tiba-tiba Mori sudah dihadapkan Shine yang sudah melompat kearahnya.
“Sudah kubilang bukan? Sekarang kena kau!” dalam sekejap lutut Shine kini sudah menusuk sekaligus menduduki dada Mori yang terbaring disitu.
“Ugh!” Sedikit tersedak memang, namun tidak cukup untuk menyakitkan Mori. Tapi kali ini Mori tidak dapat bergerak. Tubuh Shine mengunci tubuhnya.
”Baiklah, sekarang apa yang akan kau lakukan Mori, ada kata-kata terakhir sebelum aku menusukkan ini diwajahmu?” ucap Shine sembari mempersiapkan pisau yang sudah dikeluarkan sedari tadi ditangan kanannya. Shine tersenyum penuh kemenangan.
“Baiklah aku menyerah” ucap Mori begitu saja.
“Haa? Yang benar saja? Beginikah sikap ketua?!” Tentunya Shine tidak percaya akan respon Mori barusan. Apa-apa’an itu, batinnya. Menyerah begitu cepat, padahal Mori belum melakukan perlawanan sama sekali.
“Sebenarnya apa mau mu hingga memperlakukanku seperti ini, Shine?” tanya Mori dengan tenang disaat seperti itu. Sebenarnya dari awal mereka tidak sedang berlatih, walaupun terlihat seperti itu. Jika kita putar waktunya kembali, sebelum kejadian ini, Mori sedang berlatih sendirian di dojo pribadinya. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja Shine mendatanginya dan langsung menyerangnya tanpa alasan. Dan Mori tidak sempat menanyakan alasan itu dari awal.
“Kau tidak tahu kesalahanmu?” Shine mulai menggores wajah pipi Mori, membentuk sayatan kecil dipipinya.
Mori tidak menunjukkan respon apapun ketika ujung pisau milik Shine sudah menyentuh kulit Mori. Meskipun sayatan kecil sudah terbentuk dipipinya, tetesan darah yang sangat diharapkan Shine tidak keluar sama sekali.
Ya.. jika Mori tidak merespon Shine, berarti Mori tidak mengetahui kesalahannya. Setidaknya itulah yang dilihat Shine sekarang,“apa yang kau lakukan pada hari itu? Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu terhadap anggotamu ini?” Shine sedikit memperjelas pertanyaannya dengan tatapan intimidasi khasnya.
Mori menghela nafasnya sejenak. Kelakuan gadis detektif satu ini memang tidak bisa diremehkan, bahkan Shine sampai menyeledikinya sejauh ini,”Aku tidak melakukan apa-apa,” ucap Mori dengan senyum simpulnya. Ekspresi yang jujur tertampang diwajah Mori.
”Hmm.. bagaimana jika kuukir namaku disini? Pasti bagus,” Shine kembali melanjutkan sayatan dipipi Mori,
“Sungguh..” lanjut Mori mencoba meyakinkan Shine.
“S..” Shine mulai mengukir huruf pertama namanya. Kenapa Shine melakukan ini? Tentu karena tidak puasnya Shine terhadap jawaban Mori.
Mori tidak mengelak ataupun memberontak meskipun saat ini wajahnya sedang ‘dilukis’.
“H…” Shine masih melanjutkan karya seninya  dipipi Mori,
Mori tahu apa yang ada dipikiran gadis ini. Jika Shine tidak puas dengan jawaban Mori, Shine tidak akan berhenti, begitulah pikirnya. Sudah menjadi watak bawaan dari Shine. Bahkan Mori sudah sedikit terbiasa dengan sikap keras kepalanya itu,“Baiklah, aku hanya ada urusan kecil waktu itu..” Mori pun berkata. Setidaknya itu jawaban yang ingin didengar Shine.
Dan benar saja, Shine menghentikan sayatannya,”urusan kecil?” kini Shine menatap menyelidik pada Mori,”Kau memiliki urusan lain dan meninggalkan anggotamu?” timpal Shine lagi.
Shine memang seorang detektif yang memiliki tenaga super layaknya laki-laki, tapi bagaimana pun juga Shine tetaplah wanita. Berpikir curiga kepada lelaki, pasti sudah menjadi sifat alami seorang gadis, pikir Mori,“Aku tidak meninggalkan kalian” ucap Mori bermaksud menenangkan Shine.
“Tidak meninggalkan kami?” Shine kembali melanjutkan sayatannya yang sempat terhenti tadi,” I..”
Mori tidak habis pikir, kenapa sikap Shine seperti ini. Menjawab apapun Shine tetap tidak puas oleh jawaban Mori. Sepertinya Shine memang hanya ingin mendengar jawaban yang ingin didengarnya. Mori menghela nafasnya kembali,“Shine, bisakah kau menghentikan ini?” akhirnya Mori memberanikan diri. Suara Mori sekarang sedikit lebih berat, benar-benar meminta Shine untuk menghentikan sikapnya.
“N…” namun Shine tidak memperdulikan permintaan ketuanya itu. Walaupun Shine menyadari perubahan nada Mori yang Shine rasa, Mori akan meledak sebentar lagi.
“Shine.. jangan sampai aku melakukan hal kasar padamu” ucap Mori tetap tenang.
Dan benar saja dugaan Shine, tapi Shine tetap tidak takut,“Lakukanlah jika kau bisa, sekalian saja kau tusuk aku dengan katanamu itu? Aku tau sebenarnya kau bisa saja lepas dariku sedari tadi, kenapa kau tidak melakukannya? Hmm?” ucap Shine dengan sarkastiknya.
Sekali lagi Mori menghela nafasnya, ia tidak tahu lagi bagaimana menyikapi Shine. Meskipun Mori mengancamnya, tapi Mori tidak mau melakukannya. Mori tidak ingin menyakiti anggotanya, apalagi seorang wanita. Memang tidak terlihat tegas, tapi itulah Mori. Tidak heran Mori sering kali ditindas anggotanya karena sikapnya yang segan itu.
“E.., oke selesai!” Shine berhasil menyelesaikan hasil ‘karya’nya itu dipipi Mori,
Mori hanya menatapnya sedari tadi, dan tentu tatapannya dibalas kembali oleh Shine, tapi lebih dingin,”Entah kenapa aku ingin menghancurkan wajah ini sampai hancur lebur” ucap Shine dengan santainya.
“Shine!” Mori mencoba memperingatkan Shine yang masih duduk diatas tubuhnya itu
“Apa? Kau ingin mengatakan sesuatu lagi?” balas Shine,
“Lepaskan aku.” Mori mempertegas permintaannya dengan baik-baik,
“Ah maaf aku tidak dengar?!” balas Shine kembali, yang memang sengaja tidak memperindah permintaan Mori,
Mori sedikit lelah dengan sikap Shine itu,“Tolonglah, Shine..” namun Mori tetap berusaha tenang.
Sikap lembeknya Mori benar-benar sangat dibenci Shine. Shine sudah muak, ia pun mulai menunjukkan rasa kekesalannya, dengan menodongkan kembali Revolvernya, tepat didahi Mori,”Aku beri kau kesempatan terakhir” ucap Shine dingin,
Tapi Mori terlihat pasrah sekarang, Mori benar-benar sudah kehabisan akal.

“Taichou~ ada yang mencarimu~ apa kau masih disana?” tiba-tiba suara seorang pria memecah keheningan disana, disusul suara derap langkah, yang terdengar tidak hanya satu orang, melainkan dua orang. Dan tak lama kemudian tampak lah dua sosok tersebut.
Mori melirik kearah dua sosok yang tengah berdiri didekat pintu dojo itu, mereka yang tak lain adalah Arthur dan Kyoko,”Oh, Arthur, ternyata kau.., oh kau juga membawa Kyoko?” ucap Mori ditengah-tengah situasinya yang genting, bahkan Mori masih sempat tersenyum menyambut mereka.
Dor!’
Disela-sela penyambutan Mori dengan dua angota disana, dipotong oleh Shine. Suara satu tembakan terdengar begitu keras. Bisa jadi Arthur ataupun Kyoko terkejut tentunya,”Sudah..” ucap Shine setelah menembakkan peluru tepat dikepala Mori. Dan Shine benar-benar sudah menembaknya. Mori juga sudah terlihat tak bergerak ataupun bersuara lagi.
Dan benar saja. Arthur sempat diam mematung, terkejut dengan kejadian didepannya secara tiba-tiba. Begitu juga Kyoko, Kyoko tidak kalah terkejutnya,”Kyaaaa!” dan terdengarlah teriakan Kyoko.
“Shine-nee! Apa yang kau lakukan pada ketua?” bentak Kyoko pada Shine, sembari berlari mendekati mereka berdua.
Shine tidak menggubris ataupun menanggapi pertanyaan Kyoko, ia dengan santainya beranjak dari atas tubuh Mori, dan berjalan menjauh. Menjauhi omelan dari Kyoko juga tentunya. Shine tahu setelah ini Kyoko akan menghujaninya dengan banyak pertanyaan.
“Shine-nee?!” panggil Kyoko kembali, berharap mendapat respon dari Shine. Tapi Shine tetap saja mengabaikannya.
Arthur tampak tidak panik sama sekali. Baginya ini merupakan pemandangan yang sudah biasa. Jadi Arthur tidak berkutik sama sekali dari tempat ia berdiri sekarang.
Berbeda dengan Kyoko, justru ini pemandangan yang tidak biasa baginya. Bagaimana bisa seorang anggota secara terang-terangan membunuh ketuanya didepan anggota lain? Bahkan Shine terlihat bersikap tidak bersalah sama sekali. Arthur juga diperhatikannya, tetap tenang seperti biasa. Ada apa ini? Bukankah Arthur wakil ketua Guro? Apakah Arthur merasa diuntungkan dengan posisinya sekarang, jika ketua mati? Kepala Kyoko diisi banyak pertanyaan sekarang. Kyoko tampak begitu panik, anggota lain pasti akan ada yang bertindak setelah melihat ini. Kyoko pun memutuskan untuk segera memanggil anggota lain,”Kyoko akan mencari yang lainnya untuk meminta bantuan!” begitulah ucapnya.
Mendengar hal itu sontak Shine menghentikan Kyoko, mencegah tindakan Kyoko yang menurutnya tidak diperlukan,“Tunggu Kyoko! Tenanglah, Mori tidak apa-apa, kau tidak perlu panik seperti itu” ucapan Shine segera.
Mori sudah tidak bergerak, dan kepalanya tertembak. Bagaimana bisa Shine yang menjadi pelakunya mengatakan bahwa Mori tidak apa-apa,“Apa maksudmu Shine?” Kyoko menatap Shine dengan penuh keheranan.
Namun belum Shine menjelaskan semuanya, tiba-tiba lenguhan Mori terdengar,”u-ugh..”, mata Mori terbuka, wajah Mori pun sudah tidak ada bekas luka apapun, bahkan bekas tembakan didahinya menghilang. Benar-benar bersih dan bugar seperti sedia kala,”kau benar-benar melakukannya ternyata..” ucap Mori kepada Shine, sembari bangkit dari posisinya menjadi duduk.
Kyoko langsung menatap tak percaya pada Mori. Bagaimana bisa? Sekarang Kyoko menampakkan ekspresi wajah yang bingung.
“Aku tidak akan ragu lagi jika kau benar-benar berniat meninggalkan anggota ini” jawab Shine yang sedang berdiri dibelakang Kyoko saat ini.
Mori kembali menghela nafasnya. Sepertinya memang terjadi salah paham antar dirinya dan Shine. Mori beralih menatap Kyoko yang kini sedang berdiri didepannya,”Ah ya.. ada apa kau mencariku Kyoko?” Tanya Mori setelah itu. Mori tampak tidak menyadari sikap Kyoko, yang masih shock terhadapnya.
Kyoko segera tersadar saat Mori memberikan pertanyaan padanya, cepat-cepat ia menanggapinya,”Ah.. a-anoo, apakah Mori-sama baik-baik saja?” Tanya Kyoko yang masih terlihat linglung itu.
“Hmm?” tanggap Mori. Sepertinya Mori belum meberitahukan Kyoko satu hal tentang dirinya, atau mungkin Kyoko lupa?
Arthur yang sedari tadi terdiam akhirnya berjalan mendekati mereka,”Kyoko meminta bantuanmu untuk melatihnya” ucap Arthur mewakili Kyoko untuk menjawab pertanyaan Mori yang belum terjawab itu, disusul uluran tangan yang diberikan untuk membantu Mori berdiri.
“Oh..,” ucap Mori yang sudah berdiri berkat bantuan Arthur,”terima kasih, Arthur”
“Ma-maafkan Kyoko karena mengalihkan pertanyaan Mori-sama” ucap Kyoko cepat-cepat setelah menyadari kelancangannya barusan,”benar.. apakah Mori-sama mau melatih Kyoko?” Ia pun membungkukkan badannya,”Kyoko mohon desu..”,
Mori tersenyum karena sikap Kyoko,”tidak apa Kyoko, kau tidak perlu membungkuk seperti itu, berdirilah..” ucap Mori,”dan aku baik-baik saja” lanjut Mori, membalas pertanyaan Kyoko sebelumnya.
“Ya, kau tidak perlu seformal itu kepada Mori, Kyoko” ledek Shine yang kini sudah duduk disisi tak begitu jauh dari mereka. Shine tampak sibuk membersihkan revolvernya.
Mori tidak menanggapi ledekan Shine sama sekali. Sudah biasa, itu pikirnya. Jadi Mori hanya diam.
Kyoko kembali menegakkan tubuhnya menatap Mori,”Kalo begitu, apakah Mori-sama mau mengajari Kyoko?” Tanya Kyoko,”Oh.. dan bagaimana bisa Mori-sama−“
Belum sempat Kyoko menyelesaikan perkataannya, Arthur sudah memotong. Arthur tahu apa yang akan ditanyakannya,”Itu sudah kekuatan khusus milik Mori. Kau tidak perlu khawatir. Senjata apapun dari dunia ini, tidak akan bisa melukainya,” jawab Arthur.
“Be-begitu..” tanggap Kyoko,
“Yaa.. dan tentu. Aku akan mengajarimu, Kyoko. Kita bisa memulainya dari sekarang” ucap Mori tersenyum. Mori tahu apa maksud Arthur mengajak Kyoko kesini, yang sebenarnya tidak sekedar untuk melatihnya. Maka dari itu, Mori tidak ragu untuk memulainya sekarang.
“Benarkah? Terima kasih Mori-sama” Kyoko terlihat bersemangat. Ia membungkukkan badannya kembali sebagai tanda terima kasih,”etto.. sekarang juga?” Kyoko kembali menegakkan badannya kembali, dan menatap Mori.
“Ya. Apa ada masalah, Kyoko?” Tanya Mori dengan senyumnya.
“Tidak! Kyoko justru senang!” jawab Kyoko antusias.
Syukurlah Kyoko tidak menolak, begitulah pikir Arthur. Kalo begitu misinya saat ini bisa dibilang selesai. Sekarang semuanya diserahkan pada Mori. Karna disaat seperti ini, hanyalah Mori lah yang bisa mengatasinya,”Kalo begitu aku pergi duluan, tugasku sudah selesai, sampai jumpa..” Ucap Arthur,
“Baik! Terima kasih Ar-chan!” ucap Kyoko. Dan entah kenapa Kyoko bisa mendapatkan panggilan itu untuk Arthur.
“Ar-chan−?” Arthur sedikit terpelatuk dengan panggilan Kyoko barusan,
“Pfft..” disisi lain Shine terkekeh, tidak sengaja mendengar panggilan unik untuk Arthur itu barusan.
“Baiklah, sampai jumpa. Terima kasih atas kerja kerasnya” ucap Mori kepada Arthur.
Yasudahlah, biarkan Kyoko memanggilnya begitu, sudah sifat bawaan Arthur yang suka acuh dengan hal yang menurutnya tidak terlalu penting itu,”Aa.. sampai jumpa, ketua” ucap Arthur yang kemudian menghilang akibat bakat spesialnya itu.
Shine masih saja duduk disitu, Shine berniat untuk menonton proses latihan Kyoko. Mungkin ini bisa menghiburnya sementara, begitulah pikir Shine. Jadi Shine tidak ikut Arthur untuk beralih dari tempat itu. Meskipun saat ini matahari sudah cukup tinggi untuk menerangi sebagian wilayah kastil Guro. Dan anggota lain mungkin sudah berpesta membuat sarapan bersama.
Baiklah, Mori membiarkan Shine menontonnya darisitu. Kali ini Mori fokus terhadap Kyoko, Mori tidak akan menggunakan pedang ataupun senjata lainnya untuk mengetes kekuatan Kyoko. Bahkan boken (pedang kayu) juga tidak digunakannya. Mori berniat hanya menggunakan tangan kosong,”Maa.. sekarang kita lihat seberapa besar tenaga dalammu” ucap Mori kepada Kyoko. Mori memasang kuda-kudanya untuk bersiap menerima serangan Kyoko.
“Tenaga dalam? Apa yang harus Kyoko lakukan?” tanya Kyoko.
“Kau pukul atau tendang saja Mori itu, Kyoko,” timpal Shine.
Mori menghela nafasnya sekali lagi. Sepertinya Shine benar-benar menyukai melihat dirinya menderita,”Baiklah.. benar kata Shine, coba kau serang aku” ucap Mori tenang kepada Kyoko.
Kyoko menganggukkan kepalanya tanda mengerti,”Baik,” Kyoko pun mengambil nafasnya dalam, mempersiapkan posisi untuk menyerang, dan tak lama setelah itu,”Hyaaah!”,
plek’
Kyoko menghantamkan sebuah tinjuan diperut Mori. Mungkin lebih tepatnya hanya tinjuan kecil.
“. . . . . . . .” Mori terdiam menerima pukulan Kyoko itu
“Uphh! Hahahaha!” tawa Shine meledak,”ah.. pukulan macam apa itu? Ah..ahaha” Shine terlihat geli dengan pukulan Kyoko yang tampak tidak ada tenaganya sama sekali,”Nee! Kau tidak akan membunuhnya jika hanya dengan pukulan itu deshou, ahahaha”, ucap Shine kepada Kyoko.
“Kyo-Kyoko sudah mengerahkan seluruh tenaga Kyoko desu!” ucap Kyoko dengan malu.
Sepertinya kekuatan Kyoko memang datang dan pergi seenaknya, pikir Mori. Mori pun berpikir bagaimana caranya untuk mengeluarkan kekuatan ‘itu’,”Kyoko..” ucap Mori,
“Ah, Hai!” jawab Kyoko dengan sigap.
“Aku minta tolong untuk tahan ini sebentar..” ucap Mori.
“Ung? mena−Agh!!” belum sempat Kyoko bertanya, tiba-tiba tangan Mori sudah menerjang perutnya dengan sebuah cahaya menyerupai api biru. Apa ini? Kyoko mungkin sedikit terkejut. Tapi mendegar perintah Mori sebelumnya, Kyoko segera menahannya, menuruti perkataan Mori. Meskipun sedikit sakit.
“Aaaghh!” pekik Kyoko kesakitan, masih berusaha menahan rasa sakitnya.
Mori pun segera mencabut tangannya dari perut Kyoko. Tubuh Kyoko langsung terhuyung kedepan, tepatnya kearah Mori. Mori dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak terjatuh,”….” Mori terdiam menatap Kyoko, menunggu responnya. Rasa khawatir juga sedikit menghantuinya,”Kyoko?” sahut Mori untuk meminta respon Kyoko.
“Ungh.. hai?” respon Kyoko.
Mori bisa bernafas lega sekarang,”Kau baik-baik saja? Masih kuat?” Tanya Mori membantu Kyoko menegakkan posisi berdirinya.
Kyoko juga sepertinya terlihat stabil sedikit demi sedikit,”Ah ya. Kyoko baik-baik saja desu” ucap Kyoko sembari tersenyum. Kini Kyoko juga sudah mampu berdiri tegak sendiri.
Shine yang melihat kejadiannya sedari tadi, tahu apa yang Mori lakukan barusan terhadap Kyoko,”Waw.. hati-hati, kau bisa membunuhnya Mori” ucap Shine.
Kyoko tentu mendengar perkataan Shine barusan. Membuat Kyoko penasaran apa yang sebenarnya dilakukan Mori tadi terhadapnya,”Apa yang Mori-sama lakukan kepada Kyoko?” tanyanya.
Mori tahu akan resikonya jika Kyoko tidak tahan dengan rasa sakit tersebut,”Tidak apa, Kyoko. Aku hanya menanamkan sesuatu didalam tubuhmu. Sekarang coba kau serang aku lagi” ucap Mori sembari bersiap kembali. Memberi jarak ideal untuk Kyoko menyerang.
Kyoko mengangguk menuruti perintah Mori. Diambilnya kembali sikap posisi untuk menyerang. Entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Kyoko merasakan suatu energi didalam tubuhnya mengalir. Terpusat pada tangannya yang akan ia gunakan untuk menyerang. Tapi Kyoko tidak tahu apa itu, Kyoko pun segera mencoba memukul perut Mori seperti awal tadi,”Hyaaah!”
Bugh!’
Dan diluar dugaan. Energi itu benar-benar keluar dari tenaga dalam Kyoko melalui tangannya. Mori terpukul sekaligus terpental jauh kebelakang,
Blaar’
Mori terpental jauh hingga membentur dinding kayu dibelakangnya. Bahkan dinding kayu tersebut sampai patah dibuatnya.
Kyoko tampak terkejut dengan kekuatannya barusan,”Mo-mori-sama?!” Kyoko dengan panik segera berlari mendekati Mori, bermaksud menolongnya.
Shine juga dibuat terkejut karena Kyoko,”itu baru yang namanya pukulan” Shine pun juga menyusulnya.
“Mori-sama?! Apakah Mori-sama baik-baik saja?” Tanya Kyoko sembari cepat-cepat menyingkirkan bongkahan kayu yang menindih tubuh Mori. Disusul Shine.
“Uhk..uhuk..uhk, aku tidak apa” ucap Mori sedikit tersedak sembari dibantu Kyoko dan Shine berdiri.
“Deshou? Bahkan kau bisa dikalahkan oleh gadis kecil seperti Kyoko” ucap Shine sarkastik tanpa mempedulikan kondisi Mori saat ini. Toh cepat atau lambat Mori juga akan pulih seperti sedia kala karena kekuatan khususnya.
“Ini kasus yang berbeda, uhk..” balas Mori. Mori mendapatkan sedikit kesimpulan setelah kejadian barusan, mengenai kekuatan Kyoko. Didudukkannya Mori ditempat Shine duduk tadi.
“Ma-maafkan Kyoko. Kyoko tidak tahu jika sampai seperti itu, bahkan Kyoko tidak mengira Kyoko memiliki tenaga dalam seperti itu, padahal Kyoko hanya menambah sedikit tenaganya” ucap Kyoko terburu-buru, merasa bersalah.
“Tidak apa, lagipula kakek tua bangka ini cepat atau lambat juga pulih sendiri,” ucap Shine bermaksud menenangkan Kyoko,”Tapi.. kekuatanmu cukup besar juga ya, Kyoko” lanjut Shine,
“Tidak apa, itu bagus Kyoko, uhk..,” ucap Mori masih sedikit terbatuk. Sepertinya tulang punggung Mori sedikit bermasalah. Begitu juga perutnya. Kekuatan Kyoko dapat disimpulkannya, bukanlah kekuatan dari dunia ini. Melainkan kekuatan yang sepadan untuk mengalahkannya.
“Ta-tapi? Mori-sama sampai seperti ini, perlukah Kyoko mengobatinya?” ucap Kyoko. Kyoko tahu Mori memiliki kekuatan khusus seperti yang dibilang Shine tadi. Tapi tetap saja Kyoko khawatir dengan keadaan Mori. Firasatnya berbicara seperti itu.
“Ya, mau bagaimana lagi. Sepertinya sampai disini saja latihan kita” ucap Mori sembari terenyum simpul disitu. Mungkin hampir senyum yang dipaksakan.
“Haah.. sudah berakhir begitu saja latihannya?” ucap Shine,”kau benar-benar lembek” ucapnya pada Mori,”Daripada berakhir, lebih baik aku gantikan saja. Akan kulatih Kyoko. Bagaimana Kyoko?” lanjut Shine.
“Dilatih Shine? Apa tidak apa? Kyoko takut jika terjadi hal yang seperti tadi” jawab Kyoko,
Mori segera menghentikan tawaran Shine terhadap Kyoko,”Tidak Shine. Kita akhiri latihannya. Sudah cukup sampai sini. Tidak ada yang perlu menggantikanku” ucap Mori. Mori tidak mau terjadi suatu hal terhadap Shine karena kekuatan Kyoko yang masih belum diketahuinya. Karena kekuatan Kyoko bukanlah kekuatan dari dunia ini. Setidaknya itu yang dirasakan Mori. Melihat cidera ditubuhnya –yang tidak disadari Shine sama sekali.
“Ha? Ada apa denganmu ini? Belum ada satu jam untuk melatih Kyoko. Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan terpukul seperti halnya kau tadi,” sergah Shine. Lagipula Shine sudah mengalahkan Mori tadi, jadi sebesar apasih kekuatan Kyoko sampai bisa mengalahkannya? Pikir Shine.
Kyoko hanya terdiam disitu. Menunggu keputusan Mori. Walaupun sebenarnya ia ingin sekali berlatih lagi.
Sudah watak Shine keras kepala, seperti biasa. Mori menghela nafasnya lagi. Maklumlah, Mori juga tidak bisa mengatakan pada diri Shine, bahwa saat ini Mori benar-benar cidera. Dan pemulihannya saat ini dibutuhkan waktu yang lumayan lama,”Maaf Shine. Kali ini kau harus mematuhi perintahku.” Ucap Mori tegas dengan sedikit penekanan dikata ‘Harus’
“Dan Kyoko, tolong antarkan aku keruanganku. Ada yang harus aku bicarakan juga padamu,” lanjut Mori kepada Kyoko. Ini sengaja agar Shine tidak berusaha menarik Kyoko untuk berlatih.
Kyoko tanpa pikir panjang menuruti perintah Mori. Memang ini niatnya menuruti keputusan Mori, apapun itu,”Baik Mori-sama” ucap Kyoko yang kemudian mulai menuntun Mori,”Maaf Shine. Kyoko akan berlatih dengan Shine-nee lain kali. Terima kasih” lanjutnya kepada Shine. Mengurung keinginannya.
Yang benar saja. Tapi mau bagaimana lagi. Kyoko juga menuruti Mori,” Baiklah~ tidak apa Kyoko. Itu sudah menjadi keputusanmu,” ucap Shine. Melihat kondisi Mori saat ini sebenarnya membuat Shine heran. Kenapa tubuh Mori masih belum pulih. Padahal waktu sudah lewat dari cukup untuk membuat Mori pulih, tapi sekarang? Shine bertanya-tanya didalam pikirannya. Apa kekuatan khususnya sudah habis terpakai untuk memulihkan diri dari serangan Shine tadi? Pikir Shine. Tapi seingat Shine mau sesering apapun, Mori masih tetap bisa memulihkan diri. Mengingat sering kalinya Shine menyiksa Mori. Anggota macam apa itu Shine sering sekali menindas ketuanya. Tapi sudah menjadi rutinitasnya untuk membuat Guro ‘berwarna’,
“Yasudahlah..” Shine antara acuh tak acuh. Ia pun pergi dari dojo itu menyusul Kyoko dan Mori.


Sejauh pandang memandang, kastil sudah tampak sepi. Anggota lain pasti sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Shine juga sudah tidak bersamanya dan Kyoko lagi. Ia ditatih oleh Kyoko berjalan menuju ruangannya.
Dituntutnya Mori sampai masuk ke ruangannya, menuju meja kerjanya, dan didudukkan dikursi,”Kyoko akan mengambil beberapa obat-obatan, Mori-sama tolong tunggu disini” ucap Kyoko.
Tapi Mori segera menghentikan Kyoko,”Tidak.. itu tidak perlu, Kyoko” ucapnya sembari menarik tangan Kyoko,”Aku membawamu kemari bukan memintamu untuk mengobatiku” ucap Mori dengan senyum seperti biasa.
Kyoko pun terhenti karena tarikan ditangannya. Ditatapnya Mori yang sedang duduk dibelakangnya,”Mori-sama yakin itu tidak apa?” Tanya Kyoko,
Mori hanya mengangguk menjawab pertanyaan Kyoko. Tidak perlu dijelaskan lagi mengenai kekuatan khususnya itu. Mori hanya ingin meyakinkan Kyoko bahwa cepat atau lambat tubuhnya akan pulih. Sekarang tinggal bagaimana caranya agar Mori bisa menjelaskan mengenai kekuatan Kyoko. Belum bisa disimpulkan secara pasti, tapi yang jelas kekuatan tersebut bukanlah kekuatan biasa yang berasal dari dunia ini. Melainkan kekuatan yang hampir sepadan dengannya. Tapi karena Kyoko tidak bisa mengendalikannya, kekuatan itu belum bisa sepenuhnya keluar.
“Kyoko, seperti yang kubilang tadi. Aku ingin membicarakan suatu hal padamu,” ucap Mori akhirnya.
“Ung, baik. Kyoko akan mendengarnya” ucap Kyoko akhirnya,
“Baiklah. Duduklah disitu” ucap Mori sembari melepaskan genggaman tangannya pada Kyoko. Dan Kyoko pun menurutinya. Duduk dikursi seberang Mori.
“Sebelum aku membicarakannya. Bolehkah aku mengetahui, latar belakangmu?” Tanya Mori tiba-tiba.
Kyoko yang mendengar pertanyaan Mori pun langsung tersendat,”Latar belakang Kyoko?”
“Benar..” balas Mori mengangguk,”keluargamu.. asal usulmu, dan juga masa lalumu,” sebenarnya sedikit canggung menanyakan hal ini pada Kyoko. Tapi mengingat riwayat Kyoko pada data keanggotaannya kosong, tidak salah jika Mori menanyakan hal tersebut. Mori juga sedang berusaha meyakinkan kesimpulannya sendiri. Jika benar, berarti tidak salah lagi..
Beberapa detik Kyoko terlihat diam lagi. Sama seperti saat Kyoko ditanyakan Arthur. Tapi kali ini berbeda. Sekarang Kyoko harus menceritakan masa lalu, yang bisa dibilang, kelam. Menceritakan kepada ketua sekaligus pemilik kastil dan Guro ini. Orang yang sangat penting dan dipercaya di Guro. Tapi Kyoko tetap berat untuk menceritakannya.
“Maaf. Kyoko tidak bisa menceritakannya” kepala Kyoko tertunduk.
Mori sudah menduga ini. Semakin susahlah persepsinya untuk dibuktikan. Tapi Mori tidak ingin berburuk sangka dahulu,”kenapa tidak bisa?” Mori menanyakannya dengan hati-hati.
“Karena, Kyoko ingin melupakannya” ucap Kyoko tiba-tiba,
Mori sedikit gagal paham dengan yang dijawab Kyoko barusan,”maksudmu?”,
“Kyoko tidak mau menceritakannya karena Kyoko ingin melupakannya” ucap Kyoko yang kemudian mendongak menatap Mori dengan senyum…, palsu.
Mori melihat ekspresi itu. Ada sesuatu yang mengganggu didalam hati Kyoko. Hal yang mungkin menjadi traumanya. Mori jadi sedikit segan untuk menanyainya lebih dalam lagi. Mori menghela nafasnya kembali. Menenangkan diri untuk berpikir. Apakah Kyoko pernah mengalami hal buruk yang besar didalam hidupnya?
Kyoko tahu. Kyoko memang tidak berguna, disaat seperti ini, ia malah mementingkan dirinya sendiri. Kyoko kembali menunduk murung disitu.
Sebenarnya masih ada cara lain. Tapi akan menjadi resiko besar untuk Mori. Apalagi disaat kondisinya seperti sekarang,”kalo begitu. Kita tunda dulu pembicaraan ini” ucap Mori. Mori bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati Kyoko,”istirahatlah. Aku tunggu sampai kau siap menceritakannya” ucap Mori dengan tenang, sembari menyentuh lembut ujung kepala Kyoko.
Kyoko merasakan sentuhan tersebut, dan kembali menatap Mori. Serasa menenangkan senyumnya. Ketua benar-benar tahu bagaimana cara menghadapi anggota yang sedang muram,”ah.. hai” seakan terhipnotis Kyoko mengangguk menuruti perintahnya.
Mori pun tersenyum,”sampai jumpa besok” ucap Mori melepaskan sentuhannya pada kepala Kyoko,
“Ung.. sampai jumpa besok. Maaf untuk hari ini, Mori-sama. Kyoko akan berjuang besok” ucap Kyoko. Kyoko berdiri dan pamit pada Mori. Dan tak lama kemudian ia berjalan keluar menuju pintu ruangan itu. Disela-sela saat Kyoko keluar, Kyoko menoleh pada Mori,”Mori-sama..” ucap Kyoko,
“Ya?” jawab Mori menatap Kyoko diambang pintu itu.
“Terima kasih. Sudah mengerti keadaan Kyoko,” ucap Kyoko kemudian. Ia tersenyum setelahnya,”Mori-sama juga harus beristirahat desu!” lanjut Kyoko,”sampai jumpa..”
Mori mengangguk mengiyakan permintaan Kyoko,”Aa.. tentu” ucap Mori setelah melihat Kyoko yang sudah beranjak pergi dari ruangannya. Ditutupnya pintu itu kembali.
Punggung Mori rasanya seperti mau patah. Rasanya ingin diistirahatkan segera, tapi dokumen-dokumen dimejanya seolah berbicara untuk menunda istirahatnya,”haaahhh” Mori kembali merebahkan tubuhnya dikursi besar itu. Dipijatnya kening itu sendiri,”malam nanti akan menjadi malam yang panjang” ucap Mori,”apa kau mau menggantikanku sejenak?” lanjut Mori seakan berbicara kepada seseorang. Padahal diruangan tersebut terlihat hanya ada dirinya saat ini.
Tapi kelihatannya tidak begitu, setelah suara seorang pria menjawabnya,”kenapa harus aku?” dan tampaklah sosok tersebut. Berdiri tepat disisi belakang Mori duduk,”aku sudah memiliki tugas darimu yang belum kuselesaikan. Kenapa tidak kau suruh Rei saja?” suara dingin yang khas itu, tak salah lagi. Arthur.
“Kau seperti tidak tahu Rei saja..” balas Mori.
“Kalo begitu, Shine?” lanjut Arthur,
“Shine.., sedang ingin membunuhku, bagaimana bisa aku menyuruhnya?” ucap Mori
“Begitu ya.., wanita memang susah dimengerti” timpal Arthur,
“Uruse..” ucap Mori. Mori memang terlihat berwibawa jika didepan anggota lain. Tapi jika dengan Arthur, yang menjadi orang terpercayanya selain Rei. Mori bisa menunjukkan sifat aslinya.
Benar. Mori, Arthur, dan Rei. Tiga founder yang membuat dan membentuk Guro hingga seperti sekarang. Tiga orang pria yang bertemu dan menjalin sebuah pertemanan cukup lama, hingga membentuk Guro. Tidak heran tiga orang tersebut memiliki jabatan yang tinggi dikastil Guro ini. Meskipun memiliki watak yang berbeda-beda, tapi mereka tetap terlihat kompak jika bersama. Rei yang memiliki jiwa bebas, Arthur yang dingin dan cuek, dan Mori yang bersifat tenang. Menjadikan ciri khas yang menonjol di Guro sampai sekarang.
“Apa kau mendengar semuanya?” tanya Mori pada Arthur,
“Ya.. bisa kusimpulkan sekarang” jawab Arthur,
“Apa kau berpikir yang sama denganku?’ ucap Mori sekali lagi
“Aa..” Arthur mengangguk,”Sebuah kekuatan dari dunia lain.. bukan dari dunia ini. Tidak heran sampai membuatmu babak belur seperti itu” ucap Arthur yang mengerti betul tentang Mori,”kau yakin, akan memakai cara itu, malam ini juga?” timpal Arthur dengan pertanyaan.
“Ah, kau melihatnya dengan jeli ternyata. Ya aku akan melakukannya” ucap Mori,
“Bodoh. Padahal pekerjaan seperti ini bisa kita serahkan pada Rei” ucap Arthur. Jika ada yang penasaran apa maksud pembicaraan ini. Sebenarnya Arthur mengetahui kalau Mori melakukan suatu hal kepada Kyoko saat Mori menyentuh ujung kepala Kyoko tadi. Jadi usapan lembut dikepala itu bukan hanya sekedar usapan lembut untuk menenangkan Kyoko. Melainkan kesempatan Mori untuk mencoba masuk didalam pikiran Kyoko. Tapi Mori belum melakukan seutuhnya. Yang tadi itu Mori sedang ‘membuka’ dengan menyentuh kepalanya. Dan akan ‘terbuka’ jika Kyoko tidur. Jika sudah ‘terbuka’ Mori dapat memasuki diri, mimpi, maupun pikiran Kyoko. Dan membaca keseluruhan diri Kyoko. Tapi dikondisinya saat ini, bisa menjadi resiko besar untuk Mori, jika ia tidak bisa kembali lagi. Karena Mori sama halnya seperti berpindah ke dimensi lain.
“Mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjut melakukannya” ucap Mori dengan santai.
“Tcih..” decak Arthur,
Dan tak lama kemudian ditengah perbincangan mereka, tiba-tiba pintu ruangan Mori terbuka,”Yo~ ada yang merindukanku?”
Mori dan Arthur pun menoleh tepat pada sosok yang membuka pintu itu. Ia membuka pintu itu lebar-lebar dan masuk dengan seenaknya sebelum dipersilahkan. Siapa lagi anggota yang memiliki sifat seperti ini, kalo bukan Rei. Fujiwara Rei sang Rookie Guro.
“Yare.. yaree, apa yang kalian bicarakan dari tadi disini? Kalian membicarakan sesuatu tanpa aku? Jahatnya~” ucap Rei yang sembari berjalan mendekati meja Mori.
“Kau minum lagi?” Tanya Arthur setelah menyadari tingkah Rei.
Mori masih diam.
“Hahah.. Hanya sedikit, bolehkan?” ucap Rei sembari tersenyum. Yang kini sudah berdiri disamping Arthur, merangkulnya.
Arthur sudah tau kebiasaan satu orang ini. Namun bau nafas dari orang yang mabok itu. Benar-benar mengganggu Arthur,”menjauhlah dariku” ucap Arthur dengan nada khasnya.
“Hee~ kau masih tidak tahan dengan bau ini?” ucap Rei dengan seringai usilnya,”akan kubuat kau terbiasa” ucap Rei yang mulai mengusili Arthur.
”Menjauh kau dasar Vampire bau, Tcih!” Arthur segera menyingkir dari Rei. Tapi Rei tetap saja mengusilinya,”Uruse! Akan kubunuh kau!”
“Kalian.. sudahlah..” ucap Mori yang sedikit tersenggol karena mereka berdua.
“Hee?” Rei baru sadar kondisi Mori saat dilihat dari dekat,”apa yang membuatmu babak belur seperti itu, Mori?” Tanya Rei pada Mori.
Mori menghela nafasnya lagi,”aku tidak mau membicarakannya lagi..” ucap Mori
“Apa kau menguji kekuatan gadis itu?” Tanya Rei. Gadis yang dimaksud adalah Kyoko,”Baka naa.. padahal sudah kubilang mengenai kekuatan itu, apa semuanya masih belum jelas~?” ucap Rei yang sedikit kesal. Salah Mori sendiri tidak menuruti perkataannya.
“Maaf.. aku hanya ingin meyakinkannya saja.” Jawab Mori.
“Tch.. membuang-buang waktu” ucap Rei,”Apa bukti pada malam itu masih belum cukup?” Rei kemudian menatap tajam pada Mori,”Dia memiliki dua kepribadian” lanjut Rei setelah itu,
“Justru karena itu Mori meragukan jawabanmu, Rei” sergah Arthur,”jawabanmu benar-benar tidak masuk akal” ucap Arthur.
Rei kemudian beralih menatap Arthur,“Tapi aku melihatnya sendiri pada malam itu. Gadis itu, bertengkar dengan dirinya sendiri. Diawal dia menyerangku, diakhir dia menangis karena mengira aku mati. Apa menurutmu, jika bukan memiliki dua kepribadian?” Tanya Rei menyelidik,”Dirasuki hantu?” kekeh Rei.
“Tidak.. dia tidak memiliki dua kepribadian” potong Mori,”Aku pernah memancing sedikit kekuatannya. Jika memang memiliki dua kepribadian. Seharusnya dari awal dia tidak sadarkan diri, atau berubah sifat. Tapi saat itu, aku tidak melihat perubahan emosi pada Kyoko, namun kekuatannya itu tetap keluar” lanjut Mori.
Rei kembali menatap Mori,”Kalo begitu.. apa itu artinya?” ucap Rei,
“Exorcist..” ucap Arthur
Rei kembali melirik Arthur,”Exorcist? Jadi ada sesuatu didalam dirinya?” ucap Rei.
“Belum bisa dipastikan. Untuk itulah, aku memastikan. Meskipun ini akan menjadi resiko besar” ucap Mori.
“Merepotkan sekali..” ucap Rei.
“Dan aku butuh kau disituasi ini” ucap Mori kemudian kepada Rei.
“Apa yang kau butuhkan?” Tanya Rei.
Mori menatap mata Rei. Mori yakin hanya Rei lah yang cocok dengan tugas ini,”Jadikan Kyoko bawahanmu,” ucap Mori.


** To Be Continued **

Kamis, 22 September 2016

Yomigami Journey Beginning Wiki ( Mori Tatsugi )



Hay! Hay! Apa kabaar semua?! Masih menunggu chapter berikutnya? #krik #krik
Sebelumnya Author-chan mau memperkenalkan salah satu character yang ada di Fanfic berjudul "Yomigami Journey Beginning"
Sesuai request! Author-chan memperkenalkan Mori Tatsugi, ketua dari Geng Guro. Tepuk tangan pemirsaaaaah #plak.

Oke langsung saja, tidak perlu basa-basi lebih panjang, kita perkenalkan :



 Penampilan :
Mori memiliki rambut berwarna silver dengan 2 sisi rambut belakangnya yang memiliki panjang yang berbeda dengan helai rambut lainnya dan selalu menjuntai melingkari lehernya. Memiliki mata berwarna kuning dan kulit putih pucat. Selalu mengenakan hakama putih dengan corak abu-abu, terkadang ia mengenakan jubah kebesarannya juga yang memiliki lambang burung bangau emas pada bagian punggung jubahnya. Dan memiliki katana berwarna silver.

Mori Tatsugi


Kepribadian :
Sebagian besar sikapnya adalah tenang. terkadang menyepelekan suatu hal kecil atau ceroboh, meskipun begitu ia memiliki kebijaksanaan. Mori juga terkadang sering menghilang dari kastil tanpa sepengetahuan anggota. Seluruh anggota Guro dibuat penasaran akan urusan apa yang dilakukan Mori, namun Mori tidak pernah mengatakannya. Itu juga menimbulkan kesan misterius terhadapnya. Walaupun begitu Mori tidak pernah melepas tanggung jawabnya terhadap anggota.

 

Background :
Mori lahir saat jaman Shogun atau Era Meiji, Era dimana banyak Samurai yang hebat Berjaya. Mori sendiri merupakan perwujudan roh bangau. Jadi bisa diperkirakan umurnya ratusan tahun, meskipun begitu, fisiknya tidak bertambah tua seiring berjalannya waktu. Belum diketahui asal mula keluarga Mori Tatsugi. Seperti nama marganya, Tatsugi. Sepertinya dia lahir bukan dari keluarga manapun, melainkan muncul dengan sendirinya sebagai perwujudan roh bangau. Tujuan hidupnya juga belum diketahui sampai saat ini.

 

Yup sekian perkenalannya. Untuk request selanjutnya mau memperkenalkan siapa nih? 
Tulis dikomen yaaa atau calling-calling difbnya Author juga boleh biar lebih mesra~~ #jdaak

Terima kasih. ^^

Kamis, 15 September 2016

Yomigami Journey Beginning



Chapter 3 : Nyawa
Genre : Fantasy, Action/Adventure, Romance, Friendship, Family
Rated : R
Disclaimer : By Rheta and Guro's Friend, OC
Warning :
Author habis mengalami masa Writer Block, jadi kemungkinan besar cerita ini hanyalah percakapan yang tidak bermutu #plak. Mohon maaf jika masih ada kesalahan pada pemilihan kata yang tepat. Kritikan anda sangat membantu untuk memperbaiki cerita ini.

“Pemandangan yang indah” ucap gadis bersurai hitam panjang −yang sedang duduk pada ujung permukaan  tebing yang menjulang tinggi dibelakang kastil Guro. Mata hitamnya yang legam nan tajam menatap seisi kota COSA yang bisa terlihat dari atas sini, disinari mentari pagi yang hangat.
“Bagaimana jika aku jatuh dari tebing ini?” ucap gadis itu dengan tenang, namun nampak senyuman yang damai dari bibirnya seakan hal itu merupakan hal yang indah baginya.
Tapi sebelum gadis itu melaksanakan imajinasi yang memenuhinya, dari belakang datang sosok lain dengan yukata hitam dan corak merah bunganya, melangkah mendekati gadis itu, “Jane.. Jane.. chan~ apa yang sedang kau lakukan disini?” sapa Kyoko dengan suara sopran khasnya –pada gadis yang bernama Jane itu.
Gadis yang berbalut dress hitam tanpa lengan itu tetap menatap pemandangan didepannya, “hay Kyoko” begitulah balasan sapaan ramahnya, tanpa harus menoleh pun Jane sudah mengetahui siapa yang menyapanya. Suara Kyoko memiliki khas tersendiri.
“Ingin bermain?” ucap Kyoko yang sudah berjongkok disisi Jane, entah sejak kapan kedua gadis ini begitu akrab.
“Boleh.. kau mau main apa Kyoko?” jawab Jane tanpa menatap wajah Kyoko.
“Bola?” ucap Kyoko antusias, dan entah kapan Kyoko sudah membawa bola yang sudah dipamerkan dihadapan wajah Jane saat ini.
“Bola?” ujar Jane terheran, “baiklah” ucap Jane mengiyakan ajakan Kyoko yang bersikap seperti anak kecil sekarang.
Mungkin hanya permainan ini yang Kyoko ketahui untuk mengusir kebosanannya, mereka pun saling melemparkan bolanya kesatu sama lain. Bagi Jane, Kyoko hanyalah gadis kecil polos yang perlu ditemani, tapi siapa kira jika Kyoko sebenarnya memiliki umur yang lebih tua dibandingkan Jane. Lantas, kenapa Kyoko memilih permainan anak kecil ini? Bagi Inu, ini adalah permainan yang menyenangkan, begitulah sekiranya.
“Selamat pagi, Kyoko-chan, Jane-chan” sapa dari arah lain lagi terdengar.
Kyoko menoleh pada sumber suara tersebut.
“Selamat pagi Shine” balas Jane lebih dulu daripada Kyoko yang menyadari sapaan itu berasal dari Shine. Gadis bersurai silver ungu pucat, dan berpakaian ala detektif itu.
“Oh.. selamat pagi Shine-chan~” disusul Kyoko, serta bola yang melambung melewati Kyoko, “Ah! Shine-chan awas!” peringatan akan bola yang melambung itu kepada Shine.
Namun dengan sigap Shine menangkap bola itu dengan kedua tangannya, “whop! Hampir saja..”
“Ah.. untung saja..” ucap Kyoko lega.
“Apa yang sedang kalian mainkan, nee?” ucap Shine sembari memutar-mutar bola ditangannya.
“Aku hanya menemani Kyoko bermain bola” ucap Jane dengan senyumnya.
“Bermain bola?” ucap Shine dengan nada sedikit herannya.
“Iya, bermain bola, Shine-chan” ucap Kyoko antusias.
“Pfft.. kau pasti bercanda? Ada yang lebih asik dibandingkan hanya lempar tangkap seperti itu, nee..” Bola yang semula berada dikedua tangan Shine berubah fungsi seketika menjadi bola basket, saat Shine mulai memantulkan bolanya pada tanah, “contohnya seperti ini, dan.. shoot!” kedua tangan Shine dengan lihainya menembak bola tersebut, seakan terdapat Ring dihadapannya. Tapi..
Bola itu jatuh, dan menghilang kedasar tebing. Sekejap suasana pun menjadi hening.
“Tembakan yang bagus, Shine, hihi” tukas Jane dengan santainya, dan sedikit mengandung sindiran dari nadanya.
“Ah.. maaf…, aku lupa ini diatas tebing.” senyum canggung tampak diwajahnya.
Emerald merah Kyoko hanya meratapi kepergian bolanya yang baru saja dimiliki, “Kyoko rasa, Kyoko lebih menyukai permainan lempar tangkap desu..,”
“Ehehe, sudahlah Kyoko, kita bisa membelinya lagi nanti bersama, oke?” rayu Shine.
 “Ngomong-ngomong ada perlu apa kau kesini Shine?” potong Jane dengan mengajukan pertanyaan kepada Shine.
“Ah! Iya.. Aku hampir lupa. Mori menyuruhku untuk mengumpulkan seluruh anggota Guro di aula kastil pagi ini. Akan ada misi besar yang harus kita jalankan, nee..”
.
.
“………”
.
.
“..Ee? Tunggu.. Pagi ini?? Itu berarti sekarang?! Ya ampun! Apa yang kalian lakukan?! Cepat berkumpul ke aula sekarang deshou!” ujar Shine yang menjadi panik tiba-tiba.
“Huh?” respon Jane terhadap kepanikan Shine.
“Misi besar? Misi apa itu, Shine-chan?” disusul Kyoko.
“Cepat bergegas anak-anak!” dengan cepat kedua tangan Shine menarik kain baju yang dikenakan Kyoko dan Jane tanpa mengindahkan pertanyaan-pertanyaan dari mereka.
“Shi-Shi- Shine-chan yukata Kyoko! Yukata Kyoko!” pekik Kyoko. Kebalikan dari Jane, justru wanita ini pasrah tubuhnya ditarik oleh seniornya.


Tak lama kemudian, seribu langkah dari ketiga gadis ini terdengar menggema di aula kastil Guro. Mereka sangat terburu-buru, namun sesampainya mereka pada Aula itu. Pemandangan diluar ekspetasi, justru aula ini kosong, belum ada satupun anggota lain yang berkumpul.
“…Etto.., tidak ada orang disini?” respon Kyoko saat melihat seisi aula kastil.
“Apa yang dilakukan Mori disaat penting ini? Kemana dia? Dan kemana yang lainnya?!” gumam Shine. “Seharusnya mereka ada disini sekarang, apa mereka terlambat? Yang benar saja,” lanjut celoteh Shine.
“Entahlah.. apa mereka mati?” sikap itu memang menjadi ciri khasnya, dia tidak pernah menganggap semua serius, penuh lelucon dan gurauan, itulah Jane.
“I-itu tidak mungkin, Jane-chan!” jawab Kyoko dengan polosnya terhadap basa basi Jane itu.
“....” Shine menghiraukan pembicaraan mereka, seakan tau apa yang mereka bicarakan berikutnya.
Tiba-tiba pintu utama aula kastil Guro terbuka lebar dengan kerasnya. Menimbulkan suara hentaman yang keras sehingga ketiga gadis itu terhening dan beralih pandangan pada sosok yang membuka pintu itu.
Kinagashi berwarna merah bata yang hampir senada dengan rambutnya, dengan jubah yang membalut diluar kinagashi pria itu. Tak salah lagi, pria itu adalah Rei. “Hee? Hanya kalian?” begitulah Respon Rei saat melihat para anggota yang berkumpul hanya terdiri dari 3 orang saja.
“Seperti yang kau lihat deshou” raut wajah Shine sedikit menampakkan rasa kesal.
“Baiklah, mau bagaimana lagi..” sosok itu kemudian melangkah melewati ketiga gadis itu.
Ketiga mata gadis itu hanya memperhatikan gerak gerik pria itu.
Tap!
Gemaan alas kaki Rei yang menaiki sebuah balok kayu −membuat dirinya berdiri lebih tinggi dibandingkan lainnya terdengar. “Yo!” ia berbalik setelah itu, “Wahai seluruh anggota Guro, Fujiwara Rei, sang Rokkie Guro, berdiri disini untuk mewakili pesan dari ketua” seru Rei walaupun pendengarnya hanyalah ketiga gadis tersebut.
 “Malam ini persiapkanlah diri kalian untuk misi besar yang akan kita hadapi. Misi ini merupakan misi yang sangat berbahaya, ahh.. kalian sudah terbiasa dengan kata ‘sangat berbahaya’ itu bukan? Baiklah, bagaimana jika itu kuganti ‘dapat menghilangkan nyawa kalian’?”
“Kau terlalu banyak basa basi, cepat katakan saja apa misinya!” ucap Shine yang sudah kehilangan kesabarannya.
“Ahh.. kau mengganggu saja, Nee” protes Rei. “Baiklah.., misi kita kali ini adalah, berburu harta karun.”
.
.
.
“Hanya berburu harta karun?” respon Jane.
“Ya.. tapi, berburu harta karun ini bukan seperti yang kau pikirkan nona,” Rei menyeringai, “Yang ikut serta akan misi ini akan diberangkatkan ke Negara Mesir, dengan kendaraan khusus tentunya, jadi.. siapa yang akan ikut serta? Dan.. mengingat soal kendaraan kita yang tidak dapat menampung lebih dari 10 orang, jadi.. mantapkanlah keputusan kalian, karena yang ikut misi ini, harus benar-benar siap kehilangan nyawa.” Senyum ‘manis’nya kini yang menghiasi wajahnya.
“Huh? Kau pikir ada berapa banyak anggota kita? Tentu, aku ikut deshou.” tegas Shine.
“Hee.. Itu baru Nee-sama kesayanganku” ucap Rei dengan logat khasnya.
“Kyo-Kyoko ikut,” ucap Kyoko, walaupun sempat ada nada keraguan disitu.
Rei menoleh tepat kearah Kyoko, “Kau yakin, nona?”
“Uh.., Ya! Kyoko yakin desu, jika bersama teman-teman Kyoko yakin!” ucap Kyoko yang tiba-tiba berubah menjadi antusias.
Kekehan kecil yang menjadi respon Rei itupun terdengar, “Baiklah, lalu?” manik hijau itu melirik pada sosok gadis surai dan mata berwarna hitam yang berdiri tepat dihadapannya, Jane.
Maksud tatapan mata pria itu dimengerti Jane, “Negeri Mesir ya? Aku tidak ikut, itu merepotkan”, jawab Jane.
“Hhh.. Baiklah, yang ikut serta harap berkumpul diatap saat matahari terbenam,” Rei kembali turun dari ‘panggung’ kecilnya itu, tanpa sebuah pidato penutup. Dan sosok itu berjalan meninggalkan aula.
“Tunggu!” suara Shine menghentikan langkah Rei. “Bagaimana dengan yang lainnya?” lanjut Shine,
“Tenang, ketua sudah mengurusnya..” jawab Rei semenanya sembari melanjutkan langkahnya. Dan menghindari perdebatan yang akan datang dari tuannya itu.
“Hah! Lalu apa maksud ketua menyuruhku untuk mengumpulkan seluruh angggota?! Hey budak kemari kau! Cepat jelaskan apa maksud ketua?! Dan kemana dia!” dan benar saja apa yang diperkirakan Rei. Dua sosok itu meninggalkan aula, menyisakan Kyoko dan Jane disitu, mereka hanya terdiam menatap kelakuan Rei dan Shine.
.
.
.
.
“Kalo begitu,” ucapan Jane memecah kesunyian diantara mereka, “semoga sukses ya nanti malam, sampai jumpa, Kyoko.” ucap Jane tanpa basa basi dan kemudian meninggalkan Kyoko.
“Eh? Ba-baik, terima kasih Jane-chan” Dan akhirnya hanya Kyoko sendiri yang berada di aula itu.

Matahari mulai terbenam. Tiba saatnya bagi seluruh anggota Guro berkumpul ditempat yang dijanjikan sebelumnya. Kendaraan khusus yang akan membawa mereka ke tujuan tiba tepat pada waktunya. Helikopter besar mendarat tepat dihadapan mereka, namun bukan Helikopter biasa yang menjadi kendaraan anggota geng Guro saat ini, kendaraan ini telah dimantrai khusus agar dapat sampai ketempat tujuan dengan cepat, ya.. kendaraan ini lah yang akan membawa mereka melewati waktu.
Seluruh anggota segera bergegas memasuki kendaraan itu tanpa membuang waktu lebih lama lagi, dengan paduan dari sang wakil dan rookie Guro. Tidak ada yang menanyakan kenapa ketua tidak tampak lagi didalam misi penting ini? Mungkin itu sudah menjadi hal biasa oleh mereka.
Dan dalam kecepatan penuh mereka pun berangkat menuju Negara yang jauh itu, Mesir.
Piramida yang menjadi tempat penyimpanan ‘Lumbung Emas’ itu lah target mereka. Dan tepat tengah malam Helikopter itu tiba ditujuan. Seluruh anggota pun keluar. Suasana sekitar Piramida terlihat sepi dan gelap, mereka tidak menyadari dari kegelapan sana terdapat beberapa pasang mata yang mengawasi mereka. Sepertinya mereka terusik dengan kedatangan Guro.
 “Biar kuperingatkan pada kalian, didalam Piramida ini terdapat kekuatan roh yang menjaga harta dari sang legenda Fir’aun, kita tidak tau apa kekuatan roh ini, jadi berwaspadalah kalian..” tegas Rei kepada seluruh anggota Guro. Rei memimpin ‘pasukan’ misi ini.
“Periksa barang bawaan kalian, jangan lupakan senter, makanan, minuman, perlengkapan obat-obatan, dan beberapa amunisi lainnya. Dan ingat, senjata yang kalian bawa, gunakanlah dengan bijak, jangan ada penyerangan brutal, gunakanlah untuk melindungi diri.” lanjut instruksi yang diberikan dari Arthur, wakil ketua Guro.
Masing-masing anggota pun memeriksa tas mereka. Mereka tidak merasa takut ataupun gugup, kecuali Kyoko. Hal yang maklum bagi seseorang yang baru pertama menjalankan misi, namun Kyoko tetap menyembunyikan perasaan gugupnya itu.
“Yosh! Kyoko siap!” Helaan nafas untuk menenangkan diri sedikit terdengar ditengah-tengah ucapannya itu.
“Hati-hati Kyoko-chan, disini gelap, kau bisa terjatuh nee.. yah walaupun bulan malam ini tampak penuh” Shine berdiri tepat dibelakang Kyoko.
Emerald merah itu pun menghadap pada sang Luna yang bersinar penuh itu, “Shine benar.. bulannya tampak terang desu..” namun karena pantulan sinar itu, emerald merah dari Kyoko tampak menyala, pemandangan itu tidak sengaja terlihat oleh Shine. Namun Shine tetap menghiraukannya, mungkin itu memang warna mata Kyoko, begitulah dipikirannya.
Sepasang mata yang sedari tadi mengawasi mereka perlahan menghilang, suasanapun berubah. Aura negatif mulai menyebar, dan pertama kali dirasakan oleh Kyoko. Karena Kyoko yang memiliki insting inu, “sepertinya ada yang mendekat kesini” ucapan Kyoko menghentikan beberapa aktivitas anggota lainnya.
Hal yang mendekat, sebuah pasukan, atau kekuatan Roh yang konon melindungi Piramida, entahlah? Gelapnya malam ini membuat mereka kesulitan melihat dalam jarak jauh. Meskipun terdapat sinar Bulan.
Cklek!
Sebuah revolver berwarna hitam legam dikeluarkan oleh gadis bersurai silver keunguan itu, senjata andalan Shine, “Hnn?? Manusia lain kah?” ia bersiaga dengan revolver itu.
Kyoko menyorot lampu senter −yang dibawanya sedari tadi− pada sumber suara gemuruh yang ada dihadapan mereka.
“…?!”
.
.
“GRAAA!!”
Sebuah kapak melayang diudara, mendekat kearah Kyoko dan Shine tentunya,
“Shi-Shine-chan awas!”
“Wowowow!”
“Kyoko! Shine!” teriak Arthur.
Beruntung kedua gadis itu memiliki reflek yang bagus sebelum kapak itu menancap ditubuh mereka. Kyoko berhasil menghindari dengan melompat ketempat yang aman, sedangkan Shine bergeser dengan cepat kesisi yang lain, “itu tadi berbahaya tuan” ucap Shine sembari mengarahkan bidikannya kearah musuh itu.
DAARR!
Dan bidikan itu tepat mengarah kekepala mahluk itu, “RRGGHHH” satu mahluk tumbang. Tindakan mereka pun semakin brutal saat mengetahui salah satu temannya mati. Mereka bukan pasukan manusia, melainkan..
“Anubis!” teriak Kyoko, “mereka pasukan Anubis,” peringat Kyoko. Seluruh anggota pun berwaspada.
“Kyoko, tetap didekatku” ucap Shine, “etto? Apa kau tidak membawa senjata apapun, nee?” Shine menyadarinya saat Kyoko terlihat gugup.
“Se-senjata? Kyoko tidak punya senjata, tapi Kyoko punya tenaga dalam desu” ucap Kyoko disertai senyumnya yang canggung.
“Yang benar saja..” seekor Anubis mendekatinya, hendak meluncurkan serangannya dengan sabit, namun serangannya berhasil digagalkan oleh kesigapan Shine dalam bertarung menggunakan revolvernya, beberapa tehnik bela diri juga diterapkannya, Shine berhasil menumbangkan dua anubis.
“Aaa! Lepaskan!” lengkingan suara Kyoko terdengar setelah itu. Diluar perkiraan beberapa Anubis ada yang muncul dari belakang mereka, dan salah satunya menangkap Kyoko.
“Kyoko!” Shine berniat melepaskan Kyoko dari anubis itu, tapi Anubis lain sudah berdatangan mendekatinya. Tak hanya mendekatinya Anubis itu juga menangkap Shine, “Kyaaa! Lepaskan aku anjing bodoh!!” teriak Shine, Shine berusaha melepaskan dirinya namun nasib buruk menimpanya, revolver miliknya terlempar karna salah satu Anubis yang menyerangnya, “Revolverku!!”.
Hanya senter satu-satunya pegangan Kyoko, tanpa pikir panjang Kyoko menggunakan ‘senjata sementara’ nya itu untuk melepaskan diri, “Ugh!” Kyoko menancapkan senter itu pada mata Anubis, membuat Anubis yang menangkapnya kesatikan,
“GRAA!”
“Shin- Agh!” baru saja ia melepaskan diri, sudah kembali ditangkap oleh Anubis lain.
Rei bertindak cepat, dengan brutalnya ia menyayat beberapa Anubis didepannya, “Nee, cepatlah!” Kuroitsu Rei juga berhasil menebas kepala Anubis yang menangkap Shine. Shine pun bebas dari belenggu Anubis itu.
Suara tembakan lain terdengar yang tak lain dari Arthur. Arthur juga bertarung dengan senjata andalannya.
Dar!
Kepala Anubis yang menangkap Kyoko berhasil ditembak oleh Arthur,”kau tidak apa-apa, Kyoko?”.
“Terima kasih Arthur-san” Kyoko tidak menyangka pria yang pertama ia temui bersikap dingin ini ternyata memiliki sisi lain, “Hati-hati Arthur-san! Yang lain mendekat!”
Arthur kembali menembaki beberapa Anubis yang mendekat, “tetap dibelakangku Kyoko”.
“Pintu Piramida terbuka! Cepat masuk kedalam Piramida, ini hanya membuang tenaga kalian, ayo lari!” Rei berteriak memperingatkan anggota lain.
“Yang benar saja, Hyaaa!!” Shine berlari sembari menembaki semua Anubis secara brutal.
“Agh!” Arhur terjatuh karena sesuatu menahan kakinya, “tangan?” dan tak lama kemudian beberapa mumi muncul dari dalam tanah, “Mu-mumi?” beberapa mumi pun bermunculan menyusul para Anubis yang datang mendekat.
Rei dengan sigap membelah mumi tersebut, “Ayo Ar,” ucap Rei sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Ar berdiri, “aku akan menahan mereka darisini, kau dan yang lainnya cepat lari.”
“Kau yakin Rei?”
“Hyaaah!” Rei tidak menjawab pertanyaan Arthur, melainkan kembali menyerang para Anubis dan mumi secara brutal.
“Hoy! Arthur, Rei cepat masuk, aku tidak bisa menahan para Anubis ini lama-lama” ucap Shine sembari menembaki para musuh. Dibelakangnya, Kyoko berdiri mengkhawatirkan yang lainnya.
“Ayo! Rei-san” Kyoko berteriak memanggil Rei yang masih jauh diluar Piramida itu.
Arthur berhasil masuk, “pintu akan tertutup, sial, Rei! Pintu Piramida akan tertutup, cepatlah!” Rei masih disibukkan dengan para mumi dan Anubis yang menyergapnya.
“Cih! Siaal! Mati kalian semuaaa!” teriak Rei, namun segala usahanya tidak berhasil, Pintu Piramida pun tertutup.
“Rei-san!” teriakan Kyoko terdengar disela-sela waktu pintu itu tertutup.
Ruangan dalam pun menjadi gelap, tidak ada yang tau apa yang telah menimpa Rei diluar sana,
“Sial!” Shine hendak menarik pelatuk granat yang ia bawa didalam tasnya, ia berniat menghancurkan pintu Piramida yang tertutup itu, namun sebelum niatnya itu terlaksana, Arthur segera menghentikannya, “jangan Shine, ledakannya bisa menghancurkan Piramida ini”.
“Cih!”
“Tidak apa-apa, Rei pasti baik-baik saja, Kyoko yakin itu” ucap Kyoko dengan tenang.
“Sekarang tujuan kita adalah harta karun, fokuslah pada hal itu.” Disusul ucapan Arthur.
Dihadapan mereka saat ini adalah lorong gelap yang panjang dengan obor kecil sebagai penerangan disisi kanan kiri dindingnya. Mereka pun menelusuri lorong tersebut, sampai akhirnya ujung lorong itu ditemukan.
“Tangga?” suara Shine menggema didalam lorong itu.
“Sesuatu mendekat..” potong Kyoko, saat insting inunya merasakan kehadiran mahluk lain. Shine dan Arthur pun bersiaga.
“Anubis kah? Mumi kah?” gumam Shine.
Suara derik perlahan terdengar menuruni tangga tersebut,
“Ular?” tukas Arthur.
“Kalajengking raksasa!” ucap Kyoko saat melihat seekor kalajengking raksasa mendekatinya. Kyoko dan yang lainnya segera mundur menjauhi tangga itu.
“Cih! Kita ambil jalan lain saja!” ucap Shine.
Namun sebelum mereka berbalik beberapa kalajengking raksasa lainnya sudah memenuhi lorong.
“Kita terkepung..” ucap Arthur.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” ucap Kyoko yang sudah mulai panik.
“Mau tidak mau kita harus melawannya deshou!” ucap Shine sembari menembaki salah satu ekor Kalajengking, tapi peluru Shine tidak mempan pada tubuh Kalajengking itu.
“Tempurung?” gumam Shine, “Sial, tubuhnya seperti dilapisi baja anti peluru, kalau begini terus..”,
JLEB![?]
Tiba-tiba sebuah panah menancap tepat pada ekor salah satu Kalajengking raksasa itu, membuat Kalajengking itu marah dan berubah sikap menjadi liar, ia berdiri layaknya manusia seakan ingin menerkam mangsanya.
“Kyaaa!”
Tapi sebelum kalajengking itu menapakkan kaki-kakinya, panah kedua melesat kambali menembus bagian bawah Kalajengking itu. Dan Kalajengking itu pun mati.
“Ee?” Kyoko, Arthur, dan Shine dibingungkan dengan panah yang datang itu berasal.
.
.
.
 “Yo semua! Tsu datang, hahaha” ucap sosok pria dengan wajah berbinarnya.
“Tsu?!” Shine terkejut
“Hee?” respon Kyoko bingung terhadap pria ini.
“Heh” Arthur hanya tersenyum menyambut kedatangan Tsu.
Ya Tsu, anak laki-laki dengan surai biru tua, dengan wajah feminim yang khas, senyumnya adalah senyum yang paling murah dianggota Guro, dan dia satu-satunya pemanah dianggota Guro.
“Apa semua baik-baik saja?” walaupun ia laki-laki, tetapi suaranya tidak seberat laki-laki. Laki-laki Shota? Tentu saja bukan. Dia banci? Tidak juga, itu memang ciri khasnya.
“Ya..” Kyoko menjawab.
TAP!
Tiba-tiba sosok pria lain mendarat dihadapan mereka, pria dengan surai putih dan hakama putih dengan corak abu-abunya, kedua tangannya menggenggam sebuah Katana dengan warna yang seragam dengan Hakamanya, dan..
SYUT![?]
Katana itu diayunkannya sehingga mengeluarkan sebuah kekuatan yang membuat seluruh Kalajengking itu terpental.
“Mori?” ucap Arthur terkejut.
“Mo-mori-sama?” begitu juga Kyoko.
“Mori?! Tunggu? Kenapa kau? Ahsudahlah!” disusul Shine.
Ya, Mori ketua Guro datang bersama Tsu entah darimana, “Sepertinya kekacauan telah terjadi, maaf aku datang terlambat” ucap Mori sembari tersenyum menghadap mereka bertiga.
“Apa-apaan senyum itu nee?! Rei sepertinya sudah mati diluar sana, dan kau tidak tau bagaimana repotnya kita melawan para Anubis dan Mumi itu diluar sana? Dan kau?! Darimana kau masuk?!” Shine mulai meledak.
Namun Mori tetap tersenyum, “baiklah maaf.. maaf.. tapi sebaiknya kalian bergegas sebelum kalajengking itu kembali, aku akan menahan mereka disini, kalian segera naik kelantai 2. Tsu, kau ikut mereka.” Ucap Mori tenang.
“Baik ketua!” ucap Tsu sembari tersenyum lebar, “baiklah semua, ayo kita berjuang! Kita selesaikan misi ini” lanjut Tsu dengan semangat.
“Baik, terima kasih, Mori.” Disusul Arthur.
Arthur, Shine, dan Tsu pun berlari menaiki tangga, kecuali Kyoko. Kyoko mengkhawatirkan sang Ketua yang bertarung sendirian disitu.
Beberapa Kalajengking secara bertahap berdatangan, dan semakin banyak. Mendekati dan mengepung Mori.
“Kyoko? Apa yang kau lakukan?” Shine menyadari Kyoko yang masih berdiri dibawah sana, “Hoy Kyoko!” Shine mencoba memanggil Kyoko sekali lagi.
“Gawat teman-teman! Kalajengking itu datang darisini juga!” teriak Tsu yang kini dihadapkan dengan 2 ekor kalajengking raksasa. Hal itu mengejutkan Shine dan Arthur, tak terkecuali Kyoko dan Mori dibawah sana.
“Sial! Aku akan menyusul Kyoko dan Mori dibawah, kalian berdua hadapi 2 kalajengking itu!” sigap Shine segera menuruni tangga.
“Tidak ada pilihan lain” Arthur pun mengeluarkan senjata keduanya, “Tsu panah Kalajengking itu seperti tadi”,
“Ta-tapi itu akan berbahaya jika ia mengamuk?”
“Lakukan sekarang, Tsu” tegas Arthur.
“A..aa.. baiklah! Bersiaplah!” Tsu memanah ekor Kalajengking itu seperti saat pertama kali ia muncul.
Dan Kalajengking itu melakukan respon yang sama, berdiri seakan hendak menerkam mereka. Rantai milik Arthur dengan cepatnya mengikat dan menghentikan pergerakannya.
“Yosh! Dengan begini Kalajengking itu akan mudah ditusuk jantungnya!” antusias Tsu. Segera Tsu melesatkan panah keduanya, tapi mereka berdua lupa akan keberadaan Kalajengking lainnya. Kalajengking itu hendak menusuk Tsu dengan bisanya.
Arthur menyadari hal itu, “Tsu, disampingmu awas!”
“Apa?” Tsu terlanjur melesatkan panah itu, namun panah tersebut tidak melesat pada kalajengking yang ditahan oleh Tsu, melainkan melesat kearah lain. Karena pergerakan Tsu yang menghindari tusukan bisa tersebut, “Hwaah!”
Panah tersebut menancap pada atap bebatuan yang rapuh. Dan tidak dapat dihindari, bebatuan runtuh dari atas mereka.
“Sial..” Arthur dengan sigap melepaskan rantainya untuk menghindari reruntuhan batu itu. Arthur selamat, disisi lain, kalajengking pertama mati karena tertindih bebatuan tersebut. Tapi disisi lain, kelajengking kedua masih hidup dan menyerang Tsu. Tsu memang cepat dalam pertarungan jarak jauh, tapi jika dipertarungan jarak dekat, Tsu tidak ada apa-apanya. Tsu terkena bisa racun dari Kalajengking tersebut.
“Maaf Arthur, sepertinya aku hanya sampai disini saja” ucapnya dengan tersenyum.
“Tsu?!”
.
.
.
.
Sementara itu dibawah.
“Mori-sama! Apa kau tidak apa-apa?!” ucap Kyoko saat mendapati Mori terluka karena pertarungan dengan beberapa kalajengking yang mengepungnya.
“Apa aku terlihat baik-baik saja, Kyoko-san?” ucapnya dengan tersenyum, walaupun nafasnya saat ini sedang terengah-engah.
“Ma-maaf..”
Shine datang dan segera membidik beberapa kalajengking yang mendekat, “Hoy Mori, dasar kau ini ceroboh, ayo cepat kita lari, ini tidak akan ada habisnya”
“Kalian larilah, aku akan melawan mereka” lengannya terluka karena sabitan dari ekor kalajengking itu, dan tenaganya pun hampir habis jika didengar dari nafasnya yang tidak teratur.
“Kau ini! Bukan saatnya bertindak sok pahlawan bodoh!” Shine segera menuntut tubuh Mori untuk berjalan menaiki tangga.
“Maafkan Kyoko, Shine, Kyoko tidak berguna disaat seperti ini, seharusnya Kyoko tidak ikut misi ini dari awal seperti Jane-chan, Kyoko tau, Kyoko akan merepotkan yang lainnya” ucap Kyoko dengan perasaan menyesal.
“Ini bukan saatnya kau menyesali itu Kyoko, sekarang bantu aku, aku akan melindungi kalian dari belakang,” ucap Shine.
“Ba-baik..” Kyoko segera menggantikan Shine menuntun jalan Mori.
DAR! DAR!
Dan suara tembakan pun terdengar dari belakang, “Amunisiku tinggal sedikit, kalo seperti ini, kita tidak akan bisa keluar. Cih..”
Shine kembali membantu Kyoko menuntun jalannya Mori agar lebih cepat.
.
.
.
Arthur berhasil membunuh kalajengking kedua itu dengan pistol dan rantai miliknya, tenaganya juga sudah sedikit terkuras, “Tsu?” Arthur berusaha menghentikan peredaran racun didalam tubuh Tsu. Tapi tak ada pergerakan sama sekali dari Tsu.
“Sial.. kenapa kau bisa gugur secepat ini, Tsu” gumam pelan Arthur.
“Tsu! Arthur!, kalian tidak apa-apa?” teriak Shine dari sisi lain.
Pemandangan yang tidak menyenangkan bagi mereka bertiga. Terutama Mori. Sebagai ketua pasti ini adalah beban yang berat, karena tanggung jawabnya dalam menjaga seluruh anggotanya gagal.
“Oh tidak.. apa yang terjadi dengan Tsu?” Shine langsung berlari menyusul Arthur dan tubuh Tsu yang tergeletak ditangga.
“Cih.. kita harus cepat mengobatinya” Shine segera mengambil beberapa obat-obatan dari tasnya. Tapi usaha itu dihentikan oleh Arthur, “Jangan, Shine.. jangan sia-siakan obat-obatanmu itu. Racunnya sudah menjalar, sudah terlambat untuk mengobati Tsu” ucap Arthur dengan tenang.
Shine terdiam sementara, seakan rasa menyesal menghantui dirinya, ia menundukkan kepalanya, “Maafkan aku Tsu” Shine sedikit menampakkan ekspresi geram sekaligus kesal diwajahnya.
Tidak hanya Shine, Mori, Arthur, bahkan Kyoko, semuanya bersedih disana.
“Pertama Rei, sekarang Tsu, selanjutnya jangan ada yang gugur!” ucap Shine dengan tegas. “Baiklah, mari lanjutkan perjalanan lagi” lanjut Shine sembari kembali melangkah menaiki anak tangga itu kembali. Disusul dengan yang lainnya.
5 menit mereka menaiki anak tangga itu, sampai mereka bertemu dengan ujung anak tangga tersebut. Sebuah gerbang tertutup dengan kunci khusus. Kunci yang memiliki teka-teki khusus.
“Apa ini?” Tanya Arthur.
Shine mendekati kunci tersebut, ia memperhatikan setiap detail kunci tersebut, “kunci ini dibuka dengan puzzle” begitulah Shine menyimpulkannya dengan insting detektifnya.
Puzzle?” sahut Kyoko.
Shine mengarahkan Revolvernya menuju kunci tersebut, dan..
DAR!
Shine menembaki kunci tersebut. Sontak seluruhnya reflek menutup telinga mereka.
“Apa yang kau lakukan Shine?” Arthur terheran dengan tingkah Shine.
“Maaf, aku kira kunci ini sudah tidak berfungsi, ternyata dugaanku salah, kunci ini masih berfungsi oleh puzzle itu” ujar Shine kembali menelitinya.
“Jadi permasalahannya sekarang, hanya menebak puzzle apa yang terpasang itu?” ucap Mori.
“Kita harus menyusunnya.., etto apakah seperti ini..?” Shine membolak-balikkan beberapa pola aneh yang ada digerbang itu menjadi sebuah bentuk. Setelah itu mereka menunggu reaksi gerbang tersebut.
“…….”
“….”
“Tidak terjadi apa-apa?” ujar Arthur.
“..?!” namun lagi-lagi Kyoko menampakkan ekspresi yang membuat orang disekitarnya terkejut.
“Ada apa Kyoko-san?” ucap Mori yang menyadari pertama perubahan ekspresi Kyoko itu.
Tubuh Kyoko bergemetar, ucapan Kyoko pun sedikit terbata-bata, “Ss-se.. sesuatu yang sangat banyak mendekat kemari,” begitulah ucap Kyoko.
“Apa?!” begitulah respon Shine terhadap pernyataan Kyoko. Shine dan yang lainnya pun segera waspada.
“Sepertinya kunci itu membuka gerbang lain, Shine” ucap Mori dengan tenang, “aku akan menahan mereka kembali. Susun puzzle itu dengan benar, jika susunan itu salah, gerbang lain akan terbuka” begitulah ucapan Mori.
“Huh? Sial!” Shine dengan sigap berpikir dengan cepat.
“Aku akan membantu ketua” Arthur berdiri disisi Mori.
“Bau darah Rei-san” suara Kyoko terdengar bergetar, “Mereka mumi dan Anubis yang menyerang Rei dari luar sana” panik Kyoko semakin menjadi.
“Sial, jadi gerbang luar terbuka?!” Arthur berusaha tenang. Begitu juga dengan Mori.
Dan benar firasat Kyoko itu, Anubis tampak kembali dihadapan mereka.
“Khh! Shine cepat mereka datang!” Arthur segera menyerang Anubis tersebut. Disusul mumi yang datang, dan mumi itu segera dihadang oleh Mori.
“Haah! Aku mengerti, aku mengerti! Tenanglah!” Shine segera berpikir tenang dengan kemampuan ‘istimewa’nya. Ya ini adalah keistimewaan lain dari Shine, selain pintar bela diri dan menggunakan Revolver, gadis ini juga memiliki IQ diatas rata-rata. Itu sebabnya Shine menjadi salah satu anggota inti dari Guro, dan menjadi tuan dari sang Rookie Guro, Fujiwara Rei. walaupun Shine hanyalah manusia biasa.
Kyoko hanya terdiam disana, memandang Mori dan Arthur yang bertarung, dan Shine yang disibukkan dengan teka-teki gerbang tersebut, “apa yang harus Kyoko lakukan? Kyoko tidak tau harus berbuat apa? Kyoko tidak ingin menggunakan kekuatan itu” batin Kyoko terus berteriak.
“Ketemu!” teriak Shine tiba-tiba, tanpa memperpanjang waktu lagi, Shine segera menyusun puzzle tersebut, dan gerbang itu akhirnya terbuka.
“Yosh! Berhasil!, cepat semua masuk!” Shine segera berlari memasuki gerbang, “Kyoko ayo!”.
“Uh.. ba-baik, Mori-sama, Ar-san?” Kyoko menunggu mereka berdua.
Arthur tanpa pikir panjang langsung berlari sembari menarik tangan Kyoko memasuki gerbang tersebut. Tinggal Mori yang belum masuk.
“Mori cepatlah!” Shine berteriak pada Mori, kejadian serupa dialami kembali, gerbang itu perlahan mulai menutup.
“Mori! Gerbangnya!” Shine kembali berteriak, suaranya bisa saja habis karena ia berteriak terus menerus.
“Tidak.. jangan lagi..” batin Kyoko. Tubuh Kyoko seakan bergerak sendiri, melangkah maju hendak menyusul Mori, tapi tingkahnya dengan sigap segera dihentikan oleh Arthur,”Tidak Kyoko! Kau tetap disini!” tegas Arthur.
“Akh!” tubuh Kyoko sedikit terhentak karena genggaman kuat dari Arthur, “Heichou!” teriak Kyoko
“…. Orang itu” Shine pasrah akan sikap keras kepala dari Mori.
Mori hanya berbalik sembari menampakkan senyumnya sebelum gerbang itu tertutup, menatap mereka penuh antusias, dan gerbang pun tertutup.
Semua terdiam. Kini hanya bertahan 3 orang itu. Shine, Arthur, dan Kyoko. Tidak ada yang tau apa yang menimpa Mori diluar sana.
“Cih.. “ tanpa berkata apapun Shine kembali melangkah kedepan.
Air mata Kyoko mulai berlinang disitu, rasa takut, sekaligus sedih menghantuinya. Arthur yang mengetahui itu langsung menenangkannya, “jangan sia-siakan pengorbanan mereka, ayo Kyoko” Arthur mengulurkan tangannya kepada Kyoko.
“Ung..” Kyoko mengangguk, dan menyambut uluran tangan tersebut.
Mereka sampai pada lantai 2 Piramida ini. Sebuah ruangan yang sangat besar serta beberapa tumpukan emas menyambut mereka. Lumbung Emas Fir’aun. Mereka sudah sampai pada tujuan mereka.
“Kita sudah sampai tempat ini, tetapi kenapa perasaanku tidak puas?” gumam Shine.
“Akhirnya kita sampai,” ucap Arthur tanpa rasa senang sekalipun.
Begitu juga Kyoko. Ia tidak memiliki nafsu sama sekali terhadap emas disekelilingnya.
Semua terdiam ditempat itu, hening. Mereka menyadari ada sesuatu yang kurang dari semua ini.
.
.
.
“Baiklah, kalian masih punya tempat kan diransel kalian? Kita ambil emas ini secukupnya” ucap Shine memecah kesunyian.

Manusia, apa yang kalian lakukan dilumbungku?” sebuah suara menggema diruangan itu.
Arthur, Shine, dan Kyoko segera waspada.
“Maaf, Kyoko tidak menyadari keberadaan mahluk itu” ucap Kyoko pelan.
“Apa?” respon Shine, “mahluk?”
“Penjaga Lumbung ini” Arthur langsung menyimpulkan.
“Bukan, lebih tepatnya pemilik Lumbung ini” Kyoko memperjelas.
“Fir’aun?!?” Arthur dan Shine serontak kaget.
“Kekuatannya lebih besar dibandingkan pasukan sebelumnya” lanjut Kyoko.
“Cih..”
“Mati saja..”
“Yang benar saja..” Shine segera berlutut ditempatnya, hal itu mengejutkan Arthur dan Kyoko, “Apa yang kau lakukan?” Tanya Arthur.
“Wahai Mumy yang agung, kami disini hanya menyelidiki tentang kemegahan dan keajaiban yang ada diistanamu ini.. Akankah engkau mengijinkan?” seru Shine didalam ruangan itu.
“Hee?” respon Arthur.
“Etto” disusul Kyoko.
Dan sosok dengan tubuh besar itu pun muncul dihadapan Shine. Arthur dan Kyoko sedikit terhentak kebelakang.
“Ga-gawat..” gumam Kyoko, merasakan bahaya yang akan datang, “Shine cepat menjauh darisitu!” teriak Kyoko.
Tapi semua itu terlambat, “AKH!” pekik Shine saat disadari tubuhnya tercekik oleh Mumi besar itu, Fir’aun.
“Shine!” Arthur segera mempersiapkan dirinya untuk melepaskan Shine.
“Yang paling kuat disini harus mati lebih dahulu” ucap Fir’aun yang kemudian melemparkan tubuh Shine jauh kebelakangnya.
“Shine-chan!” teriak Kyoko
“Cih” Arthur dengan segera membidik kepala mumi besar itu, namun tak disangka, peluru yang menembus kepalanya kembali  dikeluarkan dari kepalanya itu, dan seketika luka bekas tembakan itu pulih.
“GRAAAA!!!” Mumi besar itu mulai marah, ia membangkitkan beberapa Anubis didekatnya, “Serang mereka!!” perintah sang induk kepada tentara bawahannya.
“Kenapa harus dihadapkan dengan Anubis ini lagi?!” protes Kyoko.
“Kyoko, tetap dibelakangku,” para Anubis pun menyerang mereka berdua, Arthur bertahan dengan sisa peluru terakhirnya dan rantai pengikatnya. Sementara Kyoko berlindung dibelakangnya.
Namun siapa sangka, mumi datang menyergap Kyoko dari belakang, “Uhp! Unggh!!!”
Reflek Arthur berbalik setelah menyadari beberapa mumi muncul dari belakangnya, dan salah satu mumi itu berhasil menangkap Kyoko, “Sial..” Arthur segera menyerang mumi-mumi itu, tapi serangan dari Anubis juga datang dari depannya, sebuah tendangan diluncurkan kearah Arthur, dan Arthur pun terhempas jauh kebelakang.
Braaak!
Tubuh Arthur terbentur dinding ruangan itu, sampai akhirnya tak sadarkan diri.
Tinggal Kyoko yang tersisa saat ini, “Nggh! Ungg!! Argh!” gigi taring Kyoko yang cukup tajam berhasil membuat dirinya terlepas dari tangan mumi yang menangkapnya itu.
“Shine-chan, Arthur bertahanlah!” ucap Kyoko berlari mendekati Fir’aun.
Tapi Anubis lain berhasil menangkapnya lagi, kali ini Anubis itu mencekik leher Kyoko, “Khh! Berhenti menyakiti, teman-teman Kyoko!” tubuh Kyoko pun terangkat oleh Anubis yang sedang dibawah kendali Fir’aun itu.

Kau bukan manusia”

Warna mata Kyoko perlahan berubah, cakar tajam yang ada ditangannya juga perlahan muncul, “lepaskan!” sayatan dari cakar Kyoko itu membuat dirinya lepas sekali lagi.
.
.
“Uhuk..” Shine akhirnya sadar dari pingsannya, darah keluar dari mulutnya itu, “sial.. punggungku,” punggung Shine terbentur saat ia terlempar ketumpukan emas karena Fir’aun tersebut, namun itu bukan hal yang fatal, “Akh!” justru lengan kanan Shine-lah yang lebih fatal sekarang, “Tanganku..” ya.. tangan kanannya mengalami cidera tulang patah.
“Kalo begini, aku tidak bisa menggunakan revolverku dengan baik..” gumam Shine. Pandangannya teralih oleh Kyoko yang sedang bertarung melawan Anubis dan mumi yang mengepungnya. “Kyoko? Tidak mungkin..”
Dan pemandangannya beralih menuju Arthur yang tak sadarkan diri, “Arthur..”.
Shine pun perlahan berjalan mendekati mumi besar itu, dengan tangan kirinya ia mempersiapkan revolvernya, “kelemahan.., pasti ada kelemahan” Shine juga bersiaga atas Anubis yang mungkin akan datang menyergapnya, namun.. Shine tidak melihat tanda-tanda Anubis ataupun mumi yang akan menyerangnya meskipun ada Anubis atau mumi yang menghadapnya. Justru hanya Kyoko lah yang diserang.
“Apa mereka..?” insting Shine dalam membaca situasi kembali datang. Ia kembali berfikir dan menyusun strategi.
“Apa mereka hanya menyerang apa yang dilihat Fir’aun?” Shine bergumam, “tapi.. tidak mungkin, bagaimana dengan para Anubis dan mumi yang ada diluar Piramida ini, dan kejadian dilorong itu. Saat itu Fir’aun tidak melihat kita, dan Arthur?”.
Shine kembali berfikir. Shine bergerak dibelakang Fir’aun itu memperhatikan tubuhnya perlahan. Dan sunggingan senyum pun merekah diwajahnya, “jadi begitu..”
“Beruntunglah kalian yang sedang terluka, karna Anubis dan mumi ini hanya menyerang mahluk yang masih ‘sehat’ saja, pantas mereka tidak menghabisi Arthur disana”
“Haha, jadi ada kemungkinan, Rei, Tsu, dan Mori masih hidup” senyum penuh kemenangan menghiasi wajah Shine saat ini.
“Itulah kelemahannya,” Shine segera melaksanakan aksinya. Disaat Kyoko sibuk melindungi dirinya dari Anubis dan mumi yang menyergapnya, Shine berlari menyusul Arthur yang tak sadarkan diri disana.
“Arthur? Arthur?” tidak ada tanda-tanda sadar akan dirinya, “sial, sepertinya dia terbentur cukup keras” Shine dengan sigap mengganti rencananya, “Maaf Ar, aku pinjam ini.” Shine mengambil rantai milik Arthur kemudian berlari menuju Fir’aun itu diam-diam, ia memutari kedua kaki Fir’aun itu.
“Yosh..” dan rantai itu ditariknya dengan kuat sehingga mengikat sekaligus menjatuhkan Fir’aun.
“Graaa!!” dan tubuh besar itu jatuh tepat dihadapan Shine.
Revolver pada tangan kirinya segera diarahkan pada tengkuk mumi besar itu, “nee apa kau tau kalau kelemahan terbesar manusia itu berada ditengkuk? Manusia saja bisa pingsan jika tengkuknya dihantam benda keras, bagaimana jika tengkuk ini aku bidik dengan benda berkecepatan tinggi ini?”
DOR!
Dan bidikan dari peluru terakhir milik Shine ini berhasil ditembakkan. Anubis dan Mumi yang menyerang Kyoko seketika berhenti kaku.
“Manusia..” dan tubuh Fir’aun itu pun berubah menjadi abu. Disusul seluruh pasukannya.
“Sudah kuduga, nee..”

“Shine-chan? Kau tidak apa-apa?” Kyoko sedikit lega melihat Shine yang kembali sadar.
“Ah ya.. hanya patah tulang, ayo kita keluar darisini Kyoko, bantu aku bawa Arthur” ucap Shine.
“Tidak.. biar Kyoko saja yang menuntun Arthur, tangan Shine sedang terluka” Kyoko segera menyusul Arthur.
“Anoo.. kekuatan mu itu..”
“Ung?” Kyoko berhenti dan menatap Shine, “ kekuatan Kyoko?” ucap Kyoko.
Shine memperhatikan seluruh tubuh Kyoko, terutama kedua tangannya. Cakar yang tajam yang ia lihat tadi sudah tidak ada disitu, “tidak.. maksudku, apa kau masih memiliki tenaga untuk keluar?”
Kyoko mengangguk dengan mantapnya.
“Ugh.. sepertinya kepalaku terbentur dengan keras” lenguhan Arthur terdengar.
“Arthur?” seru Kyoko
“Ar? Syukurlah kau sadar, aku tidak perlu membopongmu” ucap Shine.
“Dimana para Anubis dan mumi?” Tanya Arthur.
“Shine sudah mengalahkannya desu” jawab Kyoko dengan antusias.
“Begitukah?” Arthur berdiri dengan bantuan Kyoko.
“Nee.. sekarang yang terpenting adalah mencari jalan keluar darisini” tukas Shine.
“Kyoko sedari tadi merasakan angin berhembus dari balik peti itu desu” Kyoko menunjuk pada sebuah peti mati diantara tumpukan harta emas tersebut.
“Yang benar saja?” ucap Arthur.
“Insting Kyoko tidak pernah salah, mungkin itu memang jalan keluarnya” Shine membuka peti tersebut, dan benar. Didalamnya terdapat lubang cahaya.
“Tunggu, bagaimana dengan harta karunnya?” Tanya Kyoko, “tidakkah kita membawanya terlebih dahulu?”
Shine tersenyum, “Harta karun yang sebenarnya itu menunggu kita diluar” tanpa basa-basi lagi, Shine meluncur kelubang tersebut.
Arthur juga tersenyum seakan mengerti perkataan Shine.
“Hee?” respon Kyoko terhadap perubahan ekspresi Arthur itu. Mereka berdua pun menyusul Shine.
.
.
.
Lubang tersebut meluncurkan mereka bertiga keluar dari Piramida ini.
Tap
Pendaratan mulus pertama oleh Shine. Dan kedua..
Bruuk!
“Agh!” pendaratan yang kasar oleh Arthur. Disusul Kyoko.

Dan benar apa yang telah diprediksi oleh Shine, “manusia memang bodoh bukan?” ucap Shine.
“Apa kalian tau? Aku sudah menebak apa harta itu sebenarnya” Shine tersenyum menghadap 3 pria didepannya.
“Rei-san?!, Heichou?!, anoo pria pemanah itu!” kejut Kyoko, bahagia akan kehadiran mereka.
“Tsu dayoo~ Tsu!” ucap Tsu memberitahukan namanya pada Kyoko.
“Apa itu, Shine?” ucap Arthur.
“Hnn.. mudah saja..” ucap Shine, “apa kalian tidak menyadarinya sejak pertama mendarat disini deshou?”
“Kyoko mengerti!” ucap Kyoko.
“Yap nyawa. Harta terbesar bagi seluruh mahluk hidup” ucap Rei.
“Dan teman!” lanjut Kyoko.
“Ah sial!! Kau mengambil peranku!! Kenapa malah kau yang memberitahukan mereka deshou?! Dasar Rei, bodoh!!”
“Sepertinya kalian semua sudah mengetahuinya” ucap Mori dengan senyumnya, “selamat datang kembali”.
“Heh.. dasar ketua..” celoteh Shine.
“Ayo kita pulang” ucap Mori melangkah meninggalkan Piramida tersebut.

Misi penting yang mempertaruhkan nyawa, memberikan mereka banyak pelajaran berharga. Terutama kebersamaan mereka dalam satu tim. Itulah tujuan ketua dan sang Rookie Guro mengadakan misi tersebut. Hari sudah berganti menjadi pagi. Mereka pun kembali kekastil dengan helikpoter khusus mereka.
Kyoko senang. Banyak pengalaman yang ia dapatkan dari misi ini. Meskipun Kyoko tidak bisa apa-apa selama misi tersebut. Hal ini membuat Kyoko semakin berkeinginan untuk bertambah kuat. Semakin kuat untuk melindungi teman-teman dan klannya.
Petualangan apa lagi yang akan menyambut mereka diesok hari? Pengalaman seperti apa yang akan menjadi guru mereka? Saksikan chapter berikutnya yaa..

#malah iklan

-To be Continued-